The Reincarnated Cop Who Strikes With Wealth - Chapter 10 Bahasa Indonesia
- Home
- The Reincarnated Cop Who Strikes With Wealth
- Chapter 10 Bahasa Indonesia - Spaniel Su-an tertangkap
Penerjemah: Hennay
Bagian 10: Spaniel Su-an tertangkap
Aku bernapas dengan berat saat melihat ke sekeliling ruangan.
Wanita itu memegang selimutnya dengan erat dan menangis. Syukurlah, pakaiannya hanya sedikit acak-acakan; sepertinya dia tidak menderita sesuatu yang lebih buruk.
GPS sialan ini. Radius 30 meter ternyata margin kesalahannya lebh besar dari yang kupikirkan. Aku pasti sudah terlambat kalau jendelanya tidak terbuka.
Tangan wanita itu gemetar saat dia mulai memahami situasinya.
Lee Yeong-tae mengutuk pelan saat dia mencengkeram wajahnya.
“Permisi, Bu” kataku pada wanita itu.
“Ya?”
Aku menyodorkan ponselku padanya. “Telepon polisi dan tetaplah di sini.”
Saat wanita itu mengambil ponsel dengan tangan gemetar, Spaniel berlari menuju pintu masuk. Tampaknya dia menyerah untuk kabur lewat jendela karena aku berdiri menghalanginya.
“Lee Yeong-tae!” teriakku, sebelum dia bisa meraih gagang pintu.
Maaf, tapi kau adalah tikus dalam jebakan sekarang.
Spaniel itu merosot ke lantai dan berbalik untuk melihatku. “Bagaimana kau tahu na…”
“Kau ingin diborgol di depan istrimu?” tanyaku padanya.
Matanya membelalak karena syok.
Satu-satunya cahaya di ruangan gelap berasal dari layar televisi.
Dia menatapku. “Kau bocah sialan yang waktu itu, kan?”
“Ya, aku si bocah sialan itu.” jawabku singkat.
Tampaknya dia ingat usahanya untuk memperkosa yang gagal di lingkungan Dongsu. Meski maskernya menutupi wajahnya, matanya bersinar marah dalam kegelapan.
Menolak menyerah, lalu dia mengambil pisau dapur dari rak di sebelah bak cuci. Karena aku tahu namanya dan persisnya siapa dia, tampaknya dia lebih ingin membunuhku dari pada berusaha kabur.
Hmm. Sialan. Pisau cutter tidak begitu buruk, tetapi pisau dapur adalah masalahnya.
“K-kau bajingan! Kenapa kau selalu menghalangiku?!” teriaknya, gelisah.
“Maaf. Kau hanya menggangguku.” kataku sambil mengangkat bahu.
“Oh, tidak. Tidak. Tidak!”
Wanita itu berteriak.
“Mati kau!” teriak Spaniel sambil berlari ke arahku dengan pisaunya.
Aku tidak berusaha menghindari serangannya.
Karena dia memegang pisau, situasinya akan berbahaya meski aku seorang seniman beladiri bersabuk hitam. Aku perlu metode lain jika aku mau mengkapnya dengan tubuh Go Ji-hun.
Aku mengeluarkan pistol listrik dari sakuku. Ketika dia sudah dekat, aku mendorongnya dengan keras wajahnya.
Saat dia mengangkat tangannya secara naluriah untuk melindungi wajahnya, pisaunya bergerak ke atas dalam sebuah lengkungan. Kukira hanya menyerempat pakaianku, tetapi aku merasakan sensasi tersengat.
Aagh. Aku mau menangkapnya tanpa terluka.
Tetap saja, ini hal yang bagus. Tidak peduli apa yang terjadi sekarang, aku tidak akan salah.
Ada suara berdengung, dan Lee Yeong-Tae mengerang kesakitan. Dia mulai bergoyang dengan cara yang aneh, seolah-olah tubuhnya menjadi kaku.
“Oh, oh Ya tuhan.” seru wanita itu.
“Ah, tenang, dia tidak apa-apa. Ini disetel dengan voltase terlemah.” kataku padanya.
Tetap saja, pasti sangat mengejutkan bagi seseorang yang belum pernah melihat seseorang dilukai dengan senjata bius sebelumnya.
Aku meraih tenggorokan Lee Yeong-tae dan mendorong lututku ke ulu hati. Tampaknya ini menjadi serangan yang bagus; Aku melihatnya terkesiap.
Dengan momentum itu, aku meraih wajahnya lalu melemparnya ke lantai. Hidungnya pasti membentur lantai, ada darah mengalir dari hidungnya.
Saat dia meringkuk seperti janin, aku menendang perut dan bagian samping tubuhnya. Anehnya, mendengarnya membuat aku merasa sangat lebih baik. Aku merasakan semangat yang merupakan kombinasi antara kemarahan dan kegembiraan.
Terengah-engah, saya memberinya satu tendangan terakhir yang mematahkan pergelangan kakinya, menyebabkan dia berteriak kesakitan. Lagipula, aku tidak bisa membiarkan dia pergi jika aku ceroboh.
Aku meluruskan bajuku yang berdarah dan berdebu saat aku mengatur napas.
Pakaianku yang berwarna krem menjadi kotor. Sebaliknya, pakaian hitam bajingan ini tetap sama persis.
Dia adalah jenis orang yang merusak kehidupan orang lain dan terus hidup sendiri seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Aku menjambak rambut bajingan itu. “Hei, Yeong-tae. Aku akan memberi tahumu sekali saja”
Wajahnya berkilau karena air liur dan darah. Matanya yang bengkak bergerak pelan. Ada ketakutan dalam pupil matanya yang berwarna hitam. Aku yakin ini ketakutan yang sama yang dia lihat pada korbannya.
“Bersumpahlah kalau kau tak akan melakukan hal seperti ini lagi, dan minta maaflah dengan tulus pada korbanmu.” kataku.
Aku memberinya kesempatan. Ini adalah caraku membuat permintaan maaf kecil karena datang dari masa depan dan mengubah masa kini.
Tidak peduli betapa brengseknya dia, dia pun punya kehidupan sendiri.
Lee Yeong-Tae melihatku dan mengangguk.
Aku melepaskan kepalanya dan mengibaskan tanganku. Aku mengambil alat pelacak di bawah sepatunya lalu menghancurkannya. Dengan satu injakan, alat itu hancur berkeping-keping.
Aku berbalik untuk melihat wanita itu meringkuk di pojok ruangan.
“Apa Anda sudah menelepon polisi?” Tanyaku padanya.
“Hah? I-iya, semenit yang lalu.” dia tergagap.
“Fiuuh. Apa Anda baik-baik saja?”
“Te-terima kasih. Aku terhindar dari musibah, berkat Anda.”
Itu melegakan. Aku merasa tidak enak membayangkan jika keserakahanku telah menghentikanku dari mencegah korban lain menjadi mangsa Spaniel. Aku beruntung kali ini, tetapi aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang.
“Ah, di-di belakangmu!” wanita itu tiba-tiba tergagap.
“Hah?”
Aku berbalik lalu melihat Lee Yeong-tae merangkak mengambil pisau dapur.
Sungguh luar biasa sehingga aku tidak bisa menahan tawa. Apa yang terjadi pada pria yang baru saja bersumpah bahwa dia akan menjalani kehidupan yang baik mulai sekarang?
“Menurutmu apa yang sedang kau lakukan?” kataku padanya.
“Aah… Brengsek… kau…” erangnya.
Oke. Jika itu jawabanmu, tidak ada lagi yang perlu dikatakan.
Aku berjalan mendekat dan menendang pisaunya, lalu aku mengeluarkan pistol bius dari sakuku dan menekan salah satu tombol. Ini mengeluarkan suara berderak, seperti pemukul lalat listrik.
Voltase tertinggi cukup kuat, jadi saya tidak ingin menggunakannya.
Aku membalik tubuh Spaniel dan menariknya mendekat.
Wajahnya memucat. Dia ketakutan dan mencoba meronta. Tampaknya dia tahu apa yang hendak kulakukan.
“Aku akan … aku akan … aku akan menuntutmu.” bisiknya.
Aku dengan tenang menekan pistol bius ke pangkal pahanya, menyebabkan dia berteriak kesakitan.
“Tuntut aku, kalau begitu. Aku punya banyak uang.” aku memberi tahunya.
Aku bisa mendengar sirine mendekat. Spaniel Su-an telah tertangkap malam itu.
***
“Astaga…?!” seru Kepala Kim sambil meraih belakang leherku.
Wajah dan pakaianku berantakan.
Aku telah dituduh melakukan penyerangan. Apa itu masuk akal? Yang kulakukan hanyalah menangkap seseorang yang memaksa masuk ke rumah seseorang.
Akan tetapi Spaniel berada dalam keadaan yang terlalu buruk untuk dijelaskan hanya dengan keadaan seperti itu.
Kepala Kim melihat minuman yang kupegang seolah-olah tak bisa mempercayai penglihatannya.
“Kenapa di tengah semua kekacauan ini, kamu punya roti dan susu?”
“Detektif itu yang memberiku. Dia berkata aku melakukan hal yang bagus.” jawabku.
“Apa kau senang? Senang karena dirimu sendiri?”
Aku megangkat bahu.
Orang-orang memperlakukanku seperti penjahat kejam ketika pertama kali aku tiba di sini, tetapi suasananya berubah ketika aku memberi tahu mereka bahwa dia adalah Spaniel Su-an. Setelah itu, orang-orang yang lewat memujiku, dan bahkan orang-orang di sel bersorak padaku dari balik jeruji besi.
Sulit rasanya harus duduk di kursi selama berjam-jam karena waliku tidak ada di sini.
“Omong-omong, kenapa kau tidak mengangkat teleponmu?” tanyaku bersungut-sungut pada Kepala Kim.
“Kau menelpon pukul empat pagi.”
“Kau bilang kau merasa seolah harus standby selama 24 jam sehari.”
“Cukup. Kumohon beri aku penjelasan singkat tentang situasi ini.”
“Hmm… kurasa aku menangkap Spaniel Su-an?”
“Menangkap Spaniel Su-an, tiba-tiba? Kau?” Kepala Kim berkata dengan tidak percaya.
“Tiba-tiba terjadi seperti ini.”
“Jadi persisnya bagaimana bisa terjadi seperti itu?”
“… Aku hanya kebetulan lewat di rumah wanita itu kemarin.”
“Kenapa kau lewat area itu? dan kebetulan pada jam itu?”
Aku tidak bisa berkata-kata oleh interogasi keingintahuan Kepala Kim.
Kepala Kim berpikir keras, kemudian wajahnya memucat.
“Apa kau menguntit wanita itu setiap malam?” bisiknya terdengar was was.
“Hah?” Apa yang kau bicarakan?”
“Jika tidak, lalu bagaimana mungkin kau di sana pada saat yang tepat?”
“…Tunggu se-”
“Seolah kau memperhatikan mereka.”
“Aku semacam memperhatikan mereka; nuansanya sedikit…”
“Ya Tuhanku. Jadi itu alasan kau pergi pagi-pagi dan pulang larut malam setiap hari.”
“Kepala Kim” bentakku.
“Itu kejahatan. Apa yang akan terjadi jika Pak Presiden tahu?!” teriak Kepala Kim.
“Kuberitahu kau untuk jangan memberitahunya. Oke?”
“Oh ya Tuhan. Oh ya Tuhan.”
Seolah Kepala Kim tidak bisa mendengarkan aku sama sekali. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan bergumam sendiri.
Hmm. Ayo kita bilang saja dia sedang tidur dan baru saja bangun.
Lee Yeong-tae langsung dibawa ke rumah sakit. Sungguh luar biasa mendengar dia mengeluh karena tidak bisa merasakan area terpenting pada tubuhnya. Mengherankan juga melihatnya bertingkah seolah dia tidak melakukan kesalahan.
Kepala Kim menghela napas lalu mengeluarkan ponselnya.
Keluarganya memiliki pengacaranya sendiri, tetapi jika ada masalah seperti itu, Go Dae-man akan mendengarnya. Ini adalah situasi terkutuk jika kulakukan, terkutuk pula jika aku tidak melakukannya.
Kepala Kim menggertakkan giginya saat membelalak padaku.
Aku tertawa. “Telepon saja. Tidak apa-apa.”
“Tidak apa-apa? Apanya yang tidak apa-apa? Apa kau mau membuat marah Pak Presiden?”
“Aku akan mengambil kesempatan itu untuk menjadi mandiri.”
“Itu omong kosong. Kau mulai tertarik untuk menghabiskan uang akhir-akhir ini.”
“Ah-hah. Cepatlah dan selesaikan ini dengan cepat. Seluruh tubuhku sakit.” kataku sambil menepuk bahu Kepala Kim.
Dia menghela napas dan menatapku dengan tatapan kasihan dan simpatik. “Haruskah akuu pergi membelikanmu tofu?”
“Kau melebih-lebihkan hal ini. Aku bukan kriminal yang bebas dari penjara, kan?” Aku tertawa.
“Agh. Aku tidak mau pulang.”
“Akulah yang akan dimarahi, jadi kenapa kau yang tidak mau pulang?”
“Kau akan tahu saat kita pulang. Masuklah ke mobil.”
Setelah tiba di kantor polisi pada tengah malam, akhirnya aku bisa pergi setelah matahari terbit.
***
Markas Besar Badan Kepolisian Metropolitan Seoul
Kepala Badan Kepolisian Nasional memulai paginya dengan menyeka permukaan di kantornya, seperti yang selalu dilakukannya.
Yang duduk di depannya adalah Kepala Departemen Kepolisian Su-an dan ketua tim investigasi.
Meskipun keduanya gelisah, tangan Pak Kepala sangat rileks saat membersihkan mejanya.
“Jadi, aku diberi tahu bahwa Spaniel Su-an telah ditangkap?” katanya.
“Divisi Patroli Hakgeum menerima laporan kemarin dan mengirimkannya kepada kami. Orang yang membuat laporan itu mengatakan bahwa sepertinya orang itu Spaniel Su-an. Hasil tes DNA pun cocok.” kata Kepala Departemen Kepolisian.
“Pers menanyakan apakah akan ada pengarahan insiden hari ini. Apa yang sebaiknya kita lakukan?” kata ketua tim investigasi.
“Apa yang sebaiknya kita lakukan? Memangnya kita yang menangkapnya?” Pak Kepala berteriak dengan nada menggelegar, melemparkan kain lap ke atas kepala mereka dengan marah.
“M-maaf.” kata ketua tim investigasi saat dia dengan tergesa-gesa berdiri dari kursinya untuk mengambil kain itu, maafkan aku,” kata ketua tim investigasi sambil buru-buru berdiri dari kursinya untuk mengambil kain lap.
Kemarahan kepala dapat dimaklumi. Spaniel tertangkap bukanlah hal bagus.
Dalam situasi seperti ini khususnya, hal yang paling penting adalah siapa yang menangkapnya. Citra publik terhadap polisi pada dasarnya sudah mati pada saat ini, dan mereka perlu menangkap Spaniel untuk menebus diri mereka sendiri.
Tetapi kesempatan itu sekarang hilang karena seorang pemuda lajang yang datang entah dari mana.
“Itu sangat bermasalah kalau ada seseorang yang dapat menangkap penjahat untuk kita.” gumam Pak Kepala sambil menyilangkan lengannya.
Kasusnya sudah teratasi, tetapi entah bagaimana reaksi publik. Dalam skenario terburuk, akan ada suara-suara yang mengkritik polisi karena ketidakbecusan mereka, dan jika itu terjadi, posisi kepala polisi akan terancam.
“Bagaimana kalau membuat kisahnya lebih dramatis?” katanya.
Sarannya adalah untuk sedikit memperindah cerita tentang bagaimana penjahat itu ditangkap.
“Tawarkan sedikit uang kepada orang yang menyerahkannya dan katakan padanya untuk tetap diam.” lanjutnya.
“Bagaimana…”
“Dia hanyalah seorang pria yang menemukan kejahatan secara kebetulan dan membuat laporan. Kemudian polisilah yang mengenalinya sebagai pelaku Spaniel.”
Bukan apa yang dia katakan, melainkan bagaimana itu dikatakan. Paling tidak penting untuk menunjukkan bahwa polisi berpikir jauh sebelum rakyat biasa. Ada perbedaan kecil dalam cerita sehingga orang yang melaporkannya harus setuju.
“Tidakkah menurut Anda akan sia-sia memberinya seratus juta? Sebagian besar akan masuk ke pajak.” kata Pak Kepala.
“Pak, ada sedikit masalah dengan itu.” kata Kepala Departemen Polisi.
“Apa? Kenapa?”
“Orang yang menangkap pelakunya itu tampaknya adalah anak ketiga dari pimpinan Grup Gogwang.”
“Grup Gogwang?” bisik kepala melalui bibirnya yang tipis.
Kenapa tiba-tiba Grup Gogwang?
“Itu belum dilaporkan ke pers, tapi ini hanya soal waktu. Dan metode yang dia gunakan untuk menahan penjahat itu agak ekstrim…” kata ketua tim investigasi.
“Pernahkah kau melihat pergulatan fisik yang benar? Menahan penjahat selalu melibatkan metode yang ekstrim.” bentak Pak Kepala dengan tidak sabar.
“Dia menggunakan pistol bius, dan ditempelkan ke… alat kelamin.”
Kepala menjatuhkan pakaiannya saat dia mendengar bagian terakhir dari rangkaian berita mengejutkan ini. Kain itu menyentuh lantai dengan suara gedebuk lembut saat kantor menjadi sunyi beberapa saat.
“Tapi tidak ada masalah hukum karena voltase di bawah 60.000 Volt.” tambah Kepala Departemen Kepolisian.
“Kami telah menerima kabar dari rumah sakit bahwa organ seksualnya tidak berfungsi lagi. Dia tidak bisa merasakan apa-apa lagi pada bagian bawah tubuhnya.” kata pimpiman tim investigasi.
Pak Kepala tertawa tak percaya. “Apa anak itu gila?”
“Segalanya menjadi berantakan karena semua informasi ini, kecuali jika identitas orang yang menyerahkan penjahat telah diketahui publik. Aku yakin kalau membuat cerita menjadi lebih dramatis tidak mungkin.” kata Kepala Departemen Kepolisian Su-An.
“Putra ketiga dari pemimpin Grup Gogwang, pria yang pernah kudengar, bukan?” kata Pak Kepala.
Anak yang hidup dalam pengasingan setelah kematian ibu kandungnya di usia muda. Anak yang dikenal sebagai satu-satunya noda dalam kehidupan Go Dae-man, pria yang memiliki segalanya.
Pak Kepala mendecakkan lidahnya lalu mengangguk. “Bagaimanapun, pemimpin Grup Gogwang harus mengawasi apa yang dilakukan anak-anaknya. Grup Gogwang juga akan mendapat masalah sekarang.”
“Tidak. Tampaknya justru sebaliknya.” kata ketua tim investigasi.
“Sebaliknya?” ulang Pak Kepala
“Ini topik yang sangat hangat, dengan orang-orang yang mengatakan hal-hal seperti ‘keadilan telah ditegakkan.”
“Kau bercanda yaa.”
“Itu benar. Internet menjadi liar karenanya. Pendapat publik tampaknya mengatakan bahwa hasil ini lebih baik daripada yang bisa dimiliki undang-undang …”
“Sejak kapan pendapat warga negara ini menjadi omong kosong?”
Dua lainnya terdiam terhadap pertanyaan Pak Kepala.
Tetapi semua ini benar. Selain kemarahan mereka, publik memuji tindakan Go Ji-hun, mulai dari berita pagi hingga acara TV hiburan dan stasiun radio. Mereka semua membicarakan tentang berita penangkapan Spaniel dan identitas pahlawan misterius itu.
Tentu saja, tidak ada yang diketahui tentang yang terakhir, jadi diskusi tentang topik itu tidak lebih dari spekulasi yang tersebar luas.
“Kami juga diberi tahu bahwa dia membantu memecahkan ‘insiden DNA Kembar’ yang menjadi topik pembicaraan beberapa waktu lalu, dan dia menyerahkan senjata yang sebelumnya digunakan oleh Spaniel.” kata kepala departemen kepolisian.
“Bagaimana?” tanya Pak Kepala.
“Para detektif mengatakan bahwa dialah yang memberi tahu mereka bahwa pelaku bisa memiliki saudara kembar. Aku mendengarnya dari mereka secara pribadi.”
Pak Kepala meletakkan tangan di dahinya dan mulai berpikir.
Dia adalah orang yang memulai dari bawah, tapi dia naik terus sampai ke posisi kepala Badan Kepolisian Nasional. Ini adalah sesuatu yang pasti tidak dapat dicapai dengan hasil dan rasa keadilan saja. Dia berhasil di sini melalui wawasan dan politik. Jadi, apakah tidak ada cara untuk melindungi posisi ini juga?
“Dia berusia pertengahan dua puluhan, kan?” tanya Pak Kepala dengan tenang.
“Benar, Pak.” kata Kepala Departemen Kepolisian.
“Dan wajahnya tidak buruk.”
“Bukan hanya ‘tidak buruk’, dia sangat tampan. Dia juga tinggi.”
“Dari apa yang kudengar, dia sangat tidak tertarik menjalankan bisnis apa pun, benar kan?”
“Kuyakin iya. Dia punya kakak yang sudah bekerja di bidang itu.”
Pak Kepala menggaruk-garuk dagunya dengan ekspresi puas di wajahnya. “Ayo jadikan dia polisi.”
“Apa?” serua dua orang lainnya bersamaan.
“Kubilang ayo jadikan dia polisi. Ayo gunakan Go Ji-hun untuk sedikit meningkatkan citra publik polisi. Polisi tampan yang menangkap Si Spaniel.” kata kepala suku.
“Pak, jaman sekarang orang-orang tidak menyebut ‘tampan’.” ujar ketua tim investigasi.
“Lalu apa sebutannya?”
“‘Seksi.’ Atau ‘kece’.”
“Terserah!” teriak Pak Kepala tidak sabar. “Bagaimana menurutmu! tidak buruk, kan? Karena dia berasal dari Grup Gogwang, semua orang akan membicarakannya. Mari kita mencari perhatian.”
“Tapi apa dia akan setuju?” tanya Kepala Departemen Polisi. “Dia punya banyak uang. Dia masih muda dan tampan. Aku tidak bisa membayangan kesengsaraan apa pun…”
“Menjadikannya sebagai duta kehormatan juga akan baik-baik saja. Jadikan saja Go Ji-hun di pihak kita, apa pun yang terjadi. Apa pun yang terjadi. Apa kau mengerti?” kata Pak Kepala dengan tegas.
Kepala Departemen Polisi mengeluarkan ponselnya tanpa berkata apa-apa. Dia telah mengenal pemimpinnya cukup lama, bahwa dia adalah seorang bos yang perintahnya harus selalu ditaati ketika menggunakan kalimat ‘apapun yang terjadi’.
Dia juga tahu bahwa Pak Kepala diam-diam mahir dalam metode semacam ini. Faktalah yag berbicara, Pak Kepala mempertahankan posisinya meskipun ada perubahan pemerintahan.
Kepala departemen kepolisian mengirim pesan teks ke reporter yang dia kenal. Dia masih memiliki reputasi sebagai polisi yang harus dilindungi, jadi dia harus sedikit kabur…
‘Orang yang menangkap anjing Spaniel itu adalah Go Ji-hun, putra ketiga pemimpin Grup Gogwang. Orang yang sama yang lahir dari skandal di masa lalu. Dia mirip dengan ibunya yang seorang aktris dan wajahnya sangat tampan. Ada kemungkinan besar polisi menawarkan perekrutan spesial untuknya.’
<Selesai>