Shuuen no Hanayome LN - Volume 3 Chapter 0
Kou Kaguro membuka mata ungunya.
Cahaya yang kuat membakar retinanya.
Pemandangan Akademi yang familiar kini diselimuti api. Gedung-gedung untuk setiap jurusan telah hancur, dan puing-puing berserakan di tanah. Bahkan kafe dan toko-toko di dalam Akademi telah hancur dan terbakar tak dapat dikenali.
Markas Pusat sendiri, dengan siluet bersayapnya, nyaris berhasil mempertahankan martabatnya.
Di kejauhan, Pandemonium memimpin para siswa lainnya dalam evakuasi. Tak banyak yang masih hidup. Banyak yang tewas dalam gelombang kehancuran pertama. Bahkan sekarang, Kou masih bisa melihat lengan seseorang mencuat dari bawah reruntuhan. Udara terasa panas dan pekat dengan aroma asap dan daging yang terbakar.
Kou Kaguro berdiri, tidak bergerak.
Dia hanya menatap kihei di depannya.
Kelihatannya seperti seorang gadis.
Ia berdiri di alun-alun Akademi, sayapnya terbentang. Sayap-sayap itu, tak lebih dari kerangka aneh yang terbuat dari sesuatu yang tampak seperti tulang, bertabrakan dengan penampilannya yang manis. Ada kilatan cahaya biru dan suara mesin yang keras dan berderak. Namun kemudian sayap-sayap itu terlipat dalam sekejap mata, lenyap sepenuhnya, dan kembali ke tubuhnya seolah tak pernah ada.
Ia mengerjap pelan, lalu menatap Kou. Ia mengulurkan tangannya, seolah meminta sesuatu.
Dia tak menjawab. Diam-diam, dia menyiapkan pedangnya.
Suatu bangunan di suatu tempat runtuh, dan api semakin membesar.
Dibalut api merah menyala yang menari-nari, gadis itu menundukkan pandangannya. Bibirnya perlahan terbuka, dan ia berkata, “Aku ingin bersamamu selamanya. Aku ingin berada di sisimu selamanya. Tapi itu belum cukup… Inilah tekadku. Inilah bukti cintaku. Inilah perwujudan hasratku yang terpelintir. Inilah… milikku…”
Di sana, kata-katanya terhenti sejenak. Sayapnya kembali terbuka lebar.
Hembusan angin yang dihasilkan menyapu api yang mendekat, mengirimkan cincin warna merah tua ke udara.
Dikelilingi oleh pemandangan yang mengerikan itu, gadis itu menutup matanya.
Bagaikan doa, ia berbisik, “…Inilah mimpiku. Namaku Dawn Princess. Aliasku Grand Guignol.”
Seperti seorang putri dalam kisah dongeng, seperti seorang penyihir dalam kisah dongeng, gadis yang terbangun itu mengucapkan sumpah.
“Sekalipun kamu tidak menginginkannya, tidak memintanya, tidak menerimanya, aku akan tetap di sisimu selamanya.”
“…Aku menolak,” jawab Kou singkat.
Gadis itu tersenyum seolah tahu pria itu akan berkata begitu. Senyumnya lembut, penuh kepolosan kekanak-kanakan.
Dia terus tersenyum saat banyak sekali orang meninggal di sekitar mereka.
Ia tampak cantik sekaligus kejam, mengerikan sekaligus lucu. Namun, yang paling penting, ia hanya tampak sendirian dan memilukan.