Otome Game no Hametsu Flag shika nai Akuyaku Reijou ni Tensei shite shimatta LN - Volume 3 Chapter 3 Bahasa Indonesia
- Home
- Otome Game no Hametsu Flag shika nai Akuyaku Reijou ni Tensei shite shimatta LN
- Volume 3 Chapter 3 Bahasa Indonesia - Ketika Aku Disekap
Bab 3: Ketika Aku Disekap
Translate: Kaon Nekono
Langit-langit yang tidak kukenal menyambutku ketika aku membuka mata. Aku bangun perlahan, mengamati sekeliling. Aku ada di kamar seluas kamarku di asrama. Perabotnya terlihat mahal.
Eh…? Dimana ini?
Hmm… coba ingat, Katarina. Seingatku… aku tampil luar biasa sebagai tokoh jahat, dipuji oleh semua orang… Terlalu girang karenanya dan mulai mulai berpose di depan kaca di ruang ganti… dan lalu ada yang memanggilku kalau sudah waktunya pesta dansa. Eh? Terus apa yang terjadi?
Kalau dipikir lagi… bukankah itu mimpi buruk? Tapi sinar mentari menembus dari luar jendela sekarang. Pertanyaan demi pertanyaan membanjiri pikiranku — tapi ketukan terdengar dari pintu, dan seorang wanita muncul di hadapanku.
Ia berambut coklat dan bermata biru, dan punya aura tenang darinya. Aku merapikan diri di kasur, dan melihatnya.
“Ah… Anda sudah bangun,”katanya dengan nada lega.
“Ah…iya. Aku sudah bangun.”responku tanpa berpikir, tapi… siapa orang ini? Dia bukan orang yang pernah kulihat, tapi kalau aku, bisa saja aku pernah bertemu dengannya tapi lupa.
Biasanya Geordo dan Keith, atau siapapun yang bersamaku akan memberiku beberapa informasi. Tapi tentu saja, mereka tidak disini. Kurasa… aku tidak punya pilihan lain selain bertanya.
“…Em. Siapa… Siapa kau?”
“Permisi. Mohon maaf saya tidak memperkenalkan diri. Nama saya Lana.”
“Nona… Lana?” Hmm… aku merasa ini pertama kalinya aku bertemu orang ini. Bagus! Aku tidak melupakan orang lagi.
“Tolong panggil saya… Lana. Saya akan mengurus kebutuhan Anda mulai hari ini hingga seterusnya, Nona Katarina.”
Ah. Dari caranya bicara… apakah Nona Lana pelayan? Kalau dilihat lagi… dia menggunakan pakaian pelayan lengkap. Kalau begitu…
“Em… tapi aku punya pelayan pribadi sendiri. Dia sudah menemaniku sejak kecil. Namanya Anne…?”kataku, sambil mengira-ngira dimana Anne.
Biasanya, Anne yang membangunkanku dan, bagai ninja atau pahlawan semacamnya, ia segera meluruskan dan menyisir rambut bangun-tidurku, menyiapkanku untuk hari ini.
“Maafkan saya. Pelayan itu… sedang tidak ada disini. Disini, saya yang akan mengurus seluruh kebutuhan Anda.”
“…Ah begitu…?” Oke… jadi Anne tidak disini denganku. Rasanya agak kesepian… Hmm… kalau diingat lagi. “Em… ini dimana?”
Mungkin terlalu telat menanyakannya, tapi aku benar-benar tidak tahu ini dimana. Malah… sudah berapa lama aku disini?
“Maaf. Saya takut saya tidak punya kewenangan untuk menjawab pertanyaan Anda…”kata Lana, sepertinya kebingungan karena pertanyaanku.
“Eh? Kau… tidak bis amenjawabku? Apa maksudnya…?”aku mengeluarkan suara aneh mendengar jawabannya.
Lana hanya terus kebingung. “Kalau menurut saya, Nona Katarina, mungkin Anda akan menemukan jawabannya sebentar lagi…” segera setelah ia memberi jawaban, ketukan lain terdengar di pintu, dan dua orang lagi muncul.
Salah satunya adalah pemuda berkacamata. Rambutnya biru, begitupula matanya. Ia cukup tampan. Tidak seperti Geordo yang terlihat seperti pangeran klasik di dongeng, pemuda ini berbeda. Ia dipenuhi karisma, dan sepertinya cukup playboy — setidaknya, begitulah penampilannya.
Pemuda playboy ini mengenakan sesuatu yang terlihat familiar. Di manor Claes, yang mengenakan pakaian seperti ini hanyalah pelayan paling tua… Ah! Itu seragam butler.
Jujur saja, butler kami di manor Claes juga mengenakan pakaian yang cukup modis. Aku diam-diam menyebutnya sebagai “Sebastian” dalam hatiku. Itu bukan namanya, tentunya. Butler… berkacamata ini… ukh. Sebastianku sayang… kau tersesat disini…
Di belakang pria yang kusebut sebagai Sebastian kita, yang sayang sekali tertanam dalam pikiranku sebagai “Butler Paling Sempurna”, adalah sosok yang lebih kecil yang berdiri. Aku terlalu terpikat pada aura tampan menakutkan dari butler itu dan hampir tidak menyadarinya.
Aku mengalihkan pandang ke sosok itu. Dia kecil, dengan rambut coklat dan mata lebar coklat. Ia terlihat seperti binatang kecil yang rapuh. Hanya dengan melihatnya membuatmu ingin melindunginya.
Aku cukup pelupa dan tidak bisa menghafal nama, tapi bahkan aku bisa mengingat siapa dia. Karena, kita baru saja bertemu di festival sekolah! Itu adalah acara dimana mereka mempertontonkan kemampuan sihir dari murid akademi. Ia adalah tunangan Pangeran Ian — Selena Berg. Kenapa dia disini…? Sungguh, dimana ini?
“Syukurlah… kau sudah bangun.”karena terlalu terkejut melihat Selena muncul, aku hanya bisa melihat wajahnya dengan kosong. Aku sadar ada tatapan lega, seperti Lana tadi. Lalu…
“Nona Katarina… aku sungguh minta maaf karena mengganggu kenyamananmu. Tapi… setelah acara tertentu selesai, kau akan dilepaskan, tanpa luka… Tolong, tetaplah disini sampai saat itu,” kata Selena, dan menundukkan kepalanya dalam.
Eh? Mengganggu kenyamanan? Apa? Kenapa aku ada di tempat aneh ini…? aku setengah mati menyortir ingatanku.
Murid itu mengantarku ke pesta dansa… ia malah mengambil jalan yang salah dan membawaku ke tempat lain. Lalu…? Lalu ada seseorang mencengkram tanganku… dan tiba-tiba menyodorkan kain ke wajahku. Hmm.
Eh? Kenapa rasanya ini seperti plot manga yang kubaca di kehidupanku sebelumnya? Kalau diingat lagi, perkembangan ini terjadi ketika si tokoh utama di…
“…Diculik…?” aku mengatakan pikiranku dengan keras tanpa berpikir.
Selena hampir terjungkat ke belakang seperti mangsa yang ketakutan, dan dengan ekspresi maaf yang lebih lagi, ia menundukkan kepalanya. “Aku sungguh… sungguh minta maaf… Aku janji, pasti, aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu…”
“!” Sungguh?! Aku, Katarina Claes, telah diculik?! Kupikir penculikan semacam itu hanya terjadi di manga… tapi kini benar-benar terjadi! Aku tidak lebih dari putri normal seorang pegawai kantoran dulu. Tapi kini… aku adalah putri dari Duke Claes. Risiko diculik sangat tinggi.
Tapi kini setelah event Fortune Lover selesai, dan aku berhasil menghindari seluruh Akhir Kehancuran, kemungkinan diculik tidak lagi melintas di pikiranku. Aku sudah merayakannya karena berhasil melewati akhir buruk itu, dan hampir ceroboh setiap hari. Aku menurunkan penjagaanku…
Ahh, kalau diingat lagi, aku harusnya mendengar peringatan Keith. Tapi… berapa banyak emas yang harus kusediakan sebagai jaminan keamananku? Karena aku, putri seorang duke. Kurasa tebusannya pasti banyak…
Ayahku, yang sangat memanjakanku, pasti akan membayar berapapun itu. Tapi bagaimana dengan ibuku? Kalau tebusannya terlalu mahal… “Kurasa kita tidak bisa apa-apa. Kita juga masih punya Keith… mungkin kita harus menyerahkan putri bodoh kita.”
Gawat sekali! Bagaimana kalau ibu mengatakannya? Aku tidak kuat! Aku tidak bisa mendengar kalimat itu. Jangan ibu! Kau tidak boleh meninggalkanku begini! Aku janji aku tidak akan main lempar tangkap dengan pelayan di dalam rumah! Aku janji tidak akan memecahkan vas favoritmu lagi! Aku memohon dalam diri pada ibuku. Tapi! Aku harus mencaritahu berapa banyak tebusan yang mereka minta dariku!
“…Em. Kalau begitu… berapa tebusannya…?” Tolong, tolong beri jumlah yang sekiranya bisa ibu bayar!
Tapi, Selena, terlihat kebingungan mendengar kalimatku. “Te…busan?”
“Ya. jumlah emas yang kau inginkan sebagai ganti keamananku. Berapa banyak yang kau mau…?”
“…Ah, tidak. Kami tidak berniat meminta… emas,”jawab Selena panik.
“Eh? Bukan emas yang kau cari? Lalu kenapa kau menculikku?” Bukan… emas? Lalu untuk apa? Tidak seperti Maria yang cantik dan imut, aku punya wajah penjahat, kekuatan dan kemampuan sihirku juga lemah, dan aku juga tidak pintar. Kurasa aku punya cukup pengetahuan soal agrikultur untuk menjadi petani, tapi apa mereka menculikku karena itu?
“…Itu karena…” Selena sepertinya ragu sesaat mendengar pertanyaanku. Saat ia akan menjawab—
“Nona Selena. Anda sudah memastikan jika Nona Katarina aman, bukan? Mari, kita kembali ke kamar.”
Butler tampan itu, yang diam sedari tadi, tiba-tiba mulai berkata bagai panik akan apa yang Selena hampir katakan. Ia meletakkan tangan dipundaknya.
“Rufus…ya. Iya, ayo. Kalau begitu, Nona Katarina… aku harus kembali ke kamarku…”
Sepertinya butler playboy, dan penuh aura menggoda itu bernama Rufus. Lihat dia, menemani Selena seperti itu… gawat. Aku bisa mencium feromon di udara.
H-Hei! Aku masih punya sesuatu untuk ditanyakan! Setelah itu, aku merasa tidak enak karena duduk, dan tidak memahami situasi. “Eh…? T-tunggu dulu…” aku mencoba memanggilnya, tapi Selena hanya berbalik dengan wajah khawatir, sebelum memerintah orang lain.
“Maafkan aku… Lana, tolong layani dia. Nona Katarina… kalau kau ingin sesuatu, apapun itu… tolong katakan pada Lana. Kami akan melayanimu sebaik mungkin.”
Dengan begitu, Selena menghilang, diarak keluar dari kamarku oleh Rufus si butler. Aku mengalihkan pandang ke Lana, yang masih di kamar, dan dia hanya menggelengkan kepala.
Dan karena itu, aku, Katarina Claes, tidak tahu apapun tentang situasi saat ini, berakhir menghabiskan waktu yang aneh dan tidak bermutu di kamar yang sama aneh dan asingnya.
★★★★★★★★★
Aku, Geordo Stuart, menganggap diriku sebagai orang yang cukup mumpuni. Aku bisa mengerjakan banyak tugas dengan mudah, dan aku hebat dalam membaca ekspresi orang lain. Karena itu, aku bisa menyelesaikan berbagai situasi tanpa kesulitan.
Hanya satu dari sedikit hal yang tidak bisa aku tangani… dia adalah tunanganku, Katarina Claes. Dia membuatku tertarik saat kami masih berusia delapan tahun. Sekarang, delapan tahun kemudian, aku masih bisa terkejut karena kuatnya perasaanku padanya. Dan lagi, Katarina masih belum jatuh ke pelukanku. Kalaupun ada, aku hanya merasa ia makin jauh dan jauh, sedangkan aku semakin tertarik padanya setiap kali menghabiskan waktu bersamanya.
Hari ini juga. Aku sudah menghabiskan delapan tahun bersamanya, dan berpikir kalau aku sudah terbiasa dengan kelakuan dan kebiasaan anehnya. Aku pikir kalau aku tidak akan lagi terkejut. Penampilan Katarina di panggung yang tidak pernah kulihat sebelumnya menyalakan api dalam hatiku. Aku jatuh cinta padanya lagi dan lagi, dengan cara yang berbeda.
Katarina Claes. Berapa kali lagi kau harus mencuri hatiku? Apa kau tidak puas?
Ketertarikanku yang semakin bertambah padanya tentu saja bertepuk sebelah tangan. Kalimat yang biasanya membuat gadis bangsawan tersipu malu, tidak banyak berefek pada Katarina. Ia hanya akan berdiri, tidak goyah, dan pipinya tidak pernah berubah warna. Bahkan, dia bingung sendiri.
Karena itu setidaknya, aku ingin memeluknya erat. Aku ingin merasakan Katarina lebih dekat dari biasanya di pesta dansa. Aku merindukan kelembutan kulitnya, tapi, mimpiku ini hancur berantakan.
Katarina, dari banyak orang, tiba-tiba menghilang. Parahnya lagi, lokasinya tidak diketahui hingga hari ini.
Awalnya, aku mengira ia tersesat karena akademi gelap. Karena, sudah bukan rahasia lagi kalau dia memang lengah, dan sering berkelana sesuka hati. Tapi, sepertinya bukan itu masalahnya.
Sejak awal… sepertinya tidak ada yang melihat Katarina setelah ia masuk ke ruang tunggu setelah drama selesai. Bagaimana mungkin? Dan lagi, ada banyak murid yang bilang kalau ingatan mereka samar-samar selama beberapa saat tertentu.
Aku bisa merasakan kengerian merangkak di pikiranku saat aku mengingat kejadian tahun lalu. Sihir tabu dan terlarang — Ilmu Hitam — dirapalkan pada Katarina, dan dia bisa saja kehilangan nyawanya.
Tapi, insiden itu sudah berakhir. Pelakunya, Raphael, sudah kehilangan kekuatan kegelapannya. Lalu… Lalu! Apa lagi kali ini? Apa yang terjadi? Kenapa Katarina, kenapa selalu dia…? Perasaan antisipasiku hilang, dan digantikan oleh rasa jengkel dan marah. Kami mencari kemanapun, tapi tidak ada perkembangan. Aku bisa merasakan frustasi memenuhi kepalaku, lalu—
“…Permisi, Pangeran Geordo… ada surat. Untuk Anda,” kata salah satu pelayanku, sambil menjaga jarak dan terdengar tidak seperti biasanya. Kurasa para pelayan ikut terpengaruh karena aku tidak bertindak seperti biasa. Tentu saja aku menyadarinya, tapi entah kenapa, aku tidak bisa tersenyum seperti biasa.
Siapa ini, yang berani mengirim surat di saat seperti ini? Demi pelayanku yang ketakutan, aku berusaha melembutkan ekspresi kerasku. “…Dari siapa ini?”tanyaku.
Salah satu pelayan menjawab dengan ekspresi kebingungan. “Ya, Pangeran Geordo… sepertinya… tidak ada pengirim jelasnya.”
“…Maksudmu surat ini anonim?” sudah biasa jika seseorang menuliskan nama di surat, apalagi kalau dikirim untuk keluarga kerajaan. Apa-apaan ini? Apa bangsawan bodoh mencoba mengejekku? Atau mungkin hanya ingin mencari masalah denganku? Semua pertanyaan itu membanjiri kepalaku, aku segera menerima surat itu dengan kalem.
“Saya belum membaca suratnya, Pangeran Geordo, tapi kami sudah mengkonfirmasi jika tidak ada satupun bahan berbahaya di dokumen itu…”
Aku menerima kalimat pelayanku yang paling mumpuni dan membukanya, menarik secarik kertas polos. Tapi, apa yang tertulis disana… sangat diluar dugaan.
“Apa… ini?”
Aku, Geordo Stuart, kehilangan kata-kata.
★★★★★★★★★
Jadi sepertinya aku diculik, dibawa ke tempat yang tidak kukenal, dan selain itu, tujuan penculiknya tidak jelas? Aku bingung! Bagaimana aku harus mengatasi situasi ini?
Tapi… ketika aku lapar, makanan ringan akan diantar. Ketika aku bosan dan ingin membaca, mereka juga menyediakan buku. Kalau aku komplain kalau gaunku terlalu ketat atau kaku, aku dibawakan pakaian indoor yang nyaman dan longgar. Kalau sekarang aku di akademi, aku pasti sedang kelas dan bekerja keras dalam praktikum. Tapi kini, ketika semua kegiatan itu terjadi, aku malah bergulung-gulung dan bersantai sepenuh hati di ruangan ini.
Kalau aku di manor Claes, ibu pasti akan memarahiku sambil menyipitkan matanya. “Sampai kapan kau mau malas-malasan, Katarina? Kau harus belajar lagi tentang etika sosial dan memperbaiki kelakuanmu!” katanya.
Tapi disini, tidak akan ada yang memarahiku. Aku bebas menikmati semua buku yang ingin kubaca, bergulung-gulung di kasur, dan memakan semua manisan yang aku mau. Sudah setengah hari aku berada di tempat aneh ini, tapi aku, Katarina Claes, sudah nyaman tinggal disini.
Lana sepertinya merasa aneh. Ia melihatku dengan ekspresi ragu. “Mungkin aneh jika menanyakannya, Nona Katarina… tapi, kalau diizinkan… apakah Anda tidak khawatir sedikitpun?”
“Khawatir?”
“Iya… seperti, ‘Dimana ini?’ ‘Kenapa aku diculik?’ semua masih abu-abu…”
“!” Benar juga! Aku… diculik! Aku terlalu menikmati diri, hingga melupakan fakta ini. “I-Iya… diculik…” aku tiba-tiba dibawa kembali oleh perkataan Lana, sembari mengeluarkan respon terbata-bata.
“…Apa mungkin Anda lupa, Nona Katarina…?” mata biru Lana terbuka lebar karena terkejut. Ia sepertinya bingung, tidak… malah membeku di tempat.
“Aku… aku minta maaf.”
Mendengar permintaan maafku, Lana menunduk, tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Mungkin dia berpikir tentang betapa santai dan bodohnya aku. Tapi… sungguh. Aku sekarang ada di tempat yang nyaman, aku harus menikmatinya.
Dari sudut mataku, aku bisa melihat pundak Lana bergemetar — dengan keras. Eh?! Ada apa? Apa dia sakit? “L-Lana? Ada apa? Apa kau baik-baik saja?” tanyaku penuh khawatir.
“…T-Tidak. Tidak apa-apa, Nona Katarina. Maafkan saya,”katanya, dengan suara tidak siap.
“Apa kau… benar baik-baik saja?”
“Iya. Tolong jangan khawatir,”jawab Lana, suaranya kini jauh lebih normal. Ia mendangak, melihat wajahku. “Anda seperti yang dirumorkan, Nona Katarina…” ekspresinya kini penuh senyuman.
“Rumor?” aku mengira-ngira rumor apa itu.
Tapi, Lana hanya tertawa lembut, dan mengelak pertanyaanku. Tawa itu… senyum itu. Rasanya seperti aku pernah melihatnya sebelumnya… tapi aku mungkin terlalu memikirkannya. Karena, ini pertama kali aku bertemu dengannya.
Akhirnya setelah mengingat kembali situasi gentingku, aku mulai mencari informasi dari Lana, tapi tentu saja ia tidak bisa menjawab. Karena ia hanya pelayan — kalau dia
tidak dilarang membocorkan informasi oleh tuannya, maka pasti lebih mudah menggali informasi darinya. Tapi… walau aku meminta Anne untuk merahasiakan beberapa hal, ia tidak pernah melakukannya. Seperti ketika aku diam-diam mencuri manisan dari dapur, atau ketika aku memecahkan kaca dan patung ketika berkeliling, dan lain-lain. Insiden itu ia laporkan ke ibu segera setelah terjadi.
Dan begitulah, aku terus hidup di ruang kecil ini, bersantai dan menikmati diriku sebanyak mungkin. Aku juga berbincang banyak dengan Lana, yang selalu bersamaku. Aku menceritakan padanya tentang ladang yang kugarap dan tanaman yang kutanam, dan pohon yang kupanjat dan ikan yang kupancing. Ia sepertinya tertarik akan ceritaku. Ia memintaku menceritakan lebih banyak dengan mata berbinar, dan kami akhirnya jadi teman akrab.
Gawat… aku benar-benar bisa, terbiasa dengan kehidupan baruku ini.
Lana membawakanku sarapan, dan aku meyakinkannya untuk tinggal dan makan denganku sambil komplain kalau makan sendiri sangat membosankan. Tapi, makan malam ini jauh berbeda.
Aku dibawa ke meja makan yang luar biasa panjang. Kurasa makan malam akan dihidangkan di meja yang besar ini. Seorang pelayan di ruangan itu menunjukkan tempat yang disiapkan untukku, dan aku segera duduk disana. Ada satu set perabot makan di seberangku, dan sepertinya akan ada orang lain yang bergabung.
Saat aku baru menyadarinya, Selena berjalan ke ruangan, diikuti oleh butler playboy. Setelah melihatnya aku duduk dengan rapi di kursiku, ia lalu memanggilku. “Nona Katarina, apa Anda baik-baik saja…?”
“Ah, iya. Tentu saja! Terima kasih untuk segalanya.” Jawabanku sangat bahagia dan santai — bagai lupa kalau aku sedang diculik.
Selena sepertinya bingung akan nada bicaraku dan sikapku. “Aku sungguh minta maaf… aku tidak bisa menyiapkan sarapan yang pantas, dan maaf membuatmu sarapan di kamar yang sempit…” ia menunduk dalam.
Kebanyakan bangsawan di kerajaan ini memang biasanya makan di meja makan seperti ini kecuali ketika sakit, dirawat di kasur atau terluka. Kurasa karena itu Selena meminta maaf… tapi kamar itu juga tidak terlalu sempit, dan aku juga tidak butuh bermacam-macam makanan untuk sarapan. Nyatanya, aku biasanya mencoba memakan apapun yang disediakan untukku, dan aku akan sakit perut karenanya. Sarapan pagi ini jumlahnya cukup, dan aku juga makan ditemani Lana, jadi Selena tidak perlu meminta maaf.
“Oh, tidak, tolong jangan khawatir. Aku baik-baik saja!”jawabku. Aku memang baik-baik saja.
“…Aku sungguh minta maaf atas ketidaknyamanannya…” tapi, Selena mengartikan deklarasiku sangat berbeda. Ia menundukkan kepala sekali lagi dengan ekspresi menyedihkan sambil melihat tangannya. Melihatnya membuatku merasa bersalah!
Di luarnya, Selena terlihat seperti seorang gadis bangsawan yang dimanja dan selalu diawasi… tapi ia pasti sosok yang lemah gemulai dan rapuh. Kalau begini, aku ingin langsung berkata, “Oh, tapi aku cukup menikmati waktu yang nyaman!” tapi pasti ia akan salah mengartikannya lagi.
Sepertinya Selena pikir aku juga sosok yang lemah gemulai! Tapi… tidak. Tentu saja aku tidak begitu. Tidak terlalu lemah gemulai, tapi mungkin agak diawasi. Walau ya, aku juga bisa jadi lemah gemulai kalau berusaha. Contohnya, aku akan marah kalau ada orang yang memakan makananku. Atau ketika hasil panenku, siap dipanen, dan malah dimakan oleh burung atau hama lainnya, hatiku yang lemah gemulai pasti terluka.
Tapi bukan saatnya memikirkan itu. Karena, aku bisa memakan semua yang kumau, membaca apapun yang aku mau, bergulung-gulung di kasur sepanjang hari dan tanpa dimarahi siapapun… kalau ini bukan kenyamanan, lalu apa? Bahkan, aku ingin hidup dengan elegan dan serba berkecukupan disini lebih lama lagi.
Selena tidak mengerti sudut pandangku sama sekali. Malah, ia hanya terus meminta maaf, dan menunjukkan kekhawatirannya. Aku bisa memakan sarapan yang dibawa ke kamarku dengan nyaman, dan ia berkata “tidak apa, Nona Katarina… kau tidak harus memaksakan diri memakannya,” semua dengan wajah khawatir. Tapi tentu saja, aku memakannya karena aku mau…
Kalau ada, aku sekarang malah merasa khawatir pada Selena, yang sepertinya tidak makan apapun sama sekali. Nyatanya aku mulai mengira-ngira… Selena mengkhawatirkanku sepanjang waktu, tapi apa dia sebenarnya juga diculik? Dia tidak terlihat sehat sama sekali. Walau begitu, ia terus menanyakan apa yang kubutuhkan, dan apa yang kuinginkan, lagi dan lagi. Aku sudah meminta cukup banyak hal, sungguh. Aku sudah diberikan semua yang kumau.
Kebaikan Selena memang luar biasa. Nyatanya, caranya memanjakanku melebihi seluruh pengalamanku selama enam belas tahun ini. Melihat Selena, aku tidak bisa berhenti berpikir kalau segala acara penculikan ini karena ia punya niat lain. Aku hanya menghabiskan sedikit waktu dengannya, tapi aku sudah mengenalnya sejauh ini.
Setelah selesai makan, aku secara mental menepuk punggungku, karena sangat kenyang. Saat itulah mataku bertemu Lana. Matanya sedikit menyipit. I-Ini! Tatapan ini…! Tatapan gusar pada seorang gadis bodoh yang lupa kalau dia sedang diculik! Tapi tidak! Aku tidak akan lupa! Aku hanya sedikit, sedikit bersantai karena kenyamanan baruku. Lalu…
“Em… Nona Selena? Boleh aku tahu kenapa aku dibawa kesini? Kau tadi menyebutkan kalau aku akan segera dilepas jika masalah tertentu sudah selesai. Apa sebenarnya… masalah ini?” aku bertanya pada Selena sekali lagi, dengan pertanyaan yang pertama kali kutanyakan saat tiba disini. Lihat? Aku tidak lupa sama sekali kalau sedang diculik! Aku Cuma senang mendapat waktu liburan, dan hanya itu saja!
Mendengar pertanyaanku, Selena, yang terlihat sedikit sakit, kini terlihat sangat, sangat sakit. Ukh… maafkan aku Selena. Sungguh!
“Iya… kurasa kau pasti merasa tidak nyaman karena ditinggal, Nona Katarina… mungkin ini bisa sampai mengganggu kualitas tidurmu…”
Salah besar… aku sudah diperlakukan dengan sangat baik. Aku tidak takut atau khawatir sama sekali, dan aku sangat yakin kalau aku bisa tidur nyenyak malam ini. walau begitu, aku tetap diam, dan membiarkan Selena bicara.
“Sebenarnya, Nona Katarina… kau dibawa kemari karena…”
Segera setelah Selena mulai bicara, butler playboynya, si Rufus, segera mengganggunya. “Nona Selena… Anda sudah selesai makan. Mungkin sebaiknya Anda kembali ke kamar? Anda pasti lelah juga, Nona Katarina… lebih baik kalau Anda berdua tidur,”kata Rufus, sembari meletakkan satu tangannya di pundak Selena.
“…Ah… iya. Kalau begitu, Nona Katarina… selamat malam.”dengan begitu, Selena berdiri dari tempat duduknya, seperti boneka tanpa emosi, sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan.
Rasanya ia menjadi seperti orang lain dengan Selena yang kubicarakan tadi. Entah kenapa, aku merasa setitik… rasa takut membuat bulu kudukku berdiri.
Akhirnya, aku tidak tahu dimana atau kenapa aku disekap — dan segera, malam tiba. walau Selena takut aku tidak bisa tidur, tapi tidak ada masalah sama sekali. Setelah makan
malam, aku berbincang ria dengan Lana, dan minum teh yang enak, dan segera saja pergi ke dunia mimpi. Bahkan, aku sudah hampir tidur dengan tenang, hingga…
“Nona Katarina, tolong bangun.”
“Tidak… Aku tidak mau. Aku masih ngantuk. Biarkan aku tidur sebentar lagi… Anne.”
“Maaf sekali, Nona Katarina, saya bukan Anne, tapi Lana.”
“Nn… Lana? Eh? Bukankah dia Anne? Siapa Lana ini?
Setelah membuka mata, aku disambut oleh langit-langit yang asing — ini bukan kamar asrama yang biasa kutiduri. Eh? Aku dimana? Dengan ingatan berhamburan, aku bangun perlahan, dan akhirnya mengingat kejadian kemarin. Benar sekali… aku diculik dan dibawa ke kamar nyaman ini.
Kamar itu gelap, hanya disinari oleh temaram cahaya lampu tidur. Eh…? Masih belum pagi ternyata.
“Anda kedatangan tamu, Nona Katarina.”
“Eh…? Tamu?” Siapa gerangan di malam selarut ini? masih mengantuk, aku bangun dan meminta Lana menata rambutku dan merapikan baju tidurku — semua sambil setengah terbangun — sebelum akhirnya duduk di kursi. Dengan begitu, pintu perlahan dibuka, dan yang berdiri ada siluet kecil yang familiar.
“…Selena?” sosok yang disinari cahaya lampu adalah Selena Berg. Aku selalu mengiranya seperti binatang kecil, yang sangat imut. Tapi… ada apa jam segini? Ukh… sungguh… aku masih sangat mengantuk. Aku mengucek mataku.
“Ya… maaf aku mengunjungimu di jam ini, Nona Katarina… tapi, aku khawatir Anda ketakutan dan tidak bisa tidur…”
Sebenarnya, Selena yang sepertinya tidak bisa tidur. Ia terlihat jauh lebih pucat dari tadi. Aku, di sisi lain, memakan makan malam enak, dan tidur segera setelahnya. Aku berasumsi kalau ini terlihat jelas di wajahku. Kalau ada, wajahku pasti menunjukkan kekhawatiran pada Selena.
“…Di meja makan tadi… entah kenapa, aku merasakan perasaan kuat ini, Nona Katarina. Kalau aku tidak boleh memberitahumu. Tapi… tapi. Aku masih merasa kalau penting memberitahunya padamu,”kata Selena, sesuatu pasti membebani pikirannya. Aku tidak menyangka is terus khawatir tentangku saat aku tidur dengan nyaman… kini aku merasa sangat bersalah.
“Hmm… pasti itu alasan kenapa aku dibawa kemari, kan? seperti dugaanku… kau pasti tahu alasannya, Nona Selena.”
“Ya… karena, seluruh penculikan ini adalah ideku…”
“?!” Eh?! Nona Selena pelakunya? Kupikir, dengan seluruh tingkah dan ekspresi tidak bersalahnya, kalau dia diperalat oleh seseorang, atau mungkin diancam… tapi! Tapi! Dia malah otaknya… rahangku kehilangan pegangannya, seperti ikan koi, karena terkejut.
Bagai mengulang, Selena memulai penjelasannya. “Aku… aku ingin menculikmu, Nona Katarina… dan menggunakan keamananmu sebagai alat tukar. Semua agar Pangeran Geordo menyerahkan hak menduduki takhta kerajaannya…”
“…Geordo? Untuk membuatnya menyerahkan hak menduduki takhta?” jujur saja, alasan itu tidak masuk akal.
“Ya… agar Pangeran Ian bisa mendapat takhta.” Hingga saat ini, mata Selena selalu gelap, bahkan sedikit berkabut, tapi kini aku melihat niatan yang jelas darinya.
Lalu ia melanjutkan, dan rahasia dibalik penculikan ini mulai terbongkar…
Ada banyak bagian yang membingungkan disana sini, tapi aku memahami kebanyakan maksudnya. Ringkasnya, Geordo akhir-akhir ini mulai mendapat kekuatan politik, dan fraksi bangsawan tertentu merasa kalau takhta harus diserahkan padanya.
Saat ini, pergelutan hanya terjadi antara Jeffery, putra tertua dari keempat pangeran, dan Ian, pangeran kedua. Kompetisi hanya semakin panas kalau Geordo ikut berebut takhta. Karena itu ia ingin Geordo menyerahkan haknya menduduk takhta sebelum semua terjadi.
Kalau begitu, kenapa ia tidak melakukannya pada saingan terbesar Ian, Jeffery? Kenapa Geordo? Aku mengira-ngira sesaat, tapi…
“Ya… walau keamananku yang jadi jaminan, aku ragu Pangeran Geordo akan menyerahkan hak menduduki takhtanya.” Walau memang benar aku sudah berteman dengan Geordo selama bertahun-tahun, dan kami akur, tapi membuang hak menduduki takhta bukan sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.
Apakah Geordo akan melakukannya? aku paham kalau semisal aku pasangan atau istirnya, tapi aku tidak lebih dari tunangan, dan tugasku hanya sebagai penghalau. Aku rasa Geordo tidak akan mau berkorban sejauh itu demi orang sepertiku.
“Kau salah, Nona Katarina… Cinta Pangeran Geordo padamu sudah dikenal di seluruh negeri. Ia akan melakukan segalanya — apapun untukmu, Nona Katarina…”kata Selena penuh gairah.
Sayang sekali… itu hanya kebohongan, rumor! Semua demi mencegah para gadis bangsawan menyebalkan yang ingin mendekati Pangeran sadis berhati busuk. Atau itu yang kupikirkan.
“Aku sangat… iri, Nona Katarina… sangat iri… karena ia sangat, sangat mencintaimu…” kata Selena, pipinya kini diwarnai merah muda di bawah temaram lampu. Aku merasa kalau aku tidak boleh merusak mimpinya, jadi aku tetap diam.
★★★★★★★★★
Pangeran Geordo, Pangeran Alan, Tuan Keith, Tuan Nicol, Nona Mary, Nona Sophia, dan Nona Maria… bersama dengan beberapa anggota OSIS lainnya, berkumpul di ruang tertentu di asrama. Tapi, satu sosok yang harusnya ada di ruangan ini hilang. Aku, Anne Shelley, kehilangan nonaku, Nona Katarina Claes.
Sudah satu setengah hari berlalu sejak festival sekolah berakhir… sejak nona muda menghilang. Saat itulah surat anonim tiba di depan kamar Pangeran Geordo… yang tertulis disana hanyalah: “Kalau kau ingin Katarina Claes kembali dengan aman, segera umumkan pada publik kalau kau mundur dari hak takhta kerajaan.” Ya… Nona Katarina masih hilang, keberadaannya tidak diketahui. Ia diculik.
Setelah menerima surat itu, Tuan Geordo memanggil semua dan menjelaskan situasinya. Sepertinya ia mengetahui kekhawatiranku akan nona muda, dan membiarkanku ikut pertemuan ini.
Segera setelah Pangeran Geordo menyelesaikan penjelasannya, ekspresi seluruh orang yang hadir, yang sudah berkabut sebelumnya, sekarang jauh lebih gelap. Aku menduga kalau ekspresiku tidak jauh berbeda dengan mereka, juga, takut dan terkejut.
Keheningan memenuhi ruangan setelah penjelasan selesai. Tak ada satupun kalimat keluar untuk beberapa saat… lalu.
“Lalu? Apa yang akan kau lakukan, Pangeran Geordo?”kata Tuan Keith, dan melihat pangeran.
“Kalau ini yang dibutuhkan demi membawa Katarina kembali dengan aman… aku akan melakukannya. Raja, Takhta, dan segalanya. Tapi… aku tidak bisa segera melakukannya. Butuh proses, dan waktu. Tapi kalau saat ini, sesuatu terjadi…” senyum Pangeran Geordo tidak ada dimanapun. Ekspresinya penuh duka — dan sekaku Tuan Nicol.
“…Walau begitu, Geordo. Walau kau menurutinya, kita tidak punya jaminan kalau Katarina aman. Karena ia mungkin… sudah dibungkam oleh pelakunya, karena sudah melihat wajahnya.” Kalimat Tuan Nicol sangat berat.
“Tidak! Tidak! Tidak mungkin! Setelah menculik dan membunuhnya gara-gara melihat pelakunya, sangat tidak masuk akan!”teriak Nona Sophia, walau suaranya terdengar lebih menderita dan sedih. Walau aku tidak punya kata-kata itu, aku ikut menjerit dalam hati bersamanya.
“Kalau dia bisa menculik, ya? kata ‘masuk akal’ tidak akan lagi ada di kamusnya. Kemungkinan yang Nicol katakan bisa saja terjadi. Kita tidak punya jaminan kalau semua akan berakhir karena Geordo melakukan apa yang ia mau. Kalau ada, daripada kita menunggu persiapan panjang untuk mundur dari hak menduduki takhta… kita harus mencari dimana orang-orang ini.”
“Oh, kau kadang punya ide yang bagus juga, Pangeran Alan.”
“…’Kadang’ nya tidak perlu, Mary.”
“Hehehe. Maaf. Jadi… kalau begitu, kita hanya perlu menghancurkan dan membongkar seluruh tempat yang bisa jadi tempat sembunyi, kan?”kata Nona Mary, dengan senyum menakutkan di wajahnya.
Tapi, Tuan Keith, melayangkan protes. “Ya, kurasa jangan… mencari tempat-tempat ini membabi buta tidak akan efisien. Karena, pasti butuh waktu lama…”
“E-Em…! Tapi bukankah ada kemungkinan kalau Sihir Kegelapan adalah dalang dibalik insiden ini…?”kata Nona Maria, suaranya keluar dengan putus asa.
Ya… sepertinya seluruh murid yang melihat Nona Katarina sebelum ia menghilang tiba-tiba kehilangan ingatannya. Sata mirip dengan insiden tahun lalu. Sihir Kegelapan adalah
kekuatan terlarang yang disembunyikan dari khalayak luas oleh keluarga bangsawan. Ilmu Hitam yang bisa mengendalikan dan memanipulasi hati korbannya…
Alasan mengapa perkumpulan ini mengetahui segalanya adalah karena apa yang terjadi tahun lalu. Insiden terntentu… telah terjadi. Selama insiden itu, Sihir Kegelapan dirapalkan pada Nona Katarina, dan untuk beberapa saat, ia tertidur lelap. Semua yang terlibat sangat khawatir, tapi segalanya akhirnya terselesaikan dengan damai, berkat kontribusi Nona Katarina.
Karena insiden itu, rahasia Sihir Kegelapan diungkapkan pada seluruh orang disini, Nona Katarina, dan aku, yang sudah melayani Nona Katarina selama bertahun-tahun. Keberadaan sihir tersembunyi… Ilmu Hitam.
Tapi, insiden Sihir Kegelapan tahun lalu sudah selesai. Pelakunya juga, sekarang akrab dengan semua orang di ruangan ini. Karena itu, kalau Ilmu Hitam terlibat lagi dengan insiden ini, kami tidak punya pilihan lain selain berpikir kalau ada Pemilik Sihir Kegelapan lain.
“Kalau… Ilmu Hitam memang digunakan. aku mungkin bisa mendeteksinya… aku perlu menyelidiki orang yang mencurigakan,” kata Nona Maria. Karena ia adalah satu dari sedikit Pemilik Sihir Cahaya di kerajaan, ia bisa melihat sesuatu yang orang kebanyakan tidak bisa lihat — ia sepertinya bisa melihat Ilmu Hitam itu sendiri. seperti katanya, mungkin ia bisa menemukan pelakunya, selama ia bisa melihatnya. Ide yang sangat efektif, atau itulah yang kupikirkan.
“Ya, ide bagus… Tapi, seingatku, Sihir Kegelapan hanya bisa dideteksi ketika sedang digunakan, atau baru saja digunakan, kan? kalau begitu… karena sudah satu setengah hari berlalu, bukankah sudah tidak mungkin mencari pelakunya…?”
“…Itu…” ekspresi Nona Maria berkabut lagu.
Ahh… padahal kupikir itu ide yang bagus, juga…
“Kurasa kita harus menghancurkan seluruh kemungkinan itu satu persatu!”
“Tunggu, Mary! Kemana kau pergi? Tenang dulu!”
Mengabaikan protes Pangeran Alan, Nona Mary melepaskan diri, dan dengan senyum yang gelap dan menakutkan yang tidak pernah kulihat sebelumnya, ia meletakkan satu tangannya di gagang pintu… hanya untuk mendengar suara pintu dibuka dari sisi berlawanan. Tamu lain.
“Nona Mary… kemana kau akan pergi?”
“Oh, bukankah Tuan Raphael? Senang melihatmu. Tentu saja, aku akan mencari Nona Katarina.”
Orang ini adalah orang yang sama yang menyebabkan insiden tahun lalu. Ia kini bekerja di Kementerian Sihir… Tuan Raphael Wolt. Ia pasti mendengar kejadian ini juga.
Tuan Raphael merespon kalimat Nona Mary dengan tenang tanpa rasa terkejut. “Dan bagaimana kau akan melakukannya, Nona Mary?”
“Ya, kurasa aku akan mulai dengan mengahancurkan seluruh tempat mencurigakan. Aku bermaksud melakukannya.”
Tuan Raphael hanya menghela mendengar Nona Mary, yang sepertinya sangat percaya diri akan apa yang baru ia katakan. “Bukankah kau terlalu sembrono?”
“Tapi! Saat kita bicara begini. Nona Katarina bisa saja dalam bahaya! Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?!”teriak Nona Mary. Aku bisa melihat air mata memenuhi matanya. Walau di luar ia berani, sudah jelas bagi kami kalau ia juga sangat khawatir.
Tapi, Tuan Raphael hanya tersenyum lembut. “Tenang saja. Nona Katarina tidak sedang dalam bahaya.”
Mendengar pernyataanya, Pangeran Geordo menyipitkan matanya, dan tatapannya segera ditujukan pada Tuan Raphael. “Mungkin kau perlu memperjelas perkataanmu.”
“Ah, tentu saja. Kau tahu, seorang bodyguard yang sangat kuat dan menakutkan sekarang ada di sisi Nona Katarina… karena itu, tidak ada bahaya yang segera menyerangnya. Tolong, biarkan kita menunggu sedikit lebih lama lagi.” Mengikuti pernyataan ini, nada bicara Tuan Raphael berubah — kini suaranya penuh keyakinan dan kekuatan sambil berkata: “Aku akan menyelamatkan Nona Katarina.”
★★★★★★★★★
Kini sudah beberapa saat sejak aku mulai mengelus punggung Selena. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Semua berawal dari pembicaraan tentang Geordo yang rela melakukan apapun untukku — sebuah kesalahpahaman tentunya. Lalu Selena dengan pipi yang disinari temaram lampu berkata, “Aku sangat iri padamu, Nona Katarina… karena ia sangat, sangat mencintaimu…” ulangnya segera setelah mengatakan. “Aku sangat, sangat iri padamu…” segera saja, air mata mengalir dari mata lebarnya.
“S-Selena! Apa kau baik-baik saja? ada apa?”karena panik, aku mendekatinya dan meletakkan tangan di punggungnya.
“…Nona Katarina… aku tidak menyangka kau khawatir pada orang sepertiku, seseorang yang melakukan hal semacam ini padamu… Kau sungguh orang yang suci, seperti rumor katakan. Dibandingmu, aku… aku sangat tidak berguna. Tentu saja Pangeran Ian akan membenciku…”setelahnya, tangisan Selena semakin keras.
Rumor? Suci? Aku tidak paham apa yang ia katakan, tapi kini dia menangis — tidak, tapi juga sesenggukan. Aku tidak bisa memikirkan apa-apa lagi selain memeluknya dan mengelus punggungnya selembut mungkin. Aku terus mengelus punggungnya hingga Selena cukup tenang untuk bicara.
“Aku… aku minta maaf. Aku kehilangan ketenanganku…” matanya merah, dan ia seperti bisa pingsan kapanpun. “…Aku hanya sedikit iri padamu dan Pangeran Geordo…”
“Iri?” Aku tidak lebih dari tameng anti-lamaran si Pangeran berhati busuk! Tidak mungkin posisiku mengirikan hati! Sepertinya dia salah mengira kalau Geordo dan aku seperti semacam pasangan…
“Iya… caramu dan Pangeran Geordo saling mendukung satu sama lain sungguh menakjubkan.”
Hmm. Ya, Selena benar-benar salahpaham.
“Tidak hanya kau, tapi juga Pangeran Jeffery dan Nona Susanna, dan Pangeran Alan dan Nona Mary… mereka saling mendukung satu sama lain, dan aku sangat iri.”
Aku tidak tahu tentang Pangeran Jeffery dan pasangannya, tapi… apakah Mary dan Alan bisa disamakan? Kalaupun ada, aku merasa Mary selalu yang lebih unggul. Nyatanya, pemandangan Alan menemani Mary lebih sering terlihat seperti anak buah menemani bosnya.
Tapi, itu bukan sesuatu yang bisa aku katakan begitu saja di depan Selena saat ini. Jadi aku tetap diam dan mendengarkan apa yang ingin ia katakan.
“Nona Susanna dikenal sebagai wanita paling bijak dan bertalenta di kerajaan…”
Ohh? Jadi wanita seksi itu punya julukan juga, ya…?
“Nona Mary dikenal sebagai sosok ideal dari seorang gadis bangsawan…”
Ah, iya. Mary memang luar biasa. Ia pandai menari dan etika sosialnya juga hebat… ia sangat sempurna dari segala sisi. Bahkan, mungkin itulah kenapa ia bisa menjadikan Alan anak buahnya!
“Nona Katarina terkenal akan kesuciannya, mudah menerima siapapun dan sangat ramah…”
Eh?! Aku? Suci? Aku dikenal begitu? Maaf mengecewakan, tapi aku tidak pernah mendengar hal semacam itu! Tidak ada yang memanggilku begitu.
Apakah maksudnya benar-benar “suci”? Mungkin mereka bermaksud mengatakan kalau aku orang yang sangat lancang. Pasti itu maksudnya. Karena, guruku selalu bilang kalau aku “lancang dan semangat.” Pujian yang hebat tentunya!
“Dibandingkan kalian… aku tidak bisa apa-apa. Aku tidak berguna. Sihirku lemah… dan aku tidak terlalu pintar. Aku hampir tidak membantu Pangeran Ian… aku hanyalah beban baginya, tunangan yang gagal…” kata Selena, dan air mata kembali ke matanya. “Jadi… setidaknya, aku ingin berguna untuknya… dan aku merencanakan segala insiden ini. aku sungguh minta maaf, Nona Katarina…”air mata terus mengalir lagi dan lagi.
Sihir lemah… dan tidak pintar? Aku merasa setara dengan Selena. Aku kini mengerti kenapa ia merasa bersalah selama ini, dan aku bisa melihat alasannya.
Walau metodenya terkadang membingungkan, semua yang Selena inginkan hanyalah berguna untuk orang yang ia cintai. Ketika aku memikirkannya, aku tidak bisa berhenti merasa tenang dengannya.
“Tentu saja… aku berencana bertanggung jawab, setelah semua ini selesai.”
“Eh? Bertanggung jawab?”
“Ya… aku akan membatalkan pertunanganku dengan Pangeran Ian, dan untuk menebus dosaku, aku akan menyerahkan diri pada pihak berwajib…”kata Selena, tanpa rasa ragu di wajahnya.
Eh?! Membatalkan pertunangannya dan melaporkan diri? Tapi kenapa?
“Ke-Kenapa? Kau hanya ingin melakukan sesuatu untuk Pangeran Ian, kan? tapi sekarang kau mencoba membatalkan pertunangan dengannya dan melaporkan diri? Apa ini yang kau inginkan?”
“Ya… sejak awal, akulah yang mulai mencintai Pangeran Ian. Dan kini aku sudah membulatkan keputusanku. Aku yakin.”
“Eh? Tapi bukankah kalian sudah bertunangan?”dari cara Selena bicara, sepertinya cintanya bertepuk sebelah tangan.
Tapi, Selena melanjutkan dengan sedih. “Aku terlahir dari seorang duke. Ketika aku kecil, aku menghabiskan waktu dengan Pangeran Ian, dan karena usia dan fakta kalau aku bisa menggunakan sihir, aku dipilih sebagai tunangannya. Tapi seperti kataku, kekuatan sihirku lemah… dan aku tidak pandai juga. Tidak lama kemudian, kedua orang tuaku dan kerabatku mulai menyarankan kalau ia harus mencari tunangan yang jauh lebih cocok. Tentu saja mereka memikirkannya. Karena pasangan pangeran lain sangat menakjubkan!
Mereka saling mendukung. Aku sendiri yang tidak bisa apa-apa. Aku tidak berguna… aku hanya merepotkan Pangeran Ian.”
Ya… kembali ke manor Claes, ibuku selalu berkata, “Pangeran Geordo harus memilih tunangan lain! Putriku hanya akan merepotkannya!” dan hal semacam itu. Hmm, ya. Aku kini merasa jauh lebih dekat dengan Selena. Kita sangat mirip di berbagai hal.
Selena melanjutkan, semua kudengar dengan pikiran kosong. “Dan… Pangeran Ian sendiri juga jijik padaku, jadi…” ia menundukkan kepalanya dengan sedih.
Pangeran Ian membenci Selena? Sungguh? Aku ingat saat festival sekolah. Pangeran Ian, kaku dan tegas, dengan ekspresi sangat serius, menemani Selena. Tidak mungkin aku tahu seberapa dalam hubungan mereka hanya dengan pertemuan itu, jadi…
“Ya… apakah kau pernah dengan Pangeran Ian mengatakannya langsung padamu…?”
“Eh?”
“Apa kau pernah menanyakan Pangeran Ian tentang perasaannya padamu?”
“Ti-Tidak mungkin aku bisa menanyakannya! Tapi… semua orang di sekelilingku selalu berkata kalau Pangeran Ian lelah, dan betapa ia sangat tidak menyukaiku… dan betapa ia… sangat membenciku…”
“Tapi Nona Selena… itu adalah kata-kata orang lain, kan? apa kau dengar langsung pangeran mengatakannya? Mungkin kau hanya membayangkan kalau ia membencimu?”
“Tapi…”
Seseorang tidak boleh terlalu memikirkan perkataan orang lain. Terlebih lagi bagi seorang bangsawan, sebuah saran bijak dari adik angkatku, Keith. “Ejekan dan penipuan adalah hal umum di kalangan bangsawan, Kak. Tolong berhati-hatilah,” katanya.
Kalau seseorang percaya pada perkataan penipu dan tukang bohong itu, seseorang mungkin percaya kalau aku adalah gadis bangsawan yang menakjubkan, dan sangat dicintai Pangeran Geordo, ketika yang benar adalah kebalikannya. Jadi…
“Emosi seseorang hanya diketahui oleh orang itu sendiri, kan? Jadi, Nona Selena… kalau kau ingin tahu kenyataannya, kau harus bertanya pada Pangeran Ian!”
“Bertanya…?” Selena mengangkat kepalanya.
“Ya, bicaralah pada Pangeran Ian, atau setidaknya coba saja!” karena, tidak akan ada kemajuan tanpa bicara langsung. Faktanya, ini adalah masalah yang Selena hadapi — hanya dengan bicara dengannya seperti sekarang, aku lebih mengerti banyak tentangnya.
Selena membuka mata lebarnya, mata bulat dan lebarnya, iris coklatnya melihat langsung padaku.
“Katakan… Nona Selena. Kau selalu bilang kalau kau tidak bisa apa-apa, kalau kau tidak bergunu, tapi baru saja… aku pikir kau salah.” Jujur saja, masalah sihir yang lemah dan kemampuan akademik rendah yang Selena pikirkan, kami tidak jauh berbeda. Karena, kami hanya kebetulan ada di akademi dimana banyak individu high-spec.
“Lebih penting lagi, kau khawatir padaku, Orang asing. Kau khawatir apakah aku bisa tidur atau tidak. Dan kau bahkan berniat untuk menyerahkan diri… semua demi menolong orang yang kau cintai.”
Keberanian semacam itu pasti tidak mungkin untukku. Dan lebih dari itu, ia mengumpulkan seluruh kekuatannya di bawah asumsi kalau orang yang ia cintai membencinya! Dibandingkan denganku, yang merencanakan ular mainan realistis demi menghalau Geordo jika saja ia mencoba menyerangku, sungguh sangat berbeda.
Aku melihat balik tatapan Selena, melihat mata coklatnya. “Bagiku, Nona Selena, kau orang yang lembut dan kuat. Tidak ada satupun tanda kalau kau tidak berguna atau tidak bisa apa-apa. Menurutku, kau orang yang luar baisa.”
Mata Selena melebar terkejut — dan untuk beberapa saat, ia hanya memandangku. “…Ini… kali pertama, orang mengatakannya padaku…”
Aku tersenyum simpul pada Selena. “Kalau begitu! Aku akan terus mengatakannya mulai hari ini hingga seterusnya. Sebanyak yang kau mau. Jadi… apa kau mau menjadi temanku, Nona Selena?”
Walau ia yang merencanakan semua ini, tapi Selena terus menerus mengkhawatirkanku. Ia siap untuk ditangkap dan ditahan, semua demi orang yang ia cintai. Walau perawakannya kecil dan sikapnya seperti binatang kecil, tapi Nona Selena kuat. Ia sangat murni, dan gadis bangsawan yang kuat.
Aneh rasanya, melihat hubungan kami, karena ia penculik dan aku korban, tapi… sebentar saja, aku menyukai gadis bernama Selena Berg. Lebih dari apapun, rasa pertemananku dengannya semakin bertambah setelah bicara dengannya. Kami pasti akur.
Aku tersenyum, dan mengulurkan tangan pada Selena.
“…Aku tidak menyangka kau mengatakan hal itu pada penculikmu… Nona Katarina, kau sungguh seperti yang rumor katakan,”kata Selena sambil melihat tangan yang kuuulurkan.
Hmm? Rumor? Ah, apakah tentang aku yang lancang dan banyak tingkah?
“…Inilah aku, tapi… kuharap kita akur…”
Dan dengan begitu, Selena menerima uluran tanganku. Ia melihatku, dan tidak lagi mengalihkan pandanagnnya.
“Nona Katarina… seperti katamu, aku tidak akan terpengaruh pada apa yang orang katakan lagi. Aku akan bicara dengan Pangeran Ian dan mendengar apa yang ia katakan.”
“Ya, hebat sekali!”
“…Iya.” Mata Selena tidak lagi dipenuhi air mata, dan masalahnya, serta ekspresi pucatnya sudah hilang. “Tapi sebelum itu… aku harus menghentikan acara penculikan bodoh ini… dan menebus dosaku…”
“Kalau waktunya tiba, aku akan merahasiakannya!”karena, Selena memang tidak melakukan hal yang buruk padaku. Kalaupun ada, ia malah menyediakan hidup yang nyaman! Rasanya seperti seseorang jalan-jalan lalu tersesat.
Senyum Selena sepertinya memahit mendengarku. “Kau sungguh orang yang lembut, lagi dan lagi… tapi… itu tidak mungkin. Dosa yang kulakukan dengan tanganku harus ditebus dengan selayaknya…”katanya dengan ekspresi tegas dan kalem.
Ah, gadis ini sungguh murni dan kuat, walau ia terlihat imut… semakin aku melihatnya, semakin aku menyukainya.
“kalau begitu… aku harus segera mengantarmu dengan aman kembali ke Pangeran Geordo. Aku harus bersiap…” setelah mengatakannya, Selena berdiri dan berjalan menuju pintu.
Tapi, sesaat setelah menyentuh gagang pintu, ia pingsan — tidak, tubuhnya melemas.
“N-Nona Selena!” dengan waspada, aku berlari ke sisinya, hanya untuk menyadari kalau ada seseorang masuk ke ruangan lewat pintu.
“Aku hanya melepas pandangan sebentar, dan disinilah kau, seenaknya sendiri. Merepotkan sekali… Nona Selena,”kata seorang pria, sembari meletakkan tangannya di Selena yang terbaring. Senyum menakutkan terlihat di wajahnya.
“K-Kau! Apa yang kau lakukan pada Nona Selena?”
Apa yang ia baru saja katakan dan nada bicaranya… sudah jelas kalau pria ini sudah melakukan sesuatu pada Selena. Aku menatap tajam padanya.
“Hanya membuatnya tidur sebentar. Karena, dia masih punya peran untuk dimainkan.”
“P-Peran?”
“Ya tentu saja. Sebagai kambing hitam — seluruh penculikan dan dosa-dosa lain akan menjadi tanggung jawabnya. Lalu… aku akan menyingkirkannya dengan Pangeran Ian. Itulah perannya.”
“!”
“Dan kau juga harus menghilang, Nona Katarina Claes… bersama dengan Pangeran Geordo di sisimu.”
Pria yang bicara adalah Rufus, butler playboy Selena. Ia tersenyum penuh kebahagiaan dan antisipasi.
★★★★★★★★★
Pertama kali aku, Selena Berg, bertemu dengannya… saat aku berusia sembilan tahun.
Laki-laki yang kutemui sangat indah. Indah seperti yang tidak pernah kulihat sebelumnya… aku hanya bisa membeku, dipenuhi rasa gugup.
“Se-senang bertemu de-denganmu… Sa-saya… Nama saya Selena B-Berg…” walau aku sudah berlatih memperkenalkan diri begitu sering, tapi aku malah memperkenalkan diri dengan gugup.
Orang dewasa di sekelilingku mulai tertawa keras. Aku bisa merasa wajahku memanas karena malu… pasti, wajahku sangat merah. Pikiran karena mempermalukan diri sendiri itu, membuatku menunduk dan melihat kaki. Tapi—
“Senang bertemu dengamu juga, Selena. Namaku Ian Stuart,” ia berkata dengan ekspresi serius sambil mengulurkan tangannya.
Walau seluruh orang di sekelilingku tertawa karena perkenalanku yang terbata-bata dengan wajah memerah, ia tidak tertawa. Ia mengulurkan tangan hangatnya padaku. Saat itulah aku jatuh cinta padanya — begitu saja.
Itulah pertemuan pertamaku dengan Pangeran Ian. Aku terlahir dari keluarga duke, seumuran dengan pangeran, dan sudah mulai menunjukkan kemampuan sihir. Karena alasan itulah aku dipilih sebagai tunangan Ian Stuart, pangeran kedua kerajaan.
Emosi dari individu biasanya tidak berperan banyak dalam pernikahan semacam ini. Tapi… aku bertemu pangeran Ian, dan jatuh cinta padanya. Sejak saat itu, kuncup perasaanku padanya terus tumbuh. Wajahnya yang serius dan fokus… dia lembut dan penyayang, tapi tidak bisa menunjukkannya… semakin aku menghabiskan waktu dengannya, semakin mekar perasaanku.
Sebelum menyadarinya, sepuluh tahun sudah berlalu sejak aku menjadi tunangannya. Kini, lebih dari apapun, aku sangat mencintai Pangeran Ian. Aku sangat mencintainya. Walau cintaku padanya terus tumbuh dan tumbuh… Aku tidak bisa apa-apa. Kemampuan sihirku adalah alasan aku dpilih menjadi tunangannya, tapi kekuatannya tidak bertambah sedikitpun.
Aku bekerja keras agar bisa berdiri di sisi Pangeran Ian. Tapi tidak peduli seberapa keras usahaku, sihirku tetap lemah. Mungkin aku bisa belajar lebih dalam bidang akademik, pikirku… tapi akademikku juga tidak berjalan lancar.
Walau aku terlahir dengan sihir dan masuk di akademi yang sama dengan Pangeran Ian dan banyak lainnya, aku tidak dipilih menjadi anggota OSIS. OSIS sangat dicintai oleh para murid, dan peran itu dianggap sangat terpuji. Pangeran Jeffery, Nona Susanna, dan Pangeran Ian juga terpilih. Aku yang tidak. Sendiri di bagian bawah.
Sebagai tambahan, Pangeran Jeffery selalu bersama dengan Nona Susanna. Mereka sangat dekat… tapi, aku dan Pangeran Ian tidak. Kecuali ada yang ia inginkan, ia tidak akan menemuiku. Ia juga tidak pernah menyentuhku, kecuali diperlukan. Bahkan walau kami bertemu, ia pasti mencoba menyelesaikan urusannya sendiri. Dan beberapa orang menyadari hal ini. Segera saja, rumor beredar. “Pangeran Ian tidak suka tunangannya yang tidak berguna,” kata mereka.
Pangeran Ian dan aku lulus dari Akademi Sihir. Selanjutnya yang masuk ke akademi adalah adik kembarnya, Pangeran Geordo dan Pangeran Alan, bersama dengan tunangan
mereka. Aku dengar kalau kedua pangeran dipilih menjadi anggota OSIS, begitu juga Nona Mary, tunangan Pangeran Alan.
Walau tunangan Pangeran Geordo, Nona Katarina, tidak dipilih jadi anggota OSIS, ia cukup dihormati oleh para murid, dan bahkan punya fans sendiri. Ketika berita ini sampai di kalangan bangsawan, orang tuaku da kerabatku semua mulai mengatakan hal yang sama. “Mungkin Pangeran harus mencari tunangan lain yang lebih cocok…” kata mereka.
Di antara pangeran dan tunangan mereka yang luar biasa ini, aku sendiri merasa kalau aku tidak berguna… kalau aku tidak bisa bersanding dengan mereka. Kenapa aku setidak berguna ini? Karena aku tidak bisa lebih baik dari orang rata-rata, sekeras apapun usahaku… tentu saja Pangeran Ian tidak menyukaiku.
Walau begitu, aku masih ingin berguna untuknya. Apapun itu. Sesuatu… apapun. Kalau aku bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki kesalahan yang sudah kuperbuat selama ini…
Saat pikiran itu memenuhi kepala dan ahtiku, orang itu muncul di hadapanku.
“Biarkan aku membantumu mewujudkan keinginanmu.”
Dengan begitu, ia mulai memberitahuku bagaimana aku bisa berguna untuk Pangeran Ian…
Ketika aku masuk kamarnya, ia sudah bangun, dan melihat ke arahku dengan mata biru-aquanya.
“Syukurlah… kau sudah bangun.” Kataku, merasa lega dari lubuk hati terdalamku.
Ketika aku membawanya ke manor, ia tidak punya kekuatan sama sekali — ia juga tidak sadar. Walau kami hanya menggunakan obat tidur dosis kecil padanya, aku tetap khawatir. Aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau dia baik-baik saja.
Setelah memastikan keamanannya, ada sesuatu yang harus aku katakan padanya setelah ia bangun.
“Nona Katarina… aku sungguh minta maaf karena mengganggu kenyamananmu. Tapi… setelah acara tertentu selesai, kau akan dilepaskan, tanpa luka… Tolong, tetaplah disini sampai saat itu,” aku meminta maaf, lalu menunduk dalam pada tunangan Pangeran Geordo, Nona Katarina Claes.
Walau semua demi Pangeran Ian, aku membawa gadis bangsawan tidak bersalah ke tempat ini memang sangat tidak bisa dimaafkan. Aku mengerti itu. Karena itu aku meminta maaf terlebih dulu — tentu saja karena aku sudah melakukan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan pada Nona Katarina.
Setelah mendengar kata-kataku, Nona Katarina diam sesaat, bagai berpikir. Lalu, bibirnya membuka — “…Diculik…?”
Aku sangat terkejut. Bagaimana bisa? Tidak ada yang menjelaskan padanya, tapi dia sudah tahu kalau dia diculik. Menurut rumor, Nona Katarina sangat bersemangat dan kuat,
tapi dia punya rasa pengertian yang luar biasa. Nyatanya, sepertinya ia juga sosok yang mumpuni.
“Aku sungguh… sungguh minta maaf… Aku janji, pasti, aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu…” aku meminta maaf sekali lagi, walau aku tahu tidak akan dimaafkan.
Nona Katarina mulai berpikir sekali lagi, ekspresi lebih serius memenuhi wajahnya. “…Em. Kalau begitu… berapa tebusannya…?”
“Te…busan?” aku tidak mengerti maksud dari kata ini, dan hanya mengulangnya. Nona Katarina menunjukkan ekspresi sedih.
“Ya. jumlah emas yang kau inginkan sebagai ganti keamananku. Berapa banyak yang kau mau…?”
“…Ah, tidak. Kami tidak berniat meminta… emas,”Nona Katarina seperinya berasumsi kalau ia diculik demi uang. Aku segera menyangkalnya.
“Eh? Bukan emas yang kau cari? Lalu kenapa kau menculikku?”
Tentu saja, dia tidak tahu kenapa dia diculik. Pasti ia merasa tidak nyaman, dan tidak bisa bersantai hingga tahu jawabannya.
“…Itu karena…” Aku melibatkannya dalam masalah ini. Aku harus memberi tahu Nona Katarina… aku mulai bicara, ingin menjelaskan situasi, lalu…
“Nona Selena. Anda sudah memastikan jika Nona Katarina aman, bukan? Mari, kita kembali ke kamar.” Rufus meletakkan tangannya di pundakku… dan.
Ahh… iya. Benar juga… Aku merasa harus kembali ke kamar.“Rufus…ya. Iya, ayo. Kalau begitu, Nona Katarina… aku harus kembali ke kamarku…”
“Eh…? T-tunggu dulu…”
“Maafkan aku… Lana, tolong layani dia. Nona Katarina… kalau kau ingin sesuatu, apapun itu… tolong katakan pada Lana. Kami akan melayanimu sebaik mungkin.”
Dengan begitu aku kembali ke kamar, sembari dipandu oleh Rufus… tapi masih ada perasaan tidak nyaman di hatiku.
Setelah kembali dari kunjunganku ke kamar Nona Katarina. Aku merasa… kosong, entah mengapa. Aku bisa merasa ingatanku samar-samar.
Aku tetap bingung selama beberapa saat. Sebelum menyadarinya, makan siang sudah lewat, dan aku tidak bisa memberikan Nona Katarina makanan yang pantas. Ketika aku tahu dia makan di kamar tempatnya disekap, aku merasa sangat bersalah. Ia tiba-tiba dibawa ke tempat asing tanpa tahu kenapa, dan disuruh makan di ruangan kecil… Nona Katarina pasti khawatir dan tidak nyaman.
Ia memang semangat dan kuat seperti rumor katakan, tapi ia bisa saja pura-pura berani di depanku. Karena aku tahu, dia bisa menangis kapapnpun. Ketika aku memikirkannya, walau aku yang memutuskan untuk melakukan semua ini — dadaku terasa sakit.
Setidaknya, aku ingin Nona Katarina emrasa nyaman, walau hanya sedikit. Aku memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan terbaik untuk makan malam.
Setelah persiapan yang pantas sudahs elesai, Rufus dan aku kembali ke kamar Nona Katarina, hanya untuk melihatnya sudah duduk di kursi.
“Nona Katarina, apa Anda baik-baik saja…?”
“Ah, iya. Tentu saja! Terima kasih untuk segalanya.”
“Aku sungguh minta maaf… aku tidak bisa menyiapkan sarapan yang pantas, dan maaf membuatmu sarapan di kamar yang sempit…” aku menunduk sekali lagi, meminta maaf karena membuat Nona Katarina makan siang dengan cara yang sama.
“Oh, tidak, tolong jangan khawatir. Aku baik-baik saja!” ia menjawab tanpa bergemetar sedikitpun.
Tapi ia sudah dikunci di kamarnya di beritahu kalau dia diculik! Tidak mungkin Nona Katarina baik-baik saja… pasti ia memaksakan diri untuk memberanikan diri demi aku. Aku merasa rasa sakti di dadaku semakin besar.
“…Aku sungguh minta maaf atas ketidaknyamanannya…” aku hanya bisa memina maaf, lagi dan lagi. Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Sungguh menyedihkan…
Saat kami mulai makan malam, Nona Katarina tidak menunjukkan sedikitpun wajah sedih. Ia terus berpura-pura kuat. Aku semakin khawatir padanya.
“Tidak apa, Nona Katarina… kau tidak harus memaksakan diri memakannya,” kataku, hanya untuk melihatnya tersenyum lembut padaku.
Lalu ia menanyakan hal tidak terduga padaku, sadar kalau aku tidak banyak makan. “Apa kau baik-baik saja, Nona Selena?”tanyanya.
Ia menanyakan hal itu padaku, walau jelas-jelas ia yang lebih menderita, karena situasi ini. Nona Katarina memang suci.
Setelah makanan penutup dihidangkan, Nona Katarina ebrtanya padaku sekali lagi.
“Em… Nona Selena? Boleh aku tahu kenapa aku dibawa kesini? Kau tadi menyebutkan kalau aku akan segera dilepas jika masalah tertentu sudah selesai. Apa sebenarnya… masalah ini?”
Tapi tentu saja, tidak mungkin Nona Katarina tidak masalah dengan hal ini. ia pasti khawatir selama ini. Tapi, ia mencoba terlihat kalem dan tenang — sakit sekali. Rasa sakit di dadaku semakin keras. Aku merasa sangat menyesal. Mungkin lebih baik menceritakan semua padanya…
“Iya… kurasa kau pasti merasa tidak nyaman karena ditinggal, Nona Katarina… mungkin ini bisa sampai mengganggu kualitas tidurmu…”
Tapi, Rufus segera mengganggu saat aku akan bicara. “Nona Selena… Anda sudah selesai makan. Mungkin sebaiknya Anda kembali ke kamar? Anda pasti lelah juga, Nona Katarina… lebih baik kalau Anda berdua tidur,”
Ia meletakkan satu tangan di pundakku. Dengan begitu, tiba-tiba, pikiran kalau lebih baik tidak memberi tahu Nona Katarina memenuhi pikiranku.
Aku… mungkin sebaiknya aku tidak memberitahunya. Aku harus kembali ke kamar, seperti kata Rufus. Aku harus mendengarkannya — aku harus. Karena… Rufus sangat baik. Ia yang memberitahuku cara membantu Pangeran Ian.
“…Ah… iya. Kalau begitu, Nona Katarina… selamat malam.”
Aku harus kembali ke kamar dan istirahat… tapi kenapa? Hatiku merasa tidak nyaman sekali lagi.
Setelah kembali ke kamar, aku duduk di kursi, dan untuk sesaat, pikiranku… kosong. Cuma aku, atau… insiden ini terjadi terlalu cepat? Sebelum menyadarinya, malam sudah tiba. kamarku dipenuhi kegelapan.
Saat aku berpikir untuk pindah ke kasur dan berbaring, sebuah gambaran melewati pikiranku.
“Apa kau baik-baik saja, Nona Selena?”
Mata biru-aqua itu… Nona Katarina!
Kenapa semua pikiran tentang Nona Katarina menguap ketika aku kembali ke kamar? Aku sudah melakukan hal buruk padanya. Menculiknya, menyekapnya di kamar itu, tapi, ia masih baik padaku — gadis yang dikenal sebagai orang suci.
Bagaimana bisa aku melupakannya…? Aku sungguh tidak berguna… sangat tidak berguna. Apakah Nona Katarina baik-baik saja? apakah dia tidak bisa tidur atau istirahat?
Aku harus pergi… aku harus menemuinya, dan melakukan apapun yang bisa kulakukan. Setidaknya itulah yang bisa kulakukan.
Di malam yang sunyi, aku keluar dari kamarku saat seluruh manor tidur. Saat aku meletakkan kaki di koridor gelap manor, aku merasa kepalaku jernih… entah kenapa.
Ketika akhirnya sampai di kamar Nona Katarina, aku disapa oleh pelayan yang berdiri di pintunya. Ia baru dipekerjakan beberapa saat lalu, demi rencana penculikan ini. Sekarang, ia pelayan Nona Katarina — Lana. Ia terlihat serius, bagai berdiri di depan pintu, dan berjaga sepanjang waktu. Aku bernyata apakah ia baik-baik saja, ia hanya menjawab, “Saya baru bangun beberapa saat lalu.”
Aku memberitahu Lana kalau aku ingin bertemu Nona Katarina. “Sebentar, Nona,” katanya, sebelum masuk ke kamar. Setelah beberapa saat, aku mendengar Lana memanggil dari dalam, “Silakan masuk.”
“…Selena?” suara Nona Katarina sepertinya kebingungan — sedikit tidak jelas, mungkin.
“Ya… maaf aku mengunjungimu di jam ini, Nona Katarina… tapi, aku khawatir Anda ketakutan dan tidak bisa tidur…”
Nona Katarina mengucek matanya saat aku mendekat. Ia pasti menangis beberapa saat lalu… Apa yang sudah kulakukan? Aku membulatkan niatku. Aku harus bicara pada Nona Katarina — melakukan apa yang bisa kulakukan untuk membuatnya nyaman.
“…Di meja makan tadi… entah kenapa, aku merasakan perasaan kuat ini, Nona Katarina. Kalau aku tidak boleh memberitahumu. Tapi… tapi. Aku masih merasa kalau penting memberitahunya padamu,”
“Hmm… pasti itu alasan kenapa aku dibawa kemari, kan? seperti dugaanku… kau pasti tahu alasannya, Nona Selena.”
“Ya… karena, seluruh penculikan ini adalah ideku…”
“?!” Nona Katarina sepertinya sangat terkejut.
Aku mulai menceritakan segalanya — kenyataan dibalik seluruh insiden ini. “Aku… aku ingin menculikmu, Nona Katarina… dan menggunakan keamananmu sebagai alat tukar. Semua agar Pangeran Geordo menyerahkan hak menduduki takhta kerajaannya…”
“…Geordo? Untuk membuatnya menyerahkan hak menduduki takhta?” jujur saja,
“Ya… agar Pangeran Ian bisa mendapat takhta.”
kerabat jauh keluarga kami, diperkenalkan. Ia bekerja sangat baik; ia melayaniku dengan rajin walau aku sering diabaikan oleh keluargaku karena aku tidak berguna.
Rufus tidak pernah sekalipun komplain tentang kegagalanku. Ia selalu mendukung dan membantu, dan selalu baik padaku. Dan dialah, bukan yang lain, yang akhirnya kuceritakan segala pikiranku.
Apapun yang terjadi, biarlah… selama aku bisa membantu Pangeran Ian. Pikiran ini menggema kuat dalam kepalaku.
Setelah mendengar Rufus berkata, “Biarkan saya membantu Anda mengabulkan keinginan itu.” Lalu, ia memikirkan rencana memaksa pangeran saingan untuk mundur dari hak mereka menduduki takhta agar Pangeran Ian menjadi raja.
Ketika aku pertama kali mendengar rencana itu, aku sangat ketakutan. Aku merasa tidak mungkin bagiku melakukannya. lalu, Rufus mengingatkanku… “semua demi Pangeran Ian. Ini hanya satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan,” semakin aku mendengar kalimat penuh keyakinannya, semakin pasti diriku.
Setelah itu, Rufus megusulkan saran — skema menjebak dan menculik Nona Katarina. Itulah tahap pertama yang ahrus kami lakukan.
Aku menceritakan pada Katarina segalanya — tapi tanpa keterlibatan Rufus. Kenapa aku tidak menejlaskannya…? Padahal… dia sudah melakukan banyak hal untukku. Kalau aku membawa namanya, dia pasti ikut menjadi kriminal, dan aku akan merasa sangat bersalah.
Setelah mendengar penjelasanku, Nona Katarina terdiam sesaat, bagai memikirkan sesuatu. Lalu ia berkata, “Ya… walau keamananku yang jadi jaminan, aku ragu Pangeran Geordo akan menyerahkan hak menduduki takhtanya.”
Kalimatnya mengejutkanku. Aku merasa harus membalas perkataannya. “Kau salah, Nona Katarina… Cinta Pangeran Geordo padamu sudah dikenal di seluruh negeri. Ia akan melakukan segalanya — apapun untukmu, Nona Katarina…”
Karena, Pangeran Geordo sangat mencintai Nona Katarina, dan dari caranya memanjakannya, merupakan hal biasa di kalangan bangsawan. Jujur saja, ekspresi Pangeran Geordo saat menenmani Nona Katarina di pesta ulang tahunnya adalah kebahagiaan sejati.
“Aku sangat… iri, Nona Katarina… sangat iri… karena ia sangat, sangat mencintaimu…” dicintai oleh Pangeran Geordo, dipuji dan dikagumi oleh banyak dan banyak orang di sekelilingnya… Nona Katarina. Dibandingkan denganku, dia…
“Aku sangat, sangat iri padamu…” kalimat itu kabur dari bibirku sebelum aku sadari. Aku tidak berguna. Tidak bisa apa-apa. Aku tidak bisa mendukung pangeranku — tidak seperti tunangan pangeran lain. Semakin memikirkannya… semakin sesak kesedihan memenuhiku. Aku sangat meneydihkan. Kasihan. Segera, air mata mengalir di pipiku.
“S-Selena! Apa kau baik-baik saja? ada apa?”dengan kalimat itu, Nona Katarina mendekatiku, dan meletakkan satu tangannya di punggungku.
“…Nona Katarina… aku tidak menyangka kau khawatir pada orang sepertiku, seseorang yang melakukan hal semacam ini padamu… Kau sungguh orang yang suci, seperti rumor katakan. Dibandingmu, aku… aku sangat tidak berguna. Tentu saja Pangeran Ian akan membenciku…”
Orang suci… itulah bagaiman Nona Katarina disebut di akademi. Ia tidak terikat pada status apapun, dan memperlakukan seluruh orang dengan adil, dan sosok yang dipenuhi gairah kuat. Tunangan pangeran, dan dari keluarga bangsawan. Aku pikir rumor itu hanya dilebih-lebihkan… tapi walau ia adalah korban dari seluruh acara penculikan ini, ia masih menunjukkan kebaikan padaku — sang pelaku. Pasti Nona Katarina juga ingin menangis, tapi disinilah dia, mengelus punggungku lembut; tanpa menunjukkan ekspresi marah sedikitpun.
Nona Katarina memang sesuai dengan julukannya. Ia sungguh sosok yang luar biasa… orang yang suci. Tentu saja orang sehebat dia disayangi oleh Pangeran Geordo.
Gerakan lembut tangannya di punggungku membuatku tenang.“Aku… aku minta maaf. Aku kehilangan ketenanganku…Aku hanya sedikit iri padamu dan Pangeran Geordo…”
“Iri?” Aku tidak lebih dari tameng anti-lamaran si Pangeran berhati busuk! Tidak
“Iya… caramu dan Pangeran Geordo saling mendukung satu sama lain sungguh menakjubkan. Tidak hanya kau, tapi juga Pangeran Jeffery dan Nona Susanna, dan Pangeran Alan dan Nona Mary… mereka saling mendukung satu sama lain, dan aku sangat iri.”
Nona Katarina terus menghiburku. Rasanya seperti waduk raksasa jebol dalam diriku — tetes air mata yang besar jatuh saat aku merasakan lembutnya sentuhannya.
“Nona Susanna dikenal sebagai wanita paling bijak dan bertalenta di kerajaan…Nona Mary dikenal sebagai sosok ideal dari seorang gadis bangsawan…“Nona Katarina terkenal akan kesuciannya, mudah menerima siapapun dan sangat ramah…”
Mereka semua sangat bertalenta dan mumpuni. Mereka cocok dengan posisinya — sebagai tunangan pangeran.
“Dibandingkan kalian… aku tidak bisa apa-apa. Aku tidak berguna. Sihirku lemah… dan aku tidak terlalu pintar. Aku hampir tidak membantu Pangeran Ian… aku hanyalah beban baginya, tunangan yang gagal… Jadi… setidaknya, aku ingin berguna untuknya… dan aku merencanakan segala insiden ini. aku sungguh minta maaf, Nona Katarina…”
Aku kini hanya bisa meminta maaf. Tapi…“Tentu saja… aku berencana bertanggung jawab, setelah semua ini selesai.”
“Eh? Bertanggung jawab?”
“Ya… aku akan membatalkan pertunanganku dengan Pangeran Ian, dan untuk menebus dosaku, aku akan menyerahkan diri pada pihak berwajib…”
Aku sudah memutuskannya sejak kami berencana untuk menjalankan skema penculikan ini. Mundur dari hak menduduki takhta adalah proses yang tidak akan bisa diambil lagi. Inilah hukumnya, mereka terikat sejak dahulu kala. Karena itu… jika Pangeran Geordo benar-benar mundur, makan kenyataan tidak akan berubah walau aku membongkar seluruh dosaku nantinya.
Karena itu… ketika semua ini berakhir, selama aku sudah membantu Pangeran Ian, aku sudah menguatkan diri — kalau aku akan hidup sebagai narapidana, seorang pendosa sepanjang hidupku.
“Ke-Kenapa? Kau hanya ingin melakukan sesuatu untuk Pangeran Ian, kan? tapi sekarang kau mencoba membatalkan pertunangan dengannya dan melaporkan diri? Apa ini yang kau inginkan?” tanya Nona Katarina, dengan suara terkejut yang jelas.
“Ya… sejak awal, akulah yang mulai mencintai Pangeran Ian. Dan kini aku sudah membulatkan keputusanku. Aku yakin.” Jawabku penuh keyakinan.
“Eh? Tapi bukankah kalian sudah bertunangan?”
Dadaku sakit mendengar kalimat Nona Katarina. Itu benar… aku masih tunangan Pangeran Ian sekarang. Tapi…
“Aku terlahir dari seorang duke. Ketika aku kecil, aku menghabiskan waktu dengan Pangeran Ian, dan karena usia dan fakta kalau aku bisa menggunakan sihir, aku dipilih sebagai tunangannya. Tapi seperti kataku, kekuatan sihirku lemah… dan aku tidak pandai juga. Tidak lama kemudian, kedua orang tuaku dan kerabatku mulai menyarankan kalau ia harus mencari tunangan yang jauh lebih cocok.”
“Tentu saja mereka memikirkannya. Karena pasangan pangeran lain sangat menakjubkan! Mereka saling mendukung. Aku sendiri yang tidak bisa apa-apa. Aku tidak berguna… aku hanya merepotkan Pangeran Ian.” Aku yakin kalau tunangan cocok untuk Pangeran Ian akan segera ditemukan.“Dan… Pangeran Ian sendiri juga jijik padaku, jadi…”
Aku hampir tidak pernah bertemu dengannya. Walau kami bertemu satu sama lain, ia sepertinya tidak peduli padaku. Karena itu kenapa semua orang bilang kalau Pangeran Ian tidak suka tunangannya. Tapi tentu saja… tidak seperti tunangan pangeran lain, ia pasti membenciku, karena aku tidak berguna. Tidak mungkin ia menyukaiku.
Walau begitu, aku ingin membantu Pangeran Ian. Walau ia membenciku, dan hanya jijik padaku. Aku… aku masih mencintainya…
Nona Katarina memandangku beberapa saat sebelum akhirnya bicara.“Ya… apakah kau pernah dengan Pangeran Ian mengatakannya langsung padamu…?”
“Eh?” aku terkejut mendengar kata-kata itu. Aku tidak pernah sekalipun memikirkannya.
“Apa kau pernah menanyakan Pangeran Ian tentang perasaannya padamu?”
“Ti-Tidak mungkin aku bisa menanyakannya! Tapi… semua orang di sekelilingku selalu berkata kalau Pangeran Ian lelah, dan betapa ia sangat tidak menyukaiku… dan betapa ia… sangat membenciku…” karena, itu yang orang-orang katakan. Mereka tidak mungkin salah… jadi kenapa? Apa yang Nona Katarina katakan…?
“Tapi Nona Selena… itu adalah kata-kata orang lain, kan? apa kau dengar langsung pangeran mengatakannya? Mungkin kau hanya membayangkan kalau ia membencimu?”
“Tapi…” ini adalah sesuatu yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya, hingga saat ini. Aku sangat bingung, tertatih sendiri… apakah hanya imajinasiku saja? kalau Pangeran Ian tidak menyayangiku? Apa semua suara itu… salah?
“Emosi seseorang hanya diketahui oleh orang itu sendiri, kan? Jadi, Nona Selena… kalau kau ingin tahu kenyataannya, kau harus bertanya pada Pangeran Ian!”
“Bertanya…?”
“Ya, bicaralah pada Pangeran Ian, atau setidaknya coba saja!”
Aku tidak akan tahu perasaan sesungguhnya kalau tidak bertanya…? Aku harus… bicara dengan Pangeran Ian? Bisakah aku melakukannya? apakah boleh orang sepertiku menanyakannya…?
Aku mengangkat kepalaku dan bertemu dengan mata biru aqua Nona Katarina — mata azurenya melihat langsung padaku.
“Katakan… Nona Selena. Kau selalu bilang kalau kau tidak bisa apa-apa, kalau kau tidak berguna, tapi baru saja… aku pikir kau salah. Lebih penting lagi, kau khawatir padaku, Orang asing. Kau khawatir apakah aku bisa tidur atau tidak. Dan kau bahkan berniat untuk menyerahkan diri… semua demi menolong orang yang kau cintai. Bagiku, Nona Selena, kau orang yang lembut dan kuat. Tidak ada satupun tanda kalau kau tidak berguna atau tidak bisa apa-apa. Menurutku, kau orang yang luar biasa.” Nona Katarina mengatakannya dengan tatapan lembut.
Aku bukan orang tidak berguna dan tidak bisa apa-apa… aku… orang luar biasa? “…Ini… kali pertama, orang mengatakannya padaku…” gumamku terkejut.
Aku selalu disebut tidak berguna dan tidak bisa apa-apa hingga saat ini. Orang jauh lebih jarang memujiku. Kalau memang ada yang memujiku, aku merasa itu hanya untuk menyenangkanku — demi kepentingan politik.
Tapi… Nona Katarina tidak berbohong. Aku tahu itu. Tatapan langsung dan jujurnya tidak menyembunyikan kejahatan atau kebohongan apapun. Perlahan, aku merasa kehangatan kata-katanya menyebar di seluruh tubuhku.
“Kalau begitu! Aku akan terus mengatakannya mulai hari ini hingga seterusnya. Sebanyak yang kau mau. Jadi… apa kau mau menjadi temanku, Nona Selena?”
Aku hanya menatap kosong uluran tangan Nona Katarina. Ahh… mungkin orang di hadapanku ini benar-benar suci.
“…Aku tidak menyangka kau mengatakan hal itu pada penculikmu… Nona Katarina, kau sungguh seperti yang rumor katakan,”
Aku merasa seperti ada api di dadaku. Aku merasa… jika menerima uluran tangannya, sesuatu akan berubah.
“…Inilah aku, tapi… kuharap kita akur…”setelah mengatakannya, aku menggenggam tangan Katarina. Tangannya hangat.“Nona Katarina… seperti katamu, aku tidak akan terpengaruh pada apa yang orang katakan lagi. Aku akan bicara dengan Pangeran Ian dan mendengar apa yang ia katakan.”
Aku tidak pernah memikirkannya. Tidak ada yang pernah bicara padaku seperti ini. walau aku memang punya pikiran itu, aku pasti diam karena takut. Aku tetap terdiam di tempat, dan terus memikirkan “jika”.
Tapi… sekarang aku merasa bisa melakukannya. Aku merasa kekuatan mengalir dari tangan Nona Katarina padaku.
“Ya, hebat sekali!” Nona Katarina masih melihatku tegas.
“…Iya.” Sekejap saja, aku merasa seluruh keraguanku menguap. Aku mengangguk tulus.
Dicintai oleh semua orang… gadis yang dikenal sebagai orang suci. Ia gadis yang misterius. Rasanya ia seperti memiliki kekuatan dalam pandangan tegas dan apa adanya.
“Tapi sebelum itu… aku harus menghentikan acara penculikan bodoh ini… dan menebus dosaku…” disanalah aku harus memulai, walau itu artinya pertunanganku dengan Pangeran Ian akan hancur. Walau begitu… jika aku bicara dengan Pangeran Ian secara pribadi, seperti saran Nona Katarina, pasti sesuatu akan berubah.
“Kalau waktunya tiba, aku akan merahasiakannya!”
Orang suci itu memang pengertian. Tapi… “Kau sungguh orang yang lembut, lagi dan lagi… tapi… itu tidak mungkin. Dosa yang kulakukan dengan tanganku harus ditebus dengan selayaknya…” aku akan menebus dosaku, dan bicara dengan Pangeran Ian.
“Kalau begitu… aku harus segera mengantarmu dengan aman kembali ke Pangeran Geordo. Aku harus bersiap…” aku berjalan menuju pintu.
Rasa sakit dan sensasi terikat dalam dadaku kini menghilang. Sekarang… aku merasa bisa melakukan apapun.