Otome Game no Hametsu Flag shika nai Akuyaku Reijou ni Tensei shite shimatta LN - Volume 3 Chapter 2 Bahasa Indonesia
- Home
- Otome Game no Hametsu Flag shika nai Akuyaku Reijou ni Tensei shite shimatta LN
- Volume 3 Chapter 2 Bahasa Indonesia - Festival Sekolah — Berbagai Vinyet
Bab 2: Festival Sekolah — Berbagai Vinyet
Translator: Kaon Nekono
Sebagai anggota OSIS, aku, Keith Claes, ditugaskan di pos pameran sejarah dan penelitian mengenai sihir di kerajaan kami selama festival sekolah. Aku tersenyum pada pengunjung tanpa akhir dan wali mereka. Walau kakak bilang akan datang segera, aku masih belum melihatnya. Jadi aku menunggu.
“Aku akan berkeliling kedai lalu segera kembali dengan oleh-oleh!” katanya sebelum pergi. Sudah beberapa jam berlalu sejak itu. Bahkan Mary Hunt, temanku dan anggota OSIS yang juga ditugaskan di pos ini, terlihat khawatir.
Ya, kalau kutebak, Katarina mungkin tergoda oleh seluruh makanan di kedai, dan mulai memakan semuanya, dan lupa waktu di saat itu juga… karena itu, hingga siang hari makhluk itu tidak akan muncul di tempat ini.
Setelah melihat kami, ia tersenyum lebar, dan segera menghampiri kami dengan tangan penuh dengan bungkus berbagai ukuran. Akhirnya, seperti dugaanku — Katarina berakhir membeli dan memakan makanan terus-terusan, dan karena itu ia telat datang kemari.
“…Maaf,” Katarina segera meminta maaf. Tapi, Mary, hany merespon dengan, “Tidak masalah, Nona Katarina. Aku senang kau baik-baik saja.”
Tapi… kalau aku memanjakan kakak disini, ia akan melakukan hal yang sama lagi dan lagi. Karena, ini kakakku yang sedang kita bicarakan. “Sungguh, Kak. Apa kau tidak terlalu lengah? Kau sering melibatkan diri dalam masalah. Tolong lebih peka… dan lebih berhati-hati,”kataku dengan tegas.
Ekspresi Katarina terlihat kasihan. Ia selalu begini — sering melibatkan diri dalam asalah satu dan yang lain, karena ia punya pesona alami, sejak kami kecil. Tahun lalu, ia juga terlibat dengan insiden yang bisa saja mengancam nyawanya.
Walau begitu… kakakku yang luar biasa tidak peka dan riang ini sudah melupakannya. Karena akhir-akhir ini, ia sangat santai dan lengah. Walau aku selalu memperingatkannya tentang Pangeran Geordo, yang selalu berusah menjadikan kakak miliknya, tapi ia tidak pernah mendengarkan, hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Ia akan pergi ke kamar Geordo sendiri tanpa berpikir panjang.
Katarina sudah dewasa. Tapi, ia sepertinya tidak bisa menyadari kalau ada beberapa orang yang melihatnya sebagai objek pemenuh hasrat. Ia benar-benar tidak awas akan fakta ini. Karena itu aku selalu berjaga, setiap hari. Aku harus terus waspada… semua demi melindunginya.
Walau dia sudah makan banyak di kedai, Katarina memutuskan untuk ikut kami ngeteh sebentar. Walau aku khawatir karena ia terlalu banyak makan, aku senang kami bisa makan semeja. Sebenarnya, aku ingin ikut keliling festival dengannya, tapi aku terikat dengan tugas OSIS.
Kenapa aku malah bergabung dengan OSIS? Di hari ini, dan mungkin hanya di hari ini, penyesalan itu memenuhi pikiranku.
“Wow… kelihatannya enak!”kata Katarina dan melihat sandwich di meja dengan bahagia. Mata berbinar dan ekspresi antisipasinya itu sangat imut.
Mary setuju dengan penyataan Katarina. “Tentu saja, memang kelihatan enak. Terima kasih banyak, Nona Katarina,”katanya, tersenyum. Ia sangat senang.
Tapi… tidak. Mungkin karena itu aku harus mengatakan apa yang harus kukatakan. “Kakak… bukankah kau sudah makan banyak? Tolong kurangi porsi makanmu atau nanti perutmu sakit.”
“…Iya, aku tahu kok.”Katarina sepertinya sedikit sedih mendengar kata-kataku. Memang pemandangan itu menyedihkan, tapi aku harus memperingatkan kebodohannya. Semua demi Katarina.
Setelah menyahut dan mengunyah sandwich yang terlihat enak untuk beberapa saat, matanya mulai melihat ke arahku dan memikirkan sesuatu. Ah… mungkin— dan sebelum aku menyelesaikan pikiranku, aku diganggu.
“Hei, Keith… bisa aku membagi sandwich denganmu? Aku akan memakan setengahnya.”Katarina mengatakan kalimat yang akan kupikirkan.
“…Tentu. Sudah kuduga kau akan mengatakannya, Kak.”
“Hoore!”Katarina, memang suka makan. Ia terutama tertarik pada bahan dan makanan yang langka dan tidak biasa. Kalau dia melihat sesuatu yang aneh, dia langsung memakannya.
Sepertinya Katarina punya semacam filosofi tertentu mengenai makanan — ia tidak pernah menyisakan makanannya. Bangsawan lain, termasuk aku, sering menyisakan sedikit makanan kami. Ini tentunya berkebalikan dengan kebiasaan Katarina, dan walau aku sudah terbiasa dengan kelakuannya, masih ada beberapa darinya yang menurutku aneh.
Ini karena anak di keluarga Claes selalu diajari untuk tidak menyia-nyiakan makanan — mereka diberi makan secukupnya, dan diajari sejak kecil tentang pentingnya makanan. Menurut pribadi, aku sangat menyukai kebiasaan makan aneh Katarina, setidaknya kalau tentang menghabiskan makanan. Walau aku memang sedikit sedih melihat Katarina memnuhi mulutnya dan mencoba menghabiskan semua makanan.
Karena itu beberapa tahun yang lalu aku mengatakan padanya: “Kalau kau ingin mencicipi semuanya, Kak, bagaimana kalau membaginya denganku? Aku akan menghabiskan setengahnya.”
Katarina ternyata sangat senang akan saranku, dan sejak saat itu, kami akan membagi makanan kalau bisa — kecuali di publik atau saat acara tertentu pastinya. Membagi makanan seperti ini, sebaliknya, merupakan tanda kekeluargaan. Karena, aku satu-satunya yang Katarina bagi makanan… dan ini membuatku sangat senang.
“Ini Keith! Cobalah.”Katarina, setelah menyetujui usulanku, kini menyuapkan sepotong sandwich potato salad ke mulutku. Sandwich itu sangat dekat dengan bibirku. Aku tidak menyadarinya — dan membeku seketika.
“Ada apa, Keith?”tanya kakak, dan melihatku penasaran karena ekspresi kakuku. Dia sepertinya tidak memahami situasi ini.
Jangan tanya aku kenapa, Katarina! Sadarlah! “A-Ah… ya. Kakak… apa bisa kita lakukan ini tidak di tempat umum, di tengah orang sebanyak ini?” Mungkin kalau aku mengingatkannya dengan pelan…
“Orang? Tapi ini juga bukan tempat yang umum juga kan? bukankah kau bilang tidak masalah tadi?”
“Ya… tapi bukan begini… maksudku…”kata-kataku tidak sampai pada Katarina! Segera saja, aku merasa tatapan menusuk Mary dari seberang meja.
“Hmm? Jadi kalian berdua selalu melakukan ini, selama tidak di tempat umum…?”Mary, tatapannya terlihat jahat, tapi masih bisa tersenyum dan mengatakan kalimatnya dengan tenang.
“Ah, iya. Ketika aku ingin mencicipi sesuatu, tapi tidak bisa menghabiskannya, aku sering membaginya setengah, dan memberikannya pada Keith.”
Ya, memang benar. Tapi mungkin kita harus melupakan penjelasannya, Kak. Terlalu bahaya… kalau terus dilanjutkan.
“Benarkah? Jadi, Nona Katarina… maksudmu kau selalu menyuapi Tuan Keith setengahnya lagi… dengan tanganmu?” tentu saja, Mary mencoba mengeduk informasi lebih dalam yang tidak ingin kubagi. Aku melihat Katarina lagi, berharap agar dia mengerti dan menahan lidahnya. Tapi… ia sangat tidak peka akan komunikasiku.
“Tentu saja. pertamanya tidak begitu, tapi Keith meminta disuapi seperti ini kalau soal membagi makanan beberapa saat lalu, dan sekarang aku selalu melakukannya.”
Terpapar dengan gamblang. Aku hanya merasa tatapan Mary semakin menusuk beberapa kali. Aku tidak bisa kabur.
Aslinya, aku sudah senang hanya bisa hidup bersama dengannya. Tapi, karena tindakan Geordo yang semakin ganas beberapa tahun ini, bahkan aku sendiri kesulitan menahan hasratku.
Sejak awal… aku memang tinggal serumah dengan Katarina. Lebih dari siapapun, aku yang selalu ada di sisinya. Jujur saja… sangat mudah kalau sesuatu terjadi di antara kami. Ya, memang bisa saja… tapi aku tidak punya keberanian untuk mengejar perkembangan itu.
Untuk memperburuk keadaan, Katarina perlahan semakin matang sebagai seorang wanita setelah hari berganti — aku tidak bisa lagi menyentuhnya seperti dulu. Baunya yang manis dan harum… kulitnya yang lembut dan tubuhnya — akhir-akhir ini jantungku berdebar terlalu kencang… tubuhku memanas, setiap kali mendekatinya. Sebelum menyadarinya, aku sudah menghindarinya. Aku selalu ditemani oleh kekhawatiran selama beberapa tahun terakhir.
Tapi, Geordo, bisa menyentuhnya biasa selama ini. Aku juga mau! Aku tidak pernah bisa memeluknya seperti Geordo. Dan karena itu aku membuat rencana ini: kalau tidak bisa menyentuhnya, maka aku harus membuat Katarina menyentuhku! Membagi makanan adalah taktik cermat untuk hal ini.
Aku sadar kalau itu memang taktik paling menyedihkan — karena aku tidak bisa membuat kemajuan, dan harus bergantung pada orang lain untuk melakukannya. Walau begitu, aku merasakan berkah tiap kali tangan beraroma manis Katarina mendekati bibirku.
Tapi, Katarina, setidak peka biasanya, tidak menyadari perasaanku selama ini. Dia juga tidak menanyakan motif tersembunyi permintaanku ini. Walau begitu…! Disuapi oleh Katarina seperti ini membuatku merasa menang. Tapi semua harus terbongkar di publik, disini dan saat ini, dengan cara ini…!
“…Tuan Keith. Bukankah kau setuju untuk tidak menyalahgunakan posisimu sebagai anggota keluarganya, dan memonopilinya? Kau sudah setuju kan?”kata Mary, melihatku dengan mata sedikit di sipitkan.
Walau memang benar aku dan Mary berbagi rasa benci pada Geordo, dan membentuk aliansi sementara… Jujur saja, apa yang kuminta pada Katarina lebih mending daripada kelakuan Geordo! Aku segera menggunakannya sebagai alasan.
“Tolong jangan bawa-bawa Pangeran Geordo ke pembicaraan ini, atau menggunakannya sebagai contoh. Dia tidak normal! Aku pikir kau terlalu canggung, bahkan tidak mencoba bergandengan… tapi aku salah.” Kata Mary, dengan tatapan menusuk nan dingin. Kata-katanya juga kasar.
Nona Mary Hunt… putri dari Marquess Hunt. Ketika pertama kali bertemu dengannya sembilan tahun lalu, ia gadis kecil yang sangat pemalu dan kaku tanpa kepercayaan diri.
Tapi kini ia tumbuh menjadi gadis dengan niatan keras… Ya, kurasa orang tertentu menjadi perubahan signifkannya ini.
“Nona Mary, kau tahu aku bisa mendengarmu walau kau bergumam. Apa yang harus kukatakan! Kau jauh lebih tidak beradab! Apa kau tidak menyalahgunakan fakta kalau kau perempuan? Kau melakukan kontak fisik terlalu banyak — memeluk, menyentuh… bukan begitu?”
Mary sendiri juga menyayangi Katarina, dan sering menyentuh kakakku — mungkin lebih parah dari Geordo. Alasan kenapa ia bisa kabur, tentu saja, karena mereka sama-sama perempuan. Walau begitu, aku tidak bisa berhenti berpikir kalau kontak Nona Mary terlalu sering dan ekstrim.
“Oh ya. menyalahgunakan, Tuan Keith? Kau juga tidak beradab. Sudah biasa bagi para gadis untuk memeluk dan menyentuh satu sama lain, kan? dan akhirnya… perlahan… bahkan sampai mandi bersama…”
“Aku tidak setuju, Nona Mary. Apa yang kau bicarakan, tidak bisa dibilang normal.”
“Terserah saja, Tuan Keith. Bukankah itu masalah prespektifmu saja?”
Untuk sementara kami memang ada di bawah bendera yang sama, terutama karena cinta kami pada orang yang sama (walau aku walau aku tidak yakin untuk menyamakan cinta Mary untuk Katarina sepertiku… atau lebih seperti cinta pada teman? Aku tidak tahu). Kini walau kami ada di meja yang sama, kami tidak bisa berhenti berdebat dan memarahi satu sama lain.
Untuk memperburuk keadaan, aku bahkan terikat tugas OSIS seharian ini, dan tidak bisa menikmati festival dengan Katarina. Ketidakpuasanku mencapai titik tertingginya. Segera saja, debat antara Mary dan aku memburuk. Lalu —
“Keith… Mary. Kalau waktunya tiba, aku pasti akan membela kalian, jangan khawatir! Kalaupun ada kesalahan… aku tidak akan membiarkan kisah kalian menjadi tragedi cinta, seperti Romeo dan yang lainnya!”
Hanya begitu saja, debat kami segera berhenti oleh pernyataan mendadak Katarina. Apa yang ia bicarakan? Tidak… kurasa aku tahu kesimpulan yang ia dapatkan. Pertanyaanya adalah… bagaimana bisa di membuat asumsi begitu?!
Aku menjawab tatapan Katarina yang penuh gairah dan membara itu dengan nada sekalem yang kubisa. “Kakak… aku tidak tahu apa yang dipikirkan kepalamu — tapi aku sangat yakin, kseimpulan apapun yang kakak dapat, salah besar.”
“Aku juga sangat setuju, Nona Katarina. Aku sangat menolak kesimpulanmu,” kata Mary, sama tenangnya.
“…Em. Tapi… cinta Keith dan Mary…?”
“Kau sangat salah, Nona Katarina,”kata Mary dan aku, bersamaan, hampir berharmoni.
Seperti dugaanku — beberapa kesalahpahaman yang aneh, tidak jelas, tidak masuk akal oleh Katarina. Bagaimana bisa kakak angkatku ini sangat bodoh dalam membuat kesimpulan? Karena, dia tidak menyadari perasaanku selama ini. suatu hari, aku sangat ingin melihat isi pikirannya.
Tapi lebih penting lagi, ada pertanyaan yang harus kutanyakan… “Kakak, siapakah di ‘Romeo’ ini…” aku tidak bisa melewatkan nama pria yang tidak kukenal yang baru keluar dari bibir Katarina ini.
Aku merasa kebingungan karena kecerobohanku. Kalau bisa, aku berharap agar jumlah sainganku tidak bertambah…
★★★★★★★★★
Aku, Nicol Ascart, berkunjung ke Akademi Sihir hari ini. Di luar, aku disini untuk bertemu adikku, Sophia. Tapi ada seseorang lain yang ingin kulihat lebih daripada adikku.
Nona Katarina Claes, putri Duke Claes. Tunangan teman masa kecilku, Geordo… dan objek rahasia dari hasratku. Aku tidak pernah berpikir untuk merebutnya dari Geordo, dan menjadikannya milikku. Tapi kini, setelah aku lulus dari akademi, ada beberapa, kalau memang ada kesempatan bertemu dengannya langsung. Walau hanya sebentar, dan sesaat… aku ingin melihat senyumnya. Aku sangat ini… melihatnya.
Setelah tiba di panggung dan bagian penampilan, aku mencari adikku, dan kami segera berdiri dekat pintu masuk. Tapi pemain dramanya, tidak senang karena aku menarik perhatian penonton, dan meminta kami pindah ke tempat lain. Itulah alasan kenapa kini aku ada di area belakang panggung.
Sebenarnya, Sophia dan aku sangat senang berada di belakang panggung. Aku menyadari tatapan orang di sekelilingku sejak kecil. Walau begitu… kekuatan tatapan itu entah kenapa semakin kuat akhir-akhir ini. tatapan mereka seperti miasma. Walau aku melihat balik mereka — mereka segera mengalihkan pandang. Rasanya tidak nyaman.
Dibanding itu… Katarina akan langsung melihatku dengan mata biru aquanya. Melihat diriku tercermin di matanya, membuatku tenang. Membuatku sangat diberkahi. Aku ingin melihatnya. Katarina Claes.
Mungkin perasaanku entah bagaimana tercapai. Seperti matahari yang menyilaukan, Katarina muncul, menyinari kegelapan area belakang panggung dengan senyumnya.
“Ah, Nona Katarina. Aku senang kau datang…” kata Sophia, menyambut Katarina dengan senang.
Adikku juga sangat menyukai Katarina. Sejak awal, Katarina sendiri adalah alasan kenapa ia bisa berjalan dan tersenyum di cahaya, sekali lagi.
“Sudah lama tidak bertemu, Katarina,” cukup dengan melihatnya. Aku merasa ujung bibirku tersungging dengan alami. Aku senang melihat wajahnya, untuk pertama kali setelah sekian lama.
“…A-Ah. Iya. Sudah lama tidak bertemu, Tuan Nicol.” Ia sama seperti saat pertama kali bertemu dengannya, dengan tatapan apa adanya… aku bisa merasa panas di dadaku.
“Kenapa kau bersembunyi di backstage, Sophia? Karena kalian berdua disini, bukannya lebih baik kalau kalian berjaga di depan?”
Sophia menjawab dengan penjelasan pertanggung jawaban keberadaan kami. Ia sepertinya sedih saat menyelesaikan kalimatnya. Sebagai balasannya, Katarina mengambil sesuatu dari bungkus yang ia bawa, dan menarik makanan dan beberapa oleh-oleh.
Setelah menerimanya, senyum Sophia kembali. Aku merasa sangat lega. Karena, sejak awal aku adalah alasan mengapa Sophia kehilangan senyumannya. Aku sangat berterima kasih pada Katarina. Karena sekali lagi, ia sudah mengembalikan senyuman adikku.
“Kalau diingat lagi… Nona Katarina… kau akhirnya tidak ikut drama OSIS…” kata Sophia tiba-tiba, bagai mengingat sesuatu.
Sophia sudah mengirimkan suarat beberapa saat lalu yang mengatakan kalau OSIS akan mengadakan drama untuk festival. Kurasa itu maksudnya. Ia tidak menyebutkan pemain drama itu, tapi aku mengira Katarina akan ikut serta. Sepertinya aku salah.
“Ah,iya. Karena, aku bukan anggota OSIS, dan aku tidak punya kemampuan akting.”
Sophia sepertinya sedih akan pernyataan Katarina. “Ah… padahal kukira aku bisa melihatmu di panggung, Nona Katarina…”
“…Ah begitu. Jadi Katarina tidak akan tampil…”kata-kata itu meninggalkan mulutku tepat sebelum aku bisa menghentikannya. Aku ingin melihatnya tampit. Sangat disayangkan.
Lalu, Katarina melanjutkan: “Tapi bukankah lebih masuk akal lagi kalau kau jadi bintang utama dramanya, Tua Nicol? Karena, kau tidak pernah melakukan hal semacam itu saat festival sekolah. Bagaimana kalau kau bermain sebagai tokoh undangan?”
Benar kata Katarina; aku tidak berpartisipasi di acara apapun saat festival sekolah di adakan di angkatanku. Tapi, kini banyak teman-teman ada di OSIS. Adikku juga anggota OSIS. Kalau bisa, aku ingin membantu, tapi…
“…Sayang sekali, Katarina, aku tidak bisa berakting,”
“…Tidak bisa, Tuan Nicol?” Katarina menunjukkan ekspresi terkejut mendengar jawabanku. Mungkin dia tidak mengerti kalimatku.
Sebelum bisa merespon, Sophia bicara lebih dulu.
“Hmm… aku juga berpikir begitu, Nona Katarina… Kakak akan sedikit kerepotan kalau harus berakting. Walau Kakak memang orang yang luar biasa… menurutku sebagai keluarga — sayang sekali kakak… sulit… mengontrol emosi apa yang harus ditunjukkan… Dan itu salah satu kekurangannya…”
Katarina sepertinya jauh lebih mengerti situasi setelah mendengar jawaban Sophia. “Oh,ya… Benar juga…” katanya.
Aku merasa emosi kompleks memenuhi mereka. Ya, seperti penjelasan Sophia. Wajahku tidak bisa berekspresi bebas. Lebih tepatnya — aku sudah berjuang sejak dulu, tapi hasilnya malah aneh.
Saat aku masih di akademi, Katarina pernah membuat observasi sekali: “Kau sepertinya tidak banyak tersenyum ketika bersama teman sekelasmu, Tuan Nicol.” Ia sepertinya penasaran. Walau aku memang ingin melakukannya, sepertinya aku tidak bisa tersenyum sesuka hati.
“Kalau begitu, Tuan Nicol. Coba tersenyum!” kata Katarina, dengan senyum lebar di wajahnya.
Tapi, sepertiny percuma. Aku tidak bisa. Aku sadar kalau tidak mungkin aku tersenyum sesuka hati; aku tidak punya kemampuan mengontrol otot wajahku sesuka hati. Aku tidak pernah menyadarinya, jadi aku tidak sadar. Walau, kalau diingat lagi, mereka yang bertatap mata denganku langsung mengalihkan pandangan, jadi mereka tidak sering melihat wajahku.
Sungguh cerita yang menyedihkan. Karena itu, kupikir tidak mungkin bagiku berakting. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba.
“Ah… tapi kalau itu kau, Nona Katarina, senyum pasti akan muncul di wajah kakak…” Mungkin ia tahu aku merasa seih. Aku tidak menyangkan Sophia akan mengatakan hal semacam itu. Mengejutkan. Bagaimana bisa tiba-tiba Sophia mengatakannya?
“Kalau begitu, bukankah lebih masuk akal kalau lawan latihannya adalah kau, Sophia?” jawab Katarina, lebih terkejut lagi.
“Tapi… aku tidak bisa. Satu-satunya yang bisa menarik senyum Kakak adalah kau sendiri, Nona Katarina.”
“Ah, tidak, tapi kalau begitu aku juga tidak bisa—”
“Tidak, kau salah, Nona Katarina!”
“Ah! Bagaimana kalau kakak menyampaikan beberapa kalimat dari naskah drama sekarang juga? Kau bisa jadi lawan mainnya, Nona Katarina. Pasti kakak bisa menyampaikannya dengan senyum.”
Benar kata Sophia. Aku sering tersenyum di depan Katarina sebelum menyadarinya. Walau begitu… aku tidak bisa berakting hanya dengan melakukannya. Tapi adikku, sepertinya jauh lebih senang setelah menerima sarannya. Dengan mata yang bergemerlap, ia menjelaskan gerakan dan adegan yang akan kumainkan. Jadi aku memutuskan untuk menghiburnya sebisaku. Sophia sepertinya sangat senang… jadi aku mendengarkan.
Tidak butuh waktu lama bagi keraguan untuk meninggalkanku. Adegan yang Sophia minta untuk kumainkan dengan Katarina adalah klimaks drama, adegan ketika tokoh menyatakan perasaannya. Dengan senyuman, ia memeluknya erat. Itu adalah salah satu adegan penting di drama.
Dengan kata lain… aku harus berbisik manis. Ke telinga Katarina. Sambil memeluknya erat. Aku tidak bisa melakukannya! Tidak mungkin. Tapi, Katarina yang berdiri penuh intimidasi, berkata, “Oke, silahkan, Tuan Nicol!”
Aku tidak mengerti, tapi kurasa Katarina menerimanya. Walau aku diam, tapi aku mendekati Katarina. Mungkin karena auranya yang berlebihan.
“…Sophia. Aku…” aku mungkin bisa membaca kalimatku. Tapi, untuk memeluk tunangan pria lain di tanganku…
“Tidak, Kakak. Kau harus mencoba. Karena, kau sudah lulus dari akademi, dan kita sangat dirugikan! Kita harus memanfaatkan kesempatan ini dan mendekatinya di saat-saat krusial ini!” bisik Sophia, tapi dari nadanya, aku mengerti kalau membantah tidak akan dimaafkan.
Adikku sudah lama menyadari perasaanku. Ia tulus menyemangatiku, berharap agar Katarina dan aku menjalin hubungan lebih dalam… tapi aku selalu tahu kalau itu tidak mungkin. Aku juga tidak mau merebutnya dari Geordo. Tapi, kalau kami memang semakin dekat… mungkin, hasratku akan semakin besar.
Bahkan dengan pikiran itu… aku merasa tidak bisa menolah keinginan Sophia, dan mata penuh harapannya. Aku menguatkan diri. “Apa kau siap, Katarina?” aku menanyakan ketetapannya.
Katarina hanya menjawabku penuh kebahagiaan. “Ya. aku akan berjuang sekuat tenaga untuk menjadi lawan mainmu, Tuan Nicol, demi Sophia! Serahkan padaku.”
“Benarkah… terima kasih.” Katarina. Lembut… dan apa adanya. Aku merasa kebahagiaan memenuhi diriku saat melihat wajahnya. Mata biru aquanya, melihat langsung padaku. Ah… aku sungguh mencintai gadis ini.
“Aku mencintaimu.”
Kalimat dari bibirku… hanyalah naskah belaka. Atau benar-benar dari lubuk hati terdalamku…? Katarina harusny menjawab dengan. “Aku juga, pangeranku,”.
“…A-aku…juga. Tuan Nicol.”katanya dengan pipi memerah.
Saat itu, pikiranku… kosong. Lalu… aku merasakan sensasi terbakar, panas, keluar dari dalam diriku. Ia menjawab kalimat “Aku mencintaimu,”. Tapi, ia menjawabnya dengan namaku. Aku merasa sangat bahagia, dan merasa diberkahi, aku tidak pernah merasakannya.
Pikiran rasionalku yang tinggal sedikit harusnya mengingatkan Katarina kalau kalimatnya salah… tapi… tidak bisa. Pikiranku tidak ingin merebutnya dari tangan Geordo… hanyalah kebohongan. Aku menipu diriku sendiri. aku setengah mati mencoba menahan perasaanku.
Sebenarnya… sesungguhnya, aku ingin bersamanya. Aku menginginkan seorang gadis bernama Katarina Claes, sangat mengingingkannya hingga hatiku bisa sobek menjadi dua. Aku ingin merebutnya dari tangan Geordo. Aku ingin memonopolinya. Sangkar mental tempatku mengunci perasaanku… bergejolak, bergemtar.
“Em,.. Tuan Nicol…”sekali lagi, ia memanggilku dengan bibir itu. Aku tidak bisa menahan diri lagi. Dengan satu geraan cepat, aku memeluk tubuh lembut dan hangatnya. Aku memeluknya di tanganku.
“…Katarina. Walaupun kau milik orang lain… aku… pasti akan…” Aku pasti tidak akan menyerahkanmu. Selamanya tidak. Tidak akan.
Lalu… apa yang akan terjadi? Ketika suatu hari… aku tidak bisa lagi menahan perasaanku ini?
★★★★★★★★★
Sebuah festival sekolah diadakan di Akademi Sihir, sekolah yang kuhadiri setahun yang lalu. Aku masuk sebagai murid kelas satu, dan aku juga anggota OSIS kala itu. Tapi… ingatanku tentang festival hanyalah membersihkan masalah teman sekelasku, Nicol Ascart. Aku tidak ingat hal lain.
Dua tahu berlalu sejak saat itu. Kala itu aku menggunakan nama Sirius. Tapi Kementerian Sihir mengawasiku sejak saat itu, dan kini aku mengambil nama Raphael Wolt — nama asliku.
Hari ini, sebagai tugasku di Kementerian, aku sekali lagi menghadiri festival sekolah di Akademi Sihir. Itu adalah tempat kecil di festival — sebuah display untuk memamerkan karya murid, dan beberapa juga dijual. Kementerian juga menjual beberapa barang, dan menatanya adalah tugasku.
Di dekatku adalah Maria Campbell — dengan display kecilnya dan manisan buatan tangannya. Seperti tahun lalu, saat aku masih di OSIS, dia juga. Walau aku sudah menyisakan kenangan menyakitkan dan membuatnya kerepotan saat insiden tahun lalu, Maria memaafkanku, dan menerima permintaan maafku dengan elegan. Ia mengatakan kalimat ini sambil tersenyum: “Mulai saat ini, tolong hiduplah — sebagai dirimu yang sebanarnya.”
Hingga saat itu, aku selalu tersinggung oleh monolog seorang gadis yang mengatakan kalau, “Ah, Maria sungguh seperti malaikat!” dan “Maria… dewiku.” Tapi ketika ia mengatakan hal itu padaku, aku kini merasa ia memang malaikat. Kalau aku bukan siapa-siapa, mungkin aku sudah jatuh cinta pada Maria.
Tapi… aku sudah jatuh cinta padanya — sebelum Maria. Rambut coklatnya, tersibak angin… mataku segera terkunci padanya. Gadis yang menyinari sekelilingnya hanya dengan berdiri.
“Nona Katarina, sudah lama tidak bertemu,” setelah mendengarku, gadis yang membuatku jatuh cinta, Katarina Claes, membuka lebar matanya karena terkejut. Mata biru azurenya.
“Raphael! Kau ikut festival juga?”
“Ya. aku bertugas mendata barang yang dijual di festival ini,” aku mengubah penampilanku sejak kejadian itu. Setelah mendapat nama asliku, dan hidup di kehidupan baru, ini sangat dibutuhkan, agar aku tidak mencolok. Seseorang tidak terlalu tertarik padaku dengan penampilan ini. Rasanya aku seperti menjadi orang lain.
Walau begitu, Katarina segera menyadariku. Lalu, seperti biasa, dengan tatapan apa adanya… ia melihatku. Aku sudah melakukan hal jahat pada Katarina. Aku tidak akan terkejut kalau dia tidak akan mau lagi berhubungan denganku. Tapi… Katarina tersenyum lembut, seperti biasa. Tidak ada yang berubah.
“Kau juga bekerja keras!”
“Ya. aku ada di bagian paling bawah rantai makanan. Ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan.” Tapi… aku tidak bisa lebih senang dari saat ini. Rasa benci dan marah dalam diriku sudah lama hilang. Aku kini hidup dengan keinginanku sendiri.
Setelah bisa sekali lagi mendapat kebahagiaan itu, kebahagiaan yang kukira sudah hilang saat kecil… aku sungguh diberkahi. Hingga tahun lalu, ketika Katarina mengulurkan tangannya padaku, aku tidak pernah bermimpi bisa menjalankan hidup yang penuh berkah ini. Pikiran itu hanyalah mimpi bagiku.
Walau fasilitas penelitian Kementeria masih berdiri di tanah yang sama dengan Akademi Sihir, kami punya hidup masing-masing. Aku harus bekerja di Kementerian, dan Katarina serta temannya harus bersekolah. Kami tidak punya waktu bertemu. Karena itu aku senang bisa melihatnya hari ini, untuk pertama kali setelah sekian lama.
Aku mendengar situasi Katarina dan bicara tentangku. Untuk pertama kali setelah bergabung dengan Kementerian, aku bisa bicara sesaat dengannya — tidak lama kemudian Maria menyadari kami, dan segera menghampiri.
“Aku senang kau datang berkunjung, Nona Katarina. Ini… bagianmu,” Maria menyerahkan sebungkus manisan yang sepertinya sama dengan yang dijual di displaynya.
“Wow! Terima kasih sudah menyisakan untukku! Bagaimana penjualannya?” Katarina menerima manisan itu dengan senang.
“Tentu saja, Nona Katarina. Jujur saja… aku khawatir, kalau manisan buatanku tidak akan laku sama sekali… tapi berkatmu, Nona Katarina, daganganku hampir habis.” Maria juga sepertinya bahagia.
Jujur saja, aku ragu akan manisan buatan Maria karena dia adalah satu-satunya orang biasa di akademi. Seluruh murid lain adalah bangsawan. Bangsawan, tentunya tidak memasak makanan mereka sendiri. Semua makanan disiapkan oleh chef dan staff. Apa mereka mau memakan makanan buatan amatur? Aku bergumam dalam diam.
Tapi sepertinya Katarina adalah dalang dibaliknya. Seperti biasa, aku terkejut akan ide aneh dan mendadaknya. Seprti, aku terkejut saat Katarina meminta untuk mencicipi manisan buatan Maria tahun lalu, saat kami masih di OSIS. Walau aku aslinya terlahir sebagai orang biasa, dan ingat pernah merasakan manisan rumah buatan ibuku, tapi Katarina berbeda. Ia terlahir sebagai bangsawan — dan apalagi dia putri seorang duke. Aku berasumsi kalau dia hanya makan makanan high-class, dan mahal setiap hari. Kenapa ia dari semua orang ingin mencicipi masakan buatan tangan Maria, orang biasa?
Awalnya, aku pikir Katarina hanya bersimpati akan tantangan Maria di akademi ini. Tapi, sepertinya aku salah. Dia benar-benar ingin mencicipi manisan buatan Maria. Dan Maria mengabulkan keinginan Katarina. Dan ternyata, manisan buatannya cukup enak — hampir setara dengan patisserie. Sangat enak.
Sejak saat itu, Katarina terus meminta manisan Maria, dan akhirnya mereka dekat. Bangsawan biasanya sombong dan egois karena posisi dan kasta sosial mereka. Sangat aneh seorang bangsawan berempati pada orang lain.
Tapi, Katarina tidak punya satupun jiwa itu. Tidak pernah sekalipun ia mencoba memaksa pangeran mendekatinya dengan cara tidak bermoral, juga tidak memandang rendah Maria, orang biasa. Rasanya ia seperti tidak memikirkan kasta sosialnya sebagai bangsawan.
Tapi, walau Katarina merasa begitu, beberapa murid tidak. Karena itu aku selalu khawatir akan keadaan ini — apakah manisan Maria akan laku…? Tapi setelah melihatnya, display kecil Maria hampir kosong, dengan menyisakan satu atau dua bungkus. Hampir habis.
Walau Katarina terkejut akan keadaan itu. “Manisanmu pasti sangat terkenal! Tentu saja, karena itu buatan tanganmu, Maria.”
“Bukan, in berkat bantuanmu juga, Nona Katarina. Karena, kau membantu mempromosikannya, kan?” percobaan promosi Katarina sepertinya sukses tersebar di kalangan murid.
Tapi, melihat Maria, aku tidak merasa hanya itu alasannya. Walau ia memang sedikit kaku dan tidak nyaman saat pertama kali masuk akademi, di kelilingi oleh bangsawan, sepertinya ia kesulitan beradaptasi dengan akademi. Gadis bangsawan yang dulu selalu mencoba menjauh dari Maria kini mendekatinya dengan senyum dan membeli manisannya. Ekspresinya, yang dulu dipenuhi rasa tertekan, kini melembut, dan senyumnya sangat kalem dan baik. Ini juga, pasti karena pengaruh Katarina.
“Ya, aku memang mempromosikannya. Tapi manisan itu tidak akan laku kalau tidak enak! Alasannya sangat terkenal karena rasanya enak!”
“…Terima kasih banyak, Nona Katarina…”warna merah di pipi Maria terlihat saat Katarina memujinya. Gadis muda yang dikenal sebagai Maria Campbell juga sudah jatuh cinta pada Katarina, sepertiku. Karena itu… ia pasti sudah membuat keputusan.
“Kalau diingat lagi, Nona Campbell sudah memutuskan untuk mendaftar kementerian, atau itu yang kudengar…” Topik pembicaraan yang sedang naik daun akhir-akhir ini tentang Maria bergabung dengan Kementerian. Bahkan, ia sudah menerima rekomendasi sejak masuk akademi — akhir-akhir ini, tempat kerjaku sedang panas tentang pembicaraan perekrutan Maria.
“Eh?! Maria… kau akan bekerja di kementerian?”
“Ah, iya. Aku sudah memutuskan untuk bergabung dengan Kementerian sesudah lulus.”
“Be… Bernakah? Tapi Maria… bukankah saat kelas satu dulu kau bilang ingin kembali pulang sesudah lulus dan hidup tenang dan damai?”
Aku memang ingat Maria pernah mengatakannya padaku sekali.
“Ya… memang benar, aku sempat memikirkannya sesudah masuk akademi, kalau aku akan kembali ke rumah dan hidup damai… tapi.” Kata Maria, tatapannya fokus dan penuh ketetapan.“Tapi, kalau begitu… aku tidak bisa lagi ada disisimu.”
“?”Katarina hanya berdiri sesaat, bagai tidak mengerti maksud Maria. Tapi aku, cukup mengerti. Karena aku juga punya perasaan yang sama.
“Seperti yang kubilang saat upacara kelulusan tahun lalu, Nona Katarina… aku ingin berada di sisimu, dari saat ini dan seterusnya. Tapi… walau aku seorang pemilik sihir cahaya, aku hanya orang biasa… aku butuh kasta sosial tertentu, Nona Katarina, untuk berdiri bersamamu — karena kau adalah bangsawan, dan putri Duke Claes… dan aku memutuskan kalau aku akan bergabung dengan kementerian, dan mendapat posisi yang kubutuhkan.”
Kalimat Maria, kurang lebih seperti penyataan cinta yang bergairah, dan sukses membuat pipi Katarina memerah juga. Tidak butuh waktu lama bagi Maria untuknya menyadari kalau Katarina malu karena kalimatnya, dan ia, juga tersipu malu. Katarina dan Maria berhadapan satu sama lain, dengan wajah memerah malu.
Aku ingin bergabung dengan pembicaraan mereka, tapi mereka sudah membuat dunia sendiri. Aku tidak senang sedikitpun. Nyatanya, apa kedua gadis ini lupa kalau aku masih ada disini?
“Ah… permisi. Aku tidak suka mengganggu dunia privasi kalian… tapi aku dari tadi disini… kan?”
“Ah… oh, Raphael. Dunia privasi, katamu…” akhirnya, Katarina melihatku. Maria masih dengan wajah memerah, kini juga melihatku.
“Tapi… aku tidak menyangka kalau motivasimu, sosok paling mencuri perhatian di kerajaan ini untuk bergabung dengan kementerian… adalah demi bersama Nona Katarina. Kau hebat sekali, Nona Campbell.” Kementerian Sihir memang asosiasi terbesar di Kerajaan. Pemegang kekuatan setelah raja. Karena itu, banyak anggota dan staf yang punya tujuan luar biasa dan suci, seperti “peningkatan evolusi sihir dan mantra.” Tapi, alasan Maria bergabung sedikit berbeda.
“Aku tahu kalau alasanku bergabung mungkin… nista. Tapi walau begitu… aku bermaksud untuk bekerja sepenuh hati sesudah diterima. Mohon bantuannya,” Maria mengatakannya tanpa rasa ragu.
“Aku tidak berpikir kalau niatanmu itu nista, Nona Campbell. Karena, aku akan melakukan hal yang sama kalau ada di posisimu. Tapi…”
“Tapi?”
“Walau kau bergabung dengan kementerian, Nona Katarina akan menikahi Pangeran Geordo sesudah lulus. Dia akan jadi sangat sibuk, dan sepertinya kita tidak akan bisa melihatnya sesering sekarang.”
Sepertinya Maria tidak menyadari situasi — matanya terbuka lebar karena terkejut. Walau biasanya Maria tangguh, terkadang ia juga bisa menerima hal paling aneh. Lalu… kenapa? Sekarang, bahkan Katarina sendiri juga terkejut… ekspresi terkejut mereka masih berlanjut. Bahkan aku juga terkejut karena situasi ini.
Maria terkejut memang wajar… tapi Katarina yang menikah disini! Melihat ekspresi Katarina, sepertinya ia lebih tidak punya beban daripada bayanganku… tapi sampai sekaget ini…?
“Benar… benar juga… Nona Katarina adalah tunangan Pangeran Geordo… ia akan segera menikahinya sesudah lulus, dan menghabiskan hari-hari di istana. Kita mungkin tidak akan bertemu dengannya… kurasa aku tidak terlalu menyukainya…”
“Ya… kalau begini, aku harus menikahi Geordo dan menjadi keluarga kerajaan. Gawat sekali… aku tidak Cuma jadi putri seorang Duke, tapi juga keluarga kerajaan…!”
Karena Katarina sendiri sangat dicintai dan dimanja oleh tunangannya, Pangeran Geordo, jelas sekali lama-lama dia akan menerima pernikahannya. Bahkan, karena yang kita bicarakan adalah Geordo, bisa jadi ia dibawa ke bagian terdalam istana, dan tidak pernah melihat cahaya matahari lagi. Sungguh menakutkan.
Tapi Katarina, setidak peka biasanya, sepertinya tidak menyadari perasaan Geordo padanya. Dan ia juga sudah menceritakan keadannya dengan ekspresi kering; ia sepertinya tidak suka ide menikahi pangeran dan menjadi anggota kerajaan.
Aku menawarkan beberapa kalimat untuk menggoyahkan Katarina dan Maria. Bahkan, aku juga membawa pembicaraan mengenai Maria bergabung dengan Kementerian demi semua ini.
“…Apa kau tidak kepikiran untuk bergabung juga dengan Kementerian, Nona Katarina?”
“Eh? Memangnya boleh? Sebenarnya, apa kalau bergabung dengan kementerian artinya aku tidak perlu menikah lagi?”
“Dasarnya, masih mungkin bagi seseorang untuk bergabung dengan kementerian dengan rekomendasi dari anggota staff dengan kasta sosial tinggi. Ya… walau kurasa bergabung dengan kementerian tidak langsung membuat pertuanganmu batal, kemeneterian punya pengaruh kedua sesudah raja dalam hal kekuatan politik. Aku tidak yakin kau akan diseret ke istana secepatnya.”
Nyatanya, aku sudah memikirkan bahan pembicaraan ini sejak lama. Apa cara terbaik yang bisa kulakukan? Bagaimana caraku mencegah Katarina untuk jatuh ke pelukan Geordo setelah kelulusannya? Karena, aku sudah merencanakan ini sejak dulu. Walau dulu aku tidak melakukannya karena keinginanku sendiri, tapi aku jadi mahir melakukannya. Setelah mendengar pembicaraan kalau Maria akan direkrut oleh Kementerian Sihir… aku memutuskan untuk menjadikannya sekutuku.
Tentu saja, mata Maria juga bergemerlap senang — ia mendengar setiap penjelasanku dengan seksama. Tapi, Katarina yang awalnya tertarik, kini tidak yakin. “Em … Raphael. Seperti yang kau tahu, kemampuan sihirku… sangat rendah … ”
“Ah, tentang itu. Memang benar kalau ada banyak di Kementerian yang memiliki kemampuan sihir tinggi, ada juga banyak yang tidak memiliki bakat sihir. Tapi, kami tidak benar-benar menolak mereka yang tertarik pada sihir. ”
Apa yang kukatakan memang benar. Karena, punya kemampuan dan kekuatan sihir tinggi tidak berarti seseorang cerdas. Di antara peneliti sendiri, malah jumlah yang memiliki sihir tinggi hanya sedikit.
“Benarkah?! Hebat! Kalau begitu … Aku akan bekerja keras … Tapi bukankah kau mengatakan kalau aku butuh surat rekomendasi dari orang penting di Kementerian? Ukh … Kalau begitu pasti sulit, kan? Lagipula, pasti tidak ada yang mau memberi rekomendasi pada orang sepertiku…”
Kementerian Sihir adalah organisasi unik. Walau elit dan individu yang mumpuni biasanya dikumpulkan dan dites, beberapa individu bisa terima melalui jalur ini. Alasannya simpel — mereka yang memiliki sihir kuat, seperti Maria, sering dibicarakan selama mereka ada di akademi. Dan mereka tanpa sihir membutuhkan relasi, atau direkomendasi langsung oleh anggota staff saat ini.
Dan lagi, bukan sembarang staff yang bisa menulis rekomendasi. Aku sendiri ada di bagian terbawah Kementerian, jadi aku tidak bisa melakukan apa-apa. Tapi.
“Jangan terlalu sedih, Nona Katarina. Sebenarnya ada … seseorang yang akan menulis surat rekomendasi untukmu. ”
“… Eh ?!”
“Sebenarnya, Nona Katarina … atasanku sangat tertarik padamu. Orang itu pasti akan menulis surat untukmu dalam sekejap.” Wajah atasanku — seorang individu yang terkenal eksentrik dan aneh terkilas di pikiranku.
Saat sudah hampir diputuskan bagaimana masalahku akan diselesaikan, kebanyakan anggota staff ingin mempertahankan kedamaian mereka. Tapi tentu saja mereka berpikir; siapa yang mau mengambil kriminal, anggota keluarga Marquess Dieke, dan seseorang yang pernah memiliki Sihir tabu, Sihir Kegelapan? Tidak ada yang mau mengotori tangan mereka dengan mengambil orang itu. Tidak ada… kecuali…
“Apa, tidak ada departemen yang mau mengambilnya? Sungguh? Pemuda langka sepertinya? Hebat sekali. Kalau begitu, kawanku. Kalau tidak ada yang mau, aku akan mengambilnya.” Setelah mengatakannya, sosok itu mengambilku, dengan senyuman yang mempesona dan menggoda. Karena itulah aku berada di situasiku saat ini; aku tidak diperlakukan spesial atau semacamnya, dan bekerja keras seperti anggota Kementerian Sihir lainnya. Nyatanya, atasanku adalah orang yang menyarankanku cara menyamarkan diri dan mengubah penampilanku.
Aku sangat terkejut saat atasanku mengenal Katarina. Aku pernah sekali tidak sengaja bertemu dengan Katarina di akademi. Setelah perbincangan santai, aku segera kembali, hanya untuk diintrigasi. “Apa jangan-jangan kau mengenal Katarina Claes…?”
“Atasanmu…? Dan orang ini, ia mengenalku? ”
“Iya. Aku yakin ia ingin menyapamu cepat atau lambat. Karena, ia bilang ingin berbicara denganmu juga, Nona Katarina.”
Entah kenapa, atasanku sangat tertarik bertemu Katarina “Dimana kau bertemu dengannya? Ayolah, kau harus beritahu aku,” katanya. Sejak saat itu, atasanku selalu senang mendengar kisah tentang Katarina Claes… tapi ia sepertinya ingin bicara langsung dengannya.
Karena atasanku sangat tertarik pada Katarina… aku yakin ia pasti memberinya seurat rekomendasi.
“Hmm … yah, orang macam apa ia?”
“Seseorang dengan sifat individualis, menurutku. Tapi bagiku, ia adalah orang yang sangat baik.” Nyatanya, karena Katarina sendiri juga aneh, kurasa ia akan akur dengan atasanku.
“Em, permisi!” kata Maria mengganggu pembicaraanku paksa. Ia terlihat putus asa.
“A-Ada apa, Maria? Apa yang terjadi? Ekspresimu itu!”
Setelah mendengar kalimat itu, Maria segera melihat penuh gairah pada Katarina yang kebingungan. “E-Em. Baiklah … jika kita harus meringkas apa yang baru saja kita bicarakan … jika atasan Raphael benar-benar akan menulis surat rekomendasi untukmu, dan Nona Katarina masuk ke Kementerian Sihir … lalu … lalu! Maka kita akan bersama selamanya!” reaksi Maria sesuai dengan ekspetasiku.
“Memang begitu.” Aku memberi Maria yang tegang itu senyum lembut — dan gadis itu kembali ke gesturnya dan kebahagiaan muncul di wajahnya. Lalu…
“Nona Katarina, ayo bergabung dengan Kementerian bersama. Aku akan melakukan apa yang kubisa untuk membantumu! Tolong, Anda harus, oh Anda harus bergabung!” kata Maria dan menggengga, tangan Katarina dengan mata berbinar.
Ah… semua berjalan sesuai rencanaku. Dengan begini, Maria kini adalah sekutuku, dan Katarina sudah menargetkan untuk masuk Kementerian… dengan begini, kami bisa bersama juga tahun depan.
Maaf aku memanfaatkanmu seperti ini, Maria… Aku sungguh tidak ingin menyerahkan Katarina pada Geordo. Aku ingin ia ada di sisiku… untuk sedikit lebih lama lagi.
★★★★★★★★★
Air mancur menyembur layaknya geyser di kolam tengah, dan setiap tetes air yang terjatuh menciptakan pelangi. Pengukir membuat kayu berubah bentuk lagi dan lagi saat pengunjung melihat. Di sekelilingnya adalah mahkota api yang menyala terang. Sebuah tornado kecil menebarkan mahkota bunga ke udara.
Berdiri di samping pemandangan elok ini, aku hanya melihat kerumunan orang-orang tanpa akhir dengan senyum dipaksa. Ini bukan pesta yang berlangsung selama beberapa jam atau sebuah pesta dansa. Aku tidak bisa mempertahankan senyum ini sepanjang hari!
Tapi di sampingku adalah saudara kembarku, Geordo, dengan senyum menawan yang biasa ia tunjukkan di wajah. Wajar saja, karena dia memang mumpuni.
Aku Alan Stuart, terlahir bersama kembaranku enam belas tahun yang lalu. Ketika kami kecil, Geordo selalu melakukan yang terbaik tanpa harus berusaha, semua dengan wajah mengesalkan. Aku selalu merasa rendah darinya.
Tapi saat itu, aku bertemu seorang gadis bangsawan aneh. Ia putri seorang duke, tapi ia menyingkap roknya, berlari kesana sini, dan memanjat pohon seperti seekor kera. Aku tidak pernah bertemu gadis bangsawan seperti itu sebelumnya. Katarina Claes… gadis yang melanggar seluruh kelakuan gadis bangsawan sejati.
Tapi dia mengajariku satu hal. Kalau setiap orang berbeda, dan setiap orang punya kekuatan mereka masing-masing. Setelah mengerti hal itu, aku akhirnya merasa tenang. Ketegangan meninggalkan bahuku dan komplek merendahku pada Geordo juga menghilang.
Setelah itu… entah kenapa, aku selalu ingin bersama Katarina. Kenapa? Karena rasanya tenang. Rasanya sangat nyaman. Aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya, tapi… setelah tahun berlalu, aku mulai merasa jantungku berdebar kencang dan wajahku memerah kalau dia melawanku atau melakukan hal semacamnya.
Saat itu mengira-ngira apa sebenarnya semua itu… hal itu terjadi. Katarina hampir terbunuh. Saat itulah aku baru menyadari perasaanku. Dari banyak orang, aku malah jatuh cinta pada tunangan saudara kembarku.
Aku tidak bisa mengganggu dan merebut tunangannya begitu saja. Kalau pertunangan mereka hanyalah sebatas politik dan mereka tidak saling peduli, maka beda cerita. Tapi lihat saja Geordo. Bahkan aku sendiri ikut malu gara-gara Geordo dimabuk cinta setiap kali berada di sekitar Katarina. Walau Katarina, entah kenapa, tidak pernah menyadarinya.
Lalu ada fakta kalau aku juga punya tunangan sendiri; Mary Hunt, putri dari Marquess Hunt. Bijak dan cantik, ia adalah gambaran seorang gadis bangsawan sejati. Aku merasa sayang kalau gadis semacam itu bersamaku. Aku menyukainya, dan selalu ingin menyemangatinya selamanya… tapi ini bukanlah cinta. Rasanya seperti rasa cinta kakak pada adiknya. Aku menyadari perbedaan ini setelah mengetahui perasaanku pada Katarina.
Setelah aku mengerti semua ini, aku bicara pada Mary. Aku berencana untuk membatalkan pertunangan kami, karena aku jatuh cinta pada orang lain. Tentu saja aku tidak bisa bilang, “Oh, orang itu adalah tunangan kakakku,”jadi aku hanya memberitahunya “cinta terlarang.”
Lalu Mary sendiri juga sama. Ia punya perasaan untuk orang lain, dan juga semacam cinta terlarang. Kami membicarakannya untuk beberapa saat, dan ia memutuskan kalau kami harus berpegang pada pertunangan ini. Karena, dia pasti akan ditunangkan dengan orang lain lagi kalau pertunangan ini dibatalkan. Aku setuju dengan sarannya, dan karena itu pertunangan kami masih berlanjut.
Siapakah cinta terlarang yang sangat Mary idamkan ini? aku tidak tahu. Tapi, ia bilang tidak akan menyerah. Aku berjanji kalau aku akan membatalkan pertunangan ini kalau ia berhasil mencapai kesimpulan dengan orang yang ia cintai.
Saat kami saling menyemangati, aku sadar kalau aku semakin dekat dengan Mary. Dibawah permintaannya juga aku mulai mengawasi pergerakan Geordo dan memberitahu Mary semuanya. Katarina adalah teman tersayangnya, dan kami tidak mau Geordo memonopolinya.
Aku merasa seperti memanfaatkan perasaan murni Mary. Aku merasa tidak enak, tapi… Jujur? Membuat ikatan Geordo dan Katarina tidak semakin dalam adalah hal baik untukku, jadi aku dengan tulus membantunya.
Hari ini aku juga mengawasi Geordo. Mary memintaku memastikan agar dia tidak berduaan dengan Katarina. Ya, Karena ini juga permintaan tunanganku. Dengan alasan itu dalam pikiranku, aku memutuskan untuk mengganggu Geordo sebisaku. Aku bukan tipe orang yang mudah menyerah.
Aku menghabiskan terlalu banyak waktu memikirkan situasiku dengan Mary hingga aku tidak menyadari Katarina sudah datang hingga ia sudah sampai di sisi Geordo. Mereka sepertinya berbincang ria. Mereka benar-benar aku, ya? Tapi Mary memintaku untuk mengawasi Geordo, jadi aku mendekati mereka, dan berencana mengganggu mereka.
“Oh, kalian. akhirnya kau sampai juga? Kupikir kau tidak akan sempat. Sesudah tadi pagi kau bilang tentang ‘Aku akan mampir dengan membawa hadiah!’… kukira kau tidak akan sampai di sini.” Kataku sambil mendekati mereka.
“Maaf… Ada banyak rintangan sebelum kemari.”
“Benarkah? Kukira kau kebanyakan makan sampai lupa waktu.”
“…” Ekspresi Katarina kaku. Kurasa tebakanku benar. Tapi… Katarina… kau sangat mudah dibaca seperti biasa.
“Ini untukmu. Silakan dicoba.” Jelas sekali ia mencoba mengganti topik, Katarina menarik sesuatu dari bungkus yang ia bawa dan memebrikannya padaku. dari apa yang kulihat, ini sebungkus makanan ringan, sama dengan yang dibuat anggota OSIS lain, Maria.
Geordo menanyakan tentang laku tidaknya makanan ringan itu, dan Katarina menjawab dengan riang.“Ya, manisannya sangat populer. Bahkan hampir terjual habis saat aku datang.” Ia sangat senang, bicara seperti dia yang sudah menjual seluruh makanan ringan itu.
“Benarkah? Senang mendengarnya, Katarina, ”Geordo menjawab. Tapi Katarina sepertinya memikirkan sesuatu. Dia tidak menjawab, bahkan ketika aku memanggilnya. Ia tenggelam dalam dunianya sendiri.
“… Lagi, Katarina …?” Geordo bertanya, jelas-jelas gusar. Terkadang, Katarina akan melupakan sekelilingnya dan berdiri diam, tidak bisa mendengar apapun. Saat ini juga salah satunya.
“Hei, Katarina Claes! Nona Bodoh! Gawat… dia tidak mendengarkan sama sekali.” Aku mencoba memanggilnya sekali lagi, dengan suara sedikit lebih keras, tapi dia tidak merespon. Sudah jelas kalau sia-sia saja bicara dengannya sekarang. Karena itu, aku sedikit mengacak-acak kepalanya dengan tanganku.
“A-Apa yang kau lakukan ?!” Aku bahkan tidak menggunakan seluruh kekuatanku, tapi Katarina sepertinya sangat terkejut, dan melihatku dan mata disipitkan.
“Salahmu karena tidak mendengarkan orang bicara denganmu.”kataku. Aku tidak salah.
“K-Kalau begitu kau cukup mengatakan sesuatu! Tidak perlu menjahati kepalaku!”
Hebat sekali dia yang marah! Kurasa dia tidak dengar apapun.“Apa maksudmu, bodoh? Aku sudah melakukannya! Salahmu sendiri karena tidak bereaksi sama sekali.”
Dengan begitu, Katarina mulai ngambek, dan mengeluarkan keluhannya. Ukh… cara matanya menyipt dan ngambek begini… cukup imut juga. Tapi aku tidak akan goyah. Aku segera mengacak-acak lagi rambutnya.
“Sudah cukup, Alan. Aku sangat tidak mau kau menyentuhnya begitu saja.” Tangan Geordo kini mencengkram tanganku. Ia tersenyum seperti biasa… tapi matanya tidak.
“… Ahh, Geordo… kau selalu begini,” Aku menghela. Saudara kembarku ini selalu santai dan riang… tapi kalau soal Katarina, emosinya siap meluap begitu saja seperti ini.
Aku hampir tidak pernah menyentuhnya, tapi Geordo kini memberikan tatapan menusuk, bagai siap membunuhku kalau aku melanjutkan. Tck, ribet sekali. Aku ingin kembali ke masa lalu dan menunjukkan ekspresi Geordo ini pada diriku dulu, diriku yang mengira ia adalah sosok sempurna.
Tidak hanya karena Geordo Stuart jadi bucin pada tunangannya, tapi ia juga posesif. Bahkan Mary, tunanganku sendiri, mengatakan: “Kalau dia selalu membatasi Nona Katarina seperti itu… hanya akan membuat orang di sekelilingnya merasa jijik. Dan segera… Nona Katarina juga akan lelah padanya.”
“Bukankah kau terlalu tegang? Teruskan kelakuanmu dan akhirnya kau akan dibenci… itulah Mary katakan.”
“Beri tahu Nona Mary kalau kekhawatirannya salah tempat.” Responnya dingin. Matanya juga dingin. Gah… Percuma saja bicara dengan orang ini. Dasar Bucin.
Dan lagi… bukannya dia terlalu kasar pada tanganku? Padahal aku cuma memegang kepalanya sedikit. Lihatlah dia, memeluk dan menyentuh Katarina setiap hari. Dan tidak masalah? Pelit sekali. Saat aku akan memarahi Geordo karena perlakuannya yang menjengkelkan…
“Geordo, Alan.” Aku mendengar suara memanggil dari belakang kami. Saat berbalik aku melihat dua pasangan berjalan ke arah kami, dengan pria di depan tersenyum.
Gah…! Makhluk yang lebih menjengkelkan dari Geordo disini…
“Kak Jeffery, Sepertinya kau datang berkunjung.” Seperti kata Geordo… pria ini tidak lain adalah Jeffery Stuart, kakak tertua kami. Ia menyalami tangan kami dengan ekspresi menjengkelkan. Di belakang Jeffery adalah…
“Dan kau juga, Kak Ian.” Dan Ian Stuart… kakak kedua kami. Ia sangat berkebalikan dengan Jeffery, selalu berkespresi serius. Ia sedikit membungkuk untuk menyapa.
Sejak masuk akademi, aku tidak terlalu sering melihat kakakku. Bahkan walau kami tinggal di tempat yang sama, mereka selalu berebut takhta. Mereka juga tidak punya banyak waktu bicara dengan adiknya, atau bahkan melakukan sesuatu bersama kami. Kami tidak terlalu dekat.
Sebelum aku masuk akademi, aku kadang bertemu mereka di istana. Aku tidak pernah tahu cara menghadapi mereka. Terutama kakak tertua kami, Jeffery…
“Oh, kalau bukan Nona Katarina Claes. Sudah lama tidak bertemu.” Kata Jeffery pada Katarina, dengan sikap yang santai dan riang yang sangat tidak pangeran.
Ya… ia pernah sekali bertemu dengannya. Sebenarnya ia bertemu dengan mereka berdua, saat pesta ulang tahunku dan Geordo yang kelima belas. Tapi melihat dari ekspresinya, ia mungkin tidak ingat sama sekali. Geordo yang mengawasi sepanjang waktu, segera membisikkan sedikit informasi ke telinganya.
“Ah iya. Sudah… sudah lama sekali, Pangeran Jeffery, Pangeran Ian…” setelah itu, Katarina terdiam. Kalau dia tidak ingat kakakku, pasti dia tidak ingat tunangan mereka. Geordo berbisik lagi.
“Senang bertemu denganmu Nona Randall, Nona Berg,” Geordo pasti mengingatkan nama mereka padanya… tapi Katarina menyapa mereka dengan biasa, bagai sudah mengenal mereka selama ini. Sebagai respon, tunangan kakakku juga menyapanya.
“Apa yang membawamu ke tempat ini hari ini, Kak?”tanya Geordo.
Jeffery yang menjawab. “Wah, tentu saja menyaksikan penampilan adik laki-lakiku tercinta yang luar biasa di atas panggung!”
Ah… kakak kami yang satu ini. Dia tidak pernah berubah. Jeffery selalu begini. Rumornya memang ada, tapi aku tidak tahu kalau dia memang begitu. Ia selalu bertingkah seperti orang normal di kantor atau tempat resmi lainnya, tapi sisanya ia sangat santai dan riang, selalu mengatakan sesuatu yang bodoh dengan wajah menjengkelkannya.
Tentu saja, Geordo juga mengetahui hal ini. “Jadi … bagaimana kalau jujur saja, Kak Ian?” sembari mengabaikan Jeffery, ia melihat Ian untuk meminta jawaban.
“Tentu saja. Kami di sini untuk urusan kerajaan. Pemeriksaan rutin… inspeksi Akademi Sihir. Kurasa Jeffery ada di sini dengan alasan yang sama juga.” Ian juga sama seperti biasa. Ia sangat serius dan kaku, dan hanya itu.
“Benarkah? Ah. Ternyata kalian baru saja bertemu. ”
“Tentu saja. Kami baru saja bertemu, kebetulan beberapa saat yang lalu,”
Jeffery dan Ian selalu berebut takhta… jadi, ya begitu. Mereka tidak sering bersama, atau terlihat bersama. Walau begitu… melihat mereka sekarang, sepertinya mereka cukup akur. Mereka juga tidak saling menjelekkan.
Tapi aku tahu mereka punya fraksi politik masing-masing, jadi kurasa mereka tidak bisa seakur ini saat banyak orang melihat.
Sebelum menyadarinya, Jeffery yang diabaikan oleh Geordo dan Ian, kini melihat kearahku. Ukh, perasaanku tidak enak.
“Eh? Kalian berdua tidak asyik, Geordo, Ian! Kalau begitu … kemarilah, Alan! Kakak ada di sini untuk melihatmu!”
“H-Hei! Hentikan. Jangan peluk aku,”aku kini ada di pelukan erat Jeffery. Aku sudah hampir dewasa… dan dipeluk oleh laki-laki, walau dia saudara, pasti terlihat aneh. Aku mencoba lepas dari pelukannya.
Saat semua ini terjadi… suara bel menggema. Klang! Klang!
Kurasa tidak ada banyak waktu di festival sekolah hari ini… waktu berjalan cepat saat aku tidak menyadarinya. Hanya beberapa saat lagi, festival sekolah akan berakhir dan kami harus pindah ke event malam, yaitu pesta dansa.
“Ah. Maafkan kami. Kami harus segera naik ke panggung,” kata Geordo, saat bel terus berbunyi. Kami memang punya penampilan drama yang direncanakan OSIS.
Jujur saja… aku tidak suka berakting. Tapi para murid sangat mengharapkannya, jadi aku tidak punya pilihan lain selain bergabung.
“Ho? Pertunjukan, Geordo? Aku ingin melihatnya juga.”
Ian segera menjawab kalimat menyedihkan Jeffery. “Cukup dengan kebodohan itu, Jeffery. Kita harus kembali.
“Ehh…? Kau tidak asyik, Ian. Sebenarnya, Ian… kau akan kembali bersamaku?”
“Seperti yang kukatakan, cukup dengan kebodohan itu. Tidak mungkin aku kembali denganmu.”
Sekering biasanya. Kakak tertua kami yang cerewet, riang, dan menjengkelkan… kakak kedua kami yang selalu serius dan formal. Walau aku tidak menghabiskan banyak waktu dengan mereka, dan sebenarnya tidak terlalu suka berurusan dengan mereka, aku tidak bisa membenci mereka. Tapi ya… aku masih tidak mau bertemu mereka lagi.
“Dadah!”
“Baiklah. Kalau begitu, permisi.”
Dengan ucapan perpisahan yang kontras, kedua kakak kami pergi, dan kami segera menuju ke panggung. Aku masih menyadari ada bungkusan di tangan Katarina. Masih ada banyak makanan di dalamnya. Apa dia masih belum selesai membagikan oleh-olehnya? Jangan-jangan… semua itu ia makan sendiri…?
Ya… terserah. Kurasa aku akan memberitahu Mary kalau aku tidak membiarkan Geordo menghabiskan banyak waktu berduaan dengan Katarina…
★★★★★★★★★
Sebentar lagi festival sekolah akan selesai. Sungguh hari yang membosankan dan melelahkan. Karena aku sibuk bekerja — tidak hanya hari ini, tapi juga sejak kami mulai mempersiapkan festival — aku tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan Katarina. Aku cukup jengkel.
Untuk memperburuk keadaanya, aku mengundang Katarina ke kamarku sebelum jadwalku sibuk — tapi tentu saja, Keith disana, mengganggu kami seperti biasa. Aku memutuskan kalau aku mungkin bisa mengunjunginya, hanya untuk diganggu oleh Mary dan Alan. Walau Katarina adalah tunanganku, Geordo Stuart, sepertinya banyak orang bodoh yang tidak punya niat menyerah.
Tunanganku, Katarina Claes, memang… berbeda. Dia tidak seperti gadis bangsawan… ya, lebih tepatnya, dia tidak seperti gadis normal. Disisinya, aku tidak pernah bosan. Tidak peduli berapa banyak tahun kuhabiskan bersamanya, setiap saat selalu penuh dengan warna dan menakjubkan.
Sebenarnya, aku tidak terlalu peduli orang lain. Aku tidak pernah berpikir kalau aku bisa merasakan sesuatu untuk orang lain. Sosok yang mengajariku merasakan semua perasaan ini tentu saja Katarina.
Walau begitu… pesonanya memang luar biasa. Karena itu, tentu saja sainganku akan bertambah banyak. Katarina memang cukup mempesona, walau dia tidak menyadarinya. Parahnya lagi, pesona dan kebaikannya menarik baik laki-laki maupun perempuan.
Pertama ada adik laki-laki angkatnya, lalu ada adikku dan tunangannya, dan ada teman masa kecilku, putra penasihat kerajaan, dan adik perempuannya. Lalu ada lagi Pemilik Sihir Cahaya yang jenius. Akhirnya, bahkan orang yang mencoba membunuhnya juga jatuh cinta padanya. Jumlah saingan yang harus kuhadapi terus bertambah.
Bahkan hari ini, Katarina datang terlambat. Tergoda oleh makanan di kedai mungkin. Dan saat kami akan bicara privat, Alan muncul untuk menggangguku. Parahnya lagi… ia menyentuh kepala Katarina dengan santai.
Katarina punyaku. Kau harus melepaskannya. Segera setelah aku mengingatkan Alan, ia menyebutku “posesif.”
Ya. Mungkin ada benarnya, setidaknya kalau berhubungan dengan Katarina. Walau aku biasanya kalem dan tidak mudah goyah, aku merasa toleransiku terjun bebas kalau berkaitan dengan Katarina.
Jujur saja… melihat Katarina bicara dengan pria lain saja sudah membuatku merasa tidak nyaman. Tapi lagi, dengan banyaknya jumlah saingan, aku rasa aku tidak bisa banyak berbuat.
Lalu ada juga kekhawatiran lain — aku takut kalau Katarina tanpa sadar membuat orang lain terpesona padanya tanpa sadar. Walau ia berhasil sampai disini, kami tidak punya banyak waktu bicara, dan segera saja kami berjalan menuju area panggung. Aku tetap dalam suasana badmood.
Padahal akhirnya aku punya waktu bersamanya, tapi tidak Cuma Alan, tapi kakaku juga muncul. Timing mereka sangat buruk. Dari banyak waktu lain, kenapa mereka datang saat aku berduaan dengan Katarina? Pasti ada banyak waktu sebelum ini. Lalu kenapa tidak tadi saja? Kenapa sekarang? Pasti tidak akan ada masalah kalau mereka datang lebih awal.
Lupakan Ian yang kaku dan seius… aku sangat tidak bisa menangani kakak tertua kami, Jeffery. Tapi tentu saja, aku tidak seperti Alan — emosi seperti itu tidak muncul di wajahku.
Walau aku bisa membaca pikiran dan cara kerja kebanyakan orang, kakak tertuaku adalah pengecualian. Aku tidak bisa membacanya sejak kami kecil. Ia sangat menjengkelkan. Aku tidak pernah mengerti apa yang ia pikirkan kapanpun itu. walau begitu, ia jelas tidak punya niatan melukai kami, jadi kurasa dia tidak berbahaya.
Berkat formalitas tidak berguna kakak kami, kami hampir telat sampai di area panggung. Anggota OSIS yang lain sudah berkumpul. Beberapa murid perempuan juga sudah mengenakan kostum. Aku juga akan bersiap, tapi…
“Gawat! Salah satu aktris tidak enak badan, dan tidak bisa lagi tampil!” kata salah satu asisten backstage sambil berlari ke arah kami. Sepertinya seorang adik kelas satu, yang memainkan peran di drama itu, tiba-tiba pingsan. Ia segera di bawa ke UKS.
Syukurlah dia baik-baik saja; gadis itu hanya butuh istirahat, dan dia akan pulih. Tapi, tidak ada waktu untuk gadis sakit itu bergabung, terutama karena kami akan mulai.
Aku menghela dalam diri. Bagaimana drama ini jadinya, dengan kejadian mendadak begini? Kami tidak punya pilihan lain. Kami harus mencari pengganti.
Aku melihat murid lain yang membantu di backstage. Mereka sudah melihat kami berlatih berkali-kali — kami hanya harus mencari pengganti di antara mereka. Tapi para murid, mengalihkan padangannya. Tapi tentu saja begitu, karena tiba-tiba harus naik panggung.
Ada lagi fakta kalau pemain drama ini dipilih berdasarkan kepopuleran mereka di kalangan murid. Pengganti malang yang dipilih bisa jadi bulan-bulanan penonton — setidaknya, itu yang mereka takutkan.
Kalau begitu… kami harus mencari seseorang yang sama populernya. Seseorang yang pantas menjadi pengganti. Tentu saja, aku segera melihatnya, hanya untuk melihatnya mengalihkan pandang.
Rasanya terlalu… jelas. Tidak peduli berapa kali kulihat. Semua di sekelilingnya juga memikirkan hal yang sama. Tapi bukan suaraku yang pertama kali berpendapat. Malah, beberapa suara saring bersahutan setuju.
“Kalau begitu … kalau begitu, bukankah Nona Katarina cocok untuk peran itu?” sebuah suara menggema di backstage.
“Aku juga berpikir kalau Nona Katarina akan cocok untuk peran itu.”
“Aku merasa hanya Nona Katarina yang bisa berdiri dengan anggota OSIS lainnya …”
“Ya, kalau Nona Katarina, penonton dan murid lainnya akan sangat puas juga.”
Satu persatu suara setuju memenuhi kerumunan itu. Ya… kurasa ini keputusan yang wajar. Siapapun pasti sudah menduganya. Walau Katarina sendiri bukan anggota OSIS, dia memang cukup populer, dan mungkin satu-satunya anggota non-OSIS yang punya fans sendiri.
“Aku… aku t-tidak bisa…”kata Katarina, setengah mati menolak peran itu. Ia melihatku dengan mata memelas, bagai memintaku membelanya. Wajah memelasnya juga imut.
Aku tersenyum simpul, dan merespon. “Baiklah, Katarina. Aku serahkan padamu,” kataku dan meletakkan satu tanagn di pundaknya untuk menenangkan. Tapi ekspresi Katarina seperti menunjukkan akhir dunia.
Setelah beberapa kali menolak, Katarina akhirnya menerima naskahnya dan pergi ganti kostum. Bagai keberuntungan berpihak pada kami, gadis yang pingsan tadi punya postur tubuh yang kurang lebih sama dengan Katarina, jadi kostumnya pas dengannya.
Tapi… mungkin karena tidak ada yang menyadarinya saat pemain asli mengenakan kostumnya, tapi kostum Katarina agar terlalu menunjukkan dadanya. Aku tidak suka ia berpakaian begitu di hadapan banyak orang. Tapi tidak ada banyak waktu untuk ganti kostum.
Akhirnya, aku meminta murid yang bekerja di bagian kostum untuk sedikit menambalnya. Walau murid yang membantu membenarkan kostum itu sedikit membantah, “Em… kurasa ini tidak terlalu cocok,” aku membuat mereka diam dengan sekali tatapan.
Tapi, Katarina, sepertinya berpikir kalau kostumnya memang seperti ini.
Dengan begitu, Katarina akhirnya berdiri dekat tirai panggung. Peran yang ia dapatan adalah kakak tiri protagonis yang kejam, yang akan membully dan menjelekkannya. Peran itu sangat tidak cocok untuk Katarina… tapi tidak ada pilihan lain.
Jujur saja, aku ingin Katarina menjadi protagonis, yang akan menjadi lawan mainku. Aku pasti akan sangat senang. Tapi, pasti itu sangat mendadak: karena Katarina saja sudah tidak bisa menghafal naskah singkat, pasti dia nanti kerepotan.
Maria, yang memerankan protagonis, sudah berdiri di panggung. Sebentar lagi giliran Katarina. Hingga beberapa saat lalu, Katarina mati-matian menulis sesuatu di telapak tangannya. Ia lalu memakannya. Kegiatan aneh ini dia ulangi beberapa kali sebelum masuk ke panggung dengan panik.
Lalu… Katarina terdiam di tempat segera setelah ia muncul. Ah… jangan-jangan? Dia lupa kalimatnya. Walau ia sudah berlatih beberapa kali, ia memang tidak punya banyak waktu mengingatnya.
Mungkin meminta Katarina tampil sudah tidak mungkin sejak awal, karena biasanya ia hidup dengan riang. Aku tentu saja sudah menyiapkan strategi kalau saja hal itu terjadi… dan saat aku akan membantunya —
“Sungguh. Apa kau tidak tahu posisimu?!” sebuah suara menggema jelas dari panggung.
Tidak ada kalimat semacam itu di naskah. Karena terkejut, aku segera melihat panggung, hanya untuk melihat Katarina — walau ia… berbeda. Wajahnya bagai orang lain saat itu juga.
Jujur saja… walau hanya akting, kupikir sangat tidak mungkin bagi Katarina, untuk memerankan tokoh yang membully dan menyakiti orang lain. Aku merasakannya karena sudah tahu kesehariannya. Kupikir dia pasti tidak cocok dengan peran itu…
Di panggung, berdiri seorang gadis bernama Katarina, tapi di saat yang bersamaan juga bukan dirinya. Dengan mata yang menyincing ke atas, senyum kejam, dan ekspresi mengintimidasi, aku tidak bisa melihat gadis ini selain kakak tiri jahat protagonis.
Katarina memang bisa berakting… kupikir sembilang tahun bersamanya membuatku bisa mengerti tentangnya dan tidak akan terkejut, tapi sepertinya aku salah. Aku harusnya lebih tahu dari siapapun kalau Katarina tidak bisa diprediksi.
“Seseorang sepertimu lebih baik tidur di tanah, dan tetap disitu. Lagipula, tempat itu paling cocok untukmu.” Itu bukan kalimat di naskah. Tapi Katarina, mengucapkannya dengan natural. Sebelum menyadarinya… aku tidak bisa melepas pandangan darinya.
Berdiri di panggung… adalah Katarina yang tidak kukenal.
Walau aku terpesona dengan penampilan Katarina, aku berhasil menyelesaikan bagianku tanpa masalah.
Dan sepertinya aku bukan satu-satunya yang terpesona. Setelah penampilan selesai, Katarina segera dikelilingi oleh pemujanya. Ah… melihat sisi lain Katarina yang tidak kutahu memang menyenangkan, tapi dengan begini, dia akan menambah banyak pemuja rahasia.
Mungkin menunjukkan Katarina pada orang sebanyakan ini adalah kesalahan. Sekarang dipenuhi penyesalah, aku berhasil memisahkan kerumunan itu, dan berhasil berada di sisi Katarina, menyiraminya dengan pujian… sembari mengintimidasi orang di sekelilingnya.
“Aku akan dengan senang hati menemanimu ke pesta dansa, Katarina… Tunanganku tersayang.” Walau aku menerima beberapa tatapan tajam dari beberapa anggota OSIS lain, kenyataannya Katarina tetap tunanganku. Sebagai pasangannya, aku tidak akan membiarkan siapapun menghalangiku.
Karena… aku tidak bisa bicara dengan nyaman dengannya hari ini. Aku ingin memastikan kami menikmati malam ini berdua. Di pesta dansa, aku pasti bisa memegang Katarina erat — sedekat yang kuinginkan. Ia hanya akan berpikir kalau tatapan di sekelilingnya sudah biasa, dan menyerahkan seluruh dansanya padaku.
Dari yang kutahu, sainganku yang lain pasti akan mengajaknya berdansa juga — tapi hari ini penegcualian. Aku tidak akan menyerahkannya dengan mudah. Karena aku melihat sisi lain Katarina saat ia tampil tadi, aku merasa tubuhku memanas, dan jantungku berdebar kencang. Tanpa ada tanda memelan.
Aku akan menikmati waktu berdua dengan Katarina di pesta dansa… menikmatinya sepnuh hati. Sembari menyelesaikan sedikit pekerjaanku setelah festival, aku tidak bisa berhenti memikirkan waktu yang akan kuhabiskan berdua dengan Katarina di pesta dansa nantinya. Ahh… aku ingin cepat menyelesaikannya, dan pergi ke pesta dansa.
Tapi.. ketika aku akhirnya sampai di ruangan dimana ia harusnya menunggu, dengan semangat tinggi, ia tidak ada dimanapun. Katarina… menghilang. Tidak ada yang bisa menemukannya, bahkan setelah pesta dansa dimulai.
Tempat terakhirku melihat Katarina adalah di panggung. Kami tidak tahu kalau dia akan menghilang dari hadapan kami… begitu saja.