Otome Game no Hametsu Flag shika nai Akuyaku Reijou ni Tensei shite shimatta LN - Volume 3 Chapter 1 Bahasa Indonesia
- Home
- Otome Game no Hametsu Flag shika nai Akuyaku Reijou ni Tensei shite shimatta LN
- Volume 3 Chapter 1 Bahasa Indonesia - Festival Sekolah di Akademi Sihir
Bab 1: Festival Sekolah di Akademi Sihir
Translator: Kaon Nekono
*Note: Mulai Volume 3 Nama Gerald akan ditulis sebagai Geordo*
Aku, Katarina Claes, hidup dengan damai. Hari-hariku sangat menyenangkan dan nyaman, dan aku bisanya hidup dengan mood yang bagus. Alasannya adalah, tentu saja, kenyataan kalau kini aku terbebas dari seramnya Akhir Kehancuran.
Di hari yang ditakdirkan, ketika aku masih berusia delapan tahun, aku tidak sengaja membenturkan kepala di batu, dan entah kenapa ingatan tentang kehidupanku yang sebelumnya membanjiri kepalaku — dan aku di reinkarnasi sebagai Katarina Claes, tokoh jahat di sebuah game.
Parahnya lagi, penjahat ini, Katarina, juga saingan protagonis dalam empat rute target cinta di game. Ia tidak punya ending bahagia apapun; semisal protagonis mendapat ending yang bagus, maka Katarina akan diusir dari kerajaan. Dan di ending yang buruk, ia akan dibunuh oleh target cinta protagonis. Apa yang menungguku sesudah direinkarnasi menjadi tokoh jahat yang sial ini, hanyalah lautan Akhir Kehancuran.
Walau aku dibuat putus asa karena hal ini… plot dari otome game ini tidak akan dimulai sampai delama tahun mendatang, aku mungkin masih bisa melakukan sesuatu tentang Akhir Buruk yang menungguku.
Jadi aku berjuang — sejak hari yang ditakdirkan delapan tahun yang lalu. Aku melatih kemampuan berpedangku, agar tidak mudah ditebas begitu saja oleh target cinta protagonis. Aku juga belajar sihir sebisa mungkin, agar bisa digunakan kalau semisal aku diusir. Dan yang terakhir, kalau memang saat itu tiba, aku bersiapa untuk menjadi seorang petani sederhana sesudah membaca buku agrikultural.
Tapi, walau aku sibuk akan kegiatan-kegiatan itu, waktu tetap berlalu — dan sebelum menyadarinya, aku sudah berteman dengan keempat target cinta game, dan seluruh karakter saingannya. Delapan tahun terlewati. Walau aku tidak yakin kenapa kami bisa akur, target cinta, karakter saingan, dan aku akhirnya masuk Akademi Sihir tahun lalu — panggung utama otome game itu.
Di akademi inilah kami bertemu dengan protagonis asli game, Maria Campbell. Maria adalah gadis yang mempesona, dan hanya butuh beberapa hari baginya untuk menarik perhatian tunanganku, Pangeran Geordo, dan adik angkatku, Keith. Begitu menakutkan pesona Maria ini hingga aku hidup dalam rasa takut kalau dia sampai mencapai rute reverse harem — tapi sebelum menyadarinya, aku juga terperangkap dalam kebaikan dan kecantikan Maria. Walau aslinya kami bermusuhan di game, tapi kami malah jadi teman dekat.
Sesudah ini, seorang tokoh tertentu yang benar-benar kulupa, Sirius, menyebabkan insiden yang berbahaya. Tapi benruntung saja, semua bisa terselesaikan berkat teman-teman yang bisa kuandalkan. Dengan begitu… dan beberapa event sepanjang jalan, kami tiba di upacara kelulusan saat akhir tahun.
Upacara kelulusan adalah event terakhir di otome game — event dimana Maria, Si Protagonis, akan membentuk ikatan abadi dengan salah satu target cintanya. Siapa dia, orang yang dipilih Maria di akhir skenario? Atau semuanya, ending reverse harem dimana semua orang terpana pada Maria? Aku mengamatinya penuh rasa waswas. Tapi…
Ternyata, game baerakhir dengan Maria… tidak menyatakan cintanya pada siapapun. Malah, “Ending Pertemanan” yang lewat — seperti namanya, kami berakhir sebagai teman. Dan juga Katarina, si penjahat dan toko saingan, tidak dihadapkan dengan Akhir Kehancuran.
Padahal Maria punya pesona begitu, Kenapa kami malah mendapat ending begini…? Dan ada kenyataan kalau Maria juga mengatakan kalimat yang harusnya ia sampaikan di akhir game untuk target cintanya padaku. “Jadi… tolong, Nona Katarina. Izinkan aku untuk berada di sisimu… mulai hari ini hingga seterusnya.” Aku tidak paham… kenapa Maria mengatakannya?
Apapun itu, game berakhir dengan damai. Aku, Katarina Claes, berhasil melewati Akhir Kehancuran!
Sudah sembilan tahu berlalu sejak aku mendapat ingatanku kembali. Sekarang, sesudah meninggalkan Akhir Kehancuran itu… aku akhirnya bisa melanjutkan hidup dengan damai, dan nyaman.
“Festival sekolah, ya?”
“Ya, Katarina. Festival sekolah.”yang menjawabku dengan senyum tipis nun familiar adalah tunanganku, Geordo Stuart, pangeran ketiga kerajaan.
Dengan rambut pirang dan mata biru, ia adalah gambaran umum seorang pangeran negeri dongeng — kecuali kenyataan kalau dia punya hati yang luar biasa sadis. Kalau aku membutnya marah, walau tidak sengaja, aku akan mendapat balasan yang menyakitkan. Aku berani mengatakannya berdasarkan pengalaman.
Tapi, Pangeran Geordo, selalu dikenal sebagai sosok yang lembut dan tampan. Dia sangat populer; terutama, di kalangan gadis bangsawan seusianya. Tekanan yang kuhadapi karena menjadi tunangannya memang hebat.
Karena kemampuan akademiknya yang luar biasa, Geordo dipilih menjadi Ketua OSIS sesudah kami naik ke kelas dua, dan karena posisi itu, ia mendapat proyek berskala besar dan banyak tugas. Kembali ke dikusi kami tentang “festival sekolah”. Festival ini sudah jadi bahan perbincangan di akademi akhir-akhir ini. Tapi…
“Tapi seingatku… tidak ada tuh, festival sekolah tahun lalu.”aku masuk Akademi Sihir tahun lalu, dan kebanyakan waktu kami habiskan untuk mendengar ajaran guru atau menghadiri praktik sihir. Tidak ada event semeriah ini.
“Ya, tentu saja. festival sekolah hanya dilakukan tiap dua tahun sekali, Katarina. Karena itu, tidak ada festival tahun lalu.”
Oh, begitu. Dua tahun sekali. Aku paham. Kukira Akademi Sihir tidak punya festival tahunan seperti sekolahku di kehidupan sebelumnya. Karena Akademi Sihir hanya punya kurikulum dua tahun, acara ini pasti diadakan sekali selama seorang murid berada di akademi.
Tapi, dari semua hal, malah festival sekolah? Mungkin karena sudah beberapa kali ikut acara seperti ini di kehidupan sebelumnya — aku tentunya sangat girang. Aku segera menanyakan tentang aktivitas dan event yang mungkin diadakan.
“Hmm… Kurasa ada kedai makanan outdoor, dan kedai yang menjual karya buatan para murid — untuk dijual tentunya. Ada rencana untuk mengadakan orkestra juga… dan ya. Malamnya ada pesta dansa.”
Oh! Jauh lebih baik dari bayanganku! Festival sekolah sungguhan! Dan para murid boleh mendirikan kedainya makanan dan karyanya sendiri? Sungguh menakjubkan! Mungkin ada okonomiyaki dan takoyaki juga! Aku tidak pernah melihat makanan itu sejak di reinkarnasi, tapi mungkin makanan itu dijual saat festival.
Kangennya… di kehidupan sebelumnya, aku punya tujuan untuk mencicipi semua jenis makanan. Okonomiyaki, takoyaki, yakisoba, pisang coklat, permen apel, Kastanye manis, kembang kapas… dan…
“…Katarina. Apa kau dengar?”
“…Ha! Ah, iya. Maaf.”aku lupa tentang Pangeran Geordo sesudah kepalaku diserang pleh bayangan kedai makanan.
“…Ya. aapun itu, aku akan sibuk untuk persiapan festival itu mulai sekarang. Untuk beberapa saat, aku tidak bisa meinum teh denganmu seperti ini — hanya berdua saja. Tolong santailah dan nikmati hari ini, Katarina.”Geordo memberiku senyum seperti biasa, dan menusuk makanan dengan garpunya. “Ini. coba,”katanya, dan mengangkat manisan itu ke bibirku.
“Terima kasih banyak!”saat aku akan mengigitnya… makanan dan garpu itu menghilang di depan mataku.
Ah… manisanku…! Mataku segera mengikuti pelakunya. Ada Keith Claes, adik angkatku, yang menunjukkan ekspresi seram di wajahnya.
“Pangeran Geordo. Apa kau sengaja mengabaikanku sejak tadi?”
Hmm. Kenapa Keith seperti memelototi Geordo?
Tapi, Geordo, hanya menjawab, dengan senyum yang tak tergoyahkan. “Merengek saja sesukamu, Keith. Tapi… aku memang tidak mengundangmu. Lalu kenapa kau mengundang dirimu sendiri kemari?”
Benar sekali, Geordo hanya mengundangku, dengan mengirim surat bertulis: “Aku sudah menyiapkan berbagai makanan.” Tapi saat aku akan pergi, Keith, yang mendapat informasi tentang kejadian itu entah darimana, memaksa untuk ikut denganku — karena itu kami kini ada di Kamar Geordo. Memang agak aneh, karena Keith sendiri tidak terlalu tertarik dengan makanan enak.
“Tapi tentu saja, Pangeran Geordo, aku ikut karena khawatir dengan kesehatan fisik dan mental kakak angkatku. Itu urusan penting untukku.”
Eh? Jadi Keith ikut bukan karena makanan? Hmm… jadi dia khawatir padaku? Oh sungguh adik angkat yang baik. Tapi…
“Kau sangat kuwatiran, Keith. Katarina Cuma pergi ke kamar lain di bangunan yang sama — untuk ngeteh, tidak lebih. Apa kau tidak terlalu overprotektif? Bukannya lebih baik kau memberi kakakmu ruang, daripada terus menempel padanya.”
Hmm. Benar juga. Karena kami ada di asrama yang sama. Aku yakin Keith tidak perlu sekhawatir itu padaku.
Dengan rambut lembut dan mata biru, Keith memang cukup tampan. Ia juga mumpuni di bidang akademik, juga olahraga. Walau aku memang sangat bangga padanya, tapi ia terlalu sering khawatir tentangku. Ia semakin khawatir akhir-akhir ini, mengatakan kalau, “Aku harus bersamamu ketika kau bertemu Pangeran Geordo, Kak.”
Kurasa dulu memang berbahaya — karena di salah satu Akhir Kehancura, Geordo akan mengusirku, atau bahkan menghunuskan pedangnya padaku kalau sampai aku berbuat kesalahan… tapi aku tidak perlu khawatir lagi. Dengan event Fortune Lover yang kini sudah selesai, dan kenyataan kalau kami mendapat “Ending Pertemanan,” bahaya itu kini benar-benar selesai.
Saat aku terus memikirkan tentang yang lalu, mereka berdua terus berdiskusi, dan saling berhadapan dengan senyum lebar di wajah.
“Tapi begini, kalau tujuannya adalah kamar tertentu, aku harus hadir. Karena, terlalu berbahaya bagi kakak angkatku untuk berada disini sendiri.”
“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Keith?”
“Mungkin kau harus mengaca dulu agar tahu jawabannya, Pangeran Geordo.”
…Hmm. Aku tidak paham pembicaraan mereka lagi. Saat Geordo dan Keith terus melanjutkan perbincangan mereka, dengan senyuman, aku kini diasingkan sekali lagi. Mereka sangat suka melakukannya — dan sering tenggelam dalam perbincangan itu, di dunia mereka sendiri, dan tentu saja aku tidak bisa menambahkan apapun.
Aku sudah tahu mereka sejak dulu. Senang sekali melihat mereka akur! Aku memutuskan untuk memakan makanan di meja. Oooooh. Manisan ini… enak sekali. Luar biasa. Aku harus membaginya dengan teman-temanku lain kali.
Dengan begitu, tunanganku dan adik angkatku, kini benar-benar tenggelam dalam pembicaraan mereka, dan tidak banyak berkomentar tentang aku yang sedang makan. Tidak masalah juga untukku.
Segera sesudah aku mendengar tentang festival sekolah dari Geordo, persiapan acara itu dimulai. Di Akademi Sihir, muridnya dipisah menurut tahun angkatan — dan walau struktur kelasnya tidak jauh berbeda dengan kelas di kehidupanku sebelumnya, tapi ukurannya luar biasa luas. Di kehidupanku sebelumnya, setiap kelas jarang menggunakan kelasnya sendiri sebagai tempat atraksi. Tapi disini, para murid yang dekat atau bangsawan yang berhubungan darah (walau sekecil apapun) akan memberikan undangan dan membuat kelompok sendiri.
Okedeh! Aku harus mendaftar, atau mungkin membuat kelompok sendiri untuk menjual sayur dan buah yang tumbuh di ladangku! Atau setidaknya, itulah yang kupikirkan… tapi Geordo, Keith, dan yang membuatku terkejut, Alan, juga menolaknya. Aku menyarankan kalau memberikan pada para pengunjung dengan gratis, tapi ide itu juga ditolak. Sepertinya, menjual sayur dan buah tidak cocok dengan image Akademi Sihir.
Sayur yang sudah kurawat dengan baik, “tidak cocok”? sejak tiba di akademi, aku tidak bisa menggunakan sayur sebanyak di rumah dulu, jadi aku punya banyak sisa. Kupikir ini akan jadi kesempatan baik untuk menjual sisanya… menyedihkan.
Aku sangat sedih! Tapi, Maria, sebaik biasanya, segera berkata: “Kalau begitu, Nona Katarina… kalau aku sarankan, mungkin kita bisa menggunakan sayura yang sangat kau akungi itu sebagai bahan manisanku?”
Ah, Maria memang manis sekali. Aku akan merasa tersanjung kalau sayurku dipakai untuk bahan manisan Maria. Karena, manisan buatan Maria memang berbeda — bahkan, aku berani membandingkannya dengan chef profesional dan patissier. Rasanya sangat enak.
Jadi kini, tidak ada lagi masalah sisa sayurku. Sederhana saja — Maria akan membuat manisan dengan sayur yang kurawat, dan kami bisa menjual produknya di kedai kami. Walau ada kekhawatiran kalau manisan ini tidak laku di kalangan bangsawan, aku cukup positif tentang ide itu, bahkan mengatakan, “Ya, kalau tidak jual manisan itu, ya aku jual sayur-sayuran di kedai…”sebelum menyadarinya, aku sudah mendapat izin membangung kedai. Kerja bagus, Katarina Claes.
Karena sejak awal akulah yang membuat ide ini, aku memutuskan untuk membantu teman-temanku di OSIS sebisa mungkin untuk persiapan festival, dan menanyakan bantuan apa yang mereka butuhkan.
Dan lagi, para murid sepertinya memohon agar OSIS memainkan sesuatu. Kurasa memang masuk akal, mengingat jumlah individu yang cantik dan tampan di OSIS — Pastinya mereka juga punya fans masing-masing.
OSIS akhirnya setuju untuk menjalankan permintaan para murid. Walau teman-temanku memaksaku ikut, tapi aku terus menolak mereka. Karena, aku hanya pernah memainkan objek mati seperti pohon atau batu di penampilan kelas kehidupan sebelumnya. Penampilan dimana seluruh pemain dan kalimatnya terlalu berlebihan untuk orang sepertiku.
Untuk meyakinkan, aku menanyakan pada teman-temanku kalau mereka butuh batu, atau mungkin pohon. Tapi mereka, menjawab dengan tidak percaya. “Memang peran begitu dibutuhkan…?”
Jahat sekali…! Padahal peran itu sangat cocok untukku di kehidupan sebelumnya! Tapi, aku merasa tidak enak hanya duduk manis di ruang OSIS, makan manisan dan tidak melakukan apapun untuk membantu. Jadi aku memutuskan untuk membantu teman-temanku dengan kebutuhan backstage apapun yang diperlukan.
Serahkan pada kalau ada scene melempar barang! Karena, aku cukup percaya diri dengan kemampuan melemparku, karena sudah lama belajar melempar ular mainanku. Eh? Tidak ada scene yang perlu melempar barang…? Akung sekali.
Antara membantu Maria dengan manisan berbahan sayurnya dan membantu teman-temanku untuk drama mereka, hari-hari berlangsung cepat. Sebelum menyadarinya, festival sekolah sudah tiba.
Dengan sambutan yang disampaikan Ketua OSIS Geordo, bersama dengan teriakan dan helaan nafsu para gadis bangsawan, festival sekolah kini resmi dimumlai. Bahkan banyak gadis bangsawan yang biasanya tenang kini terlihat girang — dan tidak terkecuali aku.
Festival selalu membuatku girang sejak di kehidupan sebelumnya. Dan ini adalah festival pertama yang kuhadiri di kehidupan baruku! Karena aku putri seorang duke, aku sering pergi ke pesta dansa atau semacamnya, tapi festival adalah hal yang baru. Aku tidak pernah pergi festival sekalipun di dunia ini.
Dan begitulah, saat aku sedang senang karena berhasil melewati Akhir Kehancuran, aku juga girang dan sedang dalam mood yang baik hari ini — mungkin hari paling bahagia yang kurasakan sejak masuk akademi… atau bahkan di hidup ini. bahkan, aku kini sedang meregangkan diri, dan aku tiba-tiba mulai berjingkat riang dan bersenandung.
Nyatanya, aku sangat girang hingga mulai berdansa sendiri di kamar kemarin malam, hingga membuat Anne kecewa. Sepertinya gadis bangsawan tidak boleh berjingkat riang atau bersenandung — karena bukan hal yang harusnya dilakukan di depan orang lain, atau itulah yang aku dengar. Menjadi gadis bangsawan memang merepotkan.
Ada juga fakta kalau beberapa wali dan orang tua datang ke Festival Sekolah. Tapi, ibuku, mengatakan kalau… “Entah, pasti nanti aku yang malu. Aku lebih baik tidak datang ke acara ini.” Hmm. Karena ibu sangat bersikukuh tinggal di rumah… kenapa ibu malu kalau keluar? Benar-benar, Singa Di rumah, tikus di luar… (Pribahasa artinya Galak di rumah, kalem di luar rumah)
Aku menanyakan pendapat Anne, dan ia berkata, “Nona muda, kalau boleh aku katakan… aku rasa Madam tidak malu… karena dirinya sendiri,”sambil melihatku dengan tatapan yang agak kecewa.
Hmm? Apa maksudnya? Akhirnya, aku tidak mengerti. Walau begitu, ayahku sepertinya sangat semangat datang ke festival sekolah, dan karena mereka sangat mesra, kemungkinan ayah dain ibu datang cukup tinggi. Kalau ibu memang datang ke akademi, dan melihatku berjingkat, sambil bersenandung… aku bahkan takut memikirkan berapa jam yang akan ibu habiskan untuk memarahiku. Ya, aku harus berhati-hati.
Walau aku terus menahan keinginan untuk berjingkat dan bersenandung, aku malah gelisah, dan tidak bisa menahan rasa girang di suaraku. Para gadis di dekatku sadar, dan melihatnya, salah satu dari mereka bertanya dengan baik, “Nona Katarina, apa mungkin Anda tidak enak badan?”
“Ah, tidak sama sekali! Tidak apa! Bahkan, aku hanya gelisah karena girang!”aku menjawab sejujurnya. Gadis itu tersenyum dan setuju dengan perkataanku.
Teman sekelasku memang baik dan lembut. Biasanya, aku akan mengikuti anggota OSIS berkeliling. Tapi hari ini, mereka ditugaskan di titik tertentu di sekolah, dan tidak bisa meninggalkan tugasnya. Jadi aku kini menjelajahi festival dengan temanku yang lain dan teman sekelasku.
Banyak temanku dari OSIS sedih karena hal ini, dan mengatakan hal seperti:
“Aku tidak menyangkan tidak bisa menemanimu selama festival…”
“Kalau aku tahu, aku harusnya tidak mengambil tugas ini…”
“Ah, kesempatanku bersama Nona Katarina di satu-satunya festival tahun kami…”
Demi menyemangati teman-temanku yang bertugas, aku memutuskan untuk membeli beberapa makanan disana sini, dan mengunjungi mereka satu persatu. Walau mereka sedih karena tidak bisa menghabiskan waktu bersama di satu-satunya festival selama kami di akademi ini denganku, mereka tetap bahagia ketika aku membawakan beberapa makanan lezat!
Baiklah! Takoyaki, yakisoba, okonomiyaki… aku datang! Pikirku, sambil berlari ke kedai para murid. Akungnya…
K-Kedai…Kedai di festival ini…! aku berdiri di tempat, sendiri, sedih karena kesalahpahaman yang kubuat. Semua ini bukan yang kuharapkan dari kedai festival…
Kalau ini memang kedai festival, harusnya yang berdiri di belakangnya adalah kakek atau paman-paman tua dengan baju berminyak atau seorang pemuda seperti yankee berkata “Mbaknya. Mau beli nggak?” atau sesuatu seperti itu…
Setidaknya, itulah yang kupikirkan! Malah, aku berhadapan dengan bangunan yang dibangun indah, dan berkualitas tinggi. Berdiri di dalamnya adalah pemuda berseragam, dan menyambutku dengan resmi karena sudah mau mengunjungi kedai itu. INI adalah festival akademi? Walau memang INI Akademi sihir… aku tidak terima, aku tidak bisa!
Tapi, kejutan terbesarnya belum muncul… “kedai festival” ini hanya menjual sandwich dan croissant! Ya, dan hanya makanan itu saja yang dijual di “festival sekolah” di Akademi Sihir ini. Seindah dan mewah bangunannya, sandwich dan croissant sangat tidak memuaskan.
Tidak peduli seberapa keras aku mencari, aku tidak bisa menemukan okonomiyaki, yakisoba, atau takoyaki. Bahkan, semua kedai ini kurang lebih menjual hal yang sama — semacam pastry sederhana, hors d’oeuvres (hidangan pembuka ala Eropa), atau haute cuisine (Seni hidangan mewah dikenal dalam masakan Prancis yang biasa disajikan di hotel mewah) yang biasa bangsawan makan di pesta minum teh…
Padahal aku sudah berencana memenuhi perutku dengan okonomiyaki.. takoyaki… yakisoba. Aku sudah merencanakannya! Dessertku nanti adalah pisang coklat! Dan kembang gula! Tapi… tapi! Dan seketika, kegirangan dan good mood ku hilang. Aku kini hanya wadah kosong.
Para teman sekelas yang melihatku segera khawatir.
“N-Nona Katarina! Apa Anda baik-baik saja?”
“Apa yang terjadi? Padahal Anda sangat ceria tadi!”
“Apa perutmu sakit, Nona Katarina?”
“Tida, apa mungkin ia lapar? Aku harus membelikannya sesuatu…”
Aku sengaja mengosongkan perutku, berharap agar kebahagiaan dari kehidupanku yang sebelumnya mengisi. Aku sudah menantikan makana hari ini… tapi, sekarang aku tidak bisa memakannya! Aku dipenuhi rasa hampa.
“Haa…ha…”teman sekelasku menghela napas saat kembali. “N-Nona Katarina. Aku su-sudah…. Membelikanmu sesuatu untuk dimakan. Tolong, dinikmati, kuharap Anda bisa kembali ceria…”ia memberiku sesuatu seperti sandwich di piring yang elegan dan indah.
Teman sekelasku sepertinya mengira kalau aku sedih karena kurang makan. …Eh? Kalau begitu mereka melihatku seperti apa…?
Aku sebenarnya kehilangan nafsu makan, karena sadar kalau aku tidak bisa makan okonomiyaki dan yakisoba favoritku. Tapi, teman sekelasku yang baik sudah bersusah payah membelikan sandwich ini untukku. Dengan ucapan “terima kasih”, aku memasukkan sandwich itu ke mulutku.
Lalu… Ini…! RASA INI! “Ap-Apa ini?! sandwich ini berbeda dengan yang biasa kumakan! Apa-apaan kelembutan roti ini? Lalu selai yang enak ini? Beritahu aku! Darimana asal roti ini?!”
Aku terkejut — tidak, dikuasai — oleh kuatnya rasa enak dari sandwich di mulutku. Sebelum bisa menahan diri, wajahku kini sangat dekat dengan wajah teman sekelasku yang baik itu, hidungku membara penuh girang. Temanku segera mundur beberapa langkah, sebelum menjawabku penuh rasa takut.
“…Y-Ya. tentu saja, Nona Katarina… festival sekolah Akademi Sihir ini adalah acara yang cukup ternama. Acara ini biasa menarik perhatian berbagai toko terkenal dan luar biasa dari seluruh penjuru negeri. Mereka biasanya mengirim contoh karya terbaru ke festival untuk dijual. Karena itu, makanan disini biasanya sangat enak… bahkan, ada beberapa yang menyebutnya dengan ‘Festival Makanan Gourmet.’ Aku dengar banyak orang datang kemari hanya untuk mencicipi produk toko ini…”
Apa?! Bagaimana bisa! Aku tidak tahu kalau festival bisa… sehebat ini, luar biasa…! Walau memang akung aku tidak bisa makan okonomiyaki dan makanan lain kesukaanku, tapi kini kalau dilihat baik-baik… makanan yang disediakan di kedai festival memang kelihatan enak.
Lalu ada juga tentang toko terkenal dan luar biasa yang menjual karya terbarunya di festival… Ini adalah kesempatan langka. Aku tidak boleh melewatkannya. Dengan pikiran itu, aku tidak bisa lagi merasa sedih. Aku harus makan! MAKAN! MAKAN SEMUANYA!
“Baiklah! Ayo berangkat! Kita harus keliling semua kedai mulai dari sini!” dengan deklarasi kerasku, aku memimpin teman sekelasku untuk memulai petualangan gourmetku.
Mereka hanya tersenyum dan mengatakan sesuatu seperi, “Benar dugaanku… Nona Katarina hanya kelaparan,”dan “Aku senang ia bahagia lagi.” Sekarang, sesudah kekuatan dan antisipasi kembali pada diriku, aku hanya perlu melakukan satu hal — berkeliling dan memakan semua makanan dari kedai sepanjang mataku. Aku tidak sabar mengenyangkan diri.
Ah, roti ini… sandwich ini. Sangat enak. Oh…? Bagaimana dengan potato salad ini…? Enak sekali, memang…
“…Em, Nona Katarina.”
Ooooh! Aku tidak pernah melihat dessert seperti itu. Pasti itu produk baru…! Aku harus mencobanya.
“…Nona Katarina.”
Ah, bagaimana dengan kue disana? Sepertinya rasanya enak. Atau puding disana…
“Permisi, Nona Katarina!”
“Eh, ah, iya. Maaf. Apa ada masalah?”
Gawat… hampir saja. perhatianku sepenuhnya dikuasai oleh makanan di kedai festival itu.
“…Em, ya. Bukankah Anda berencana menemui setiap anggota OSIS hari ini, Nona Katarina…?”
“Oh, ya. Benar juga.”
“kalau Anda masih mencoba berkeliling, Nona Katarina, kita harus benar-benar cepat melakukannya… karena Anda bisa kehabisan waktu…”kata teman sekelasku, dengan alis mengerut karena khawatir.
“Eh…?!”aku memastikan jam dengan panik, hanya untuk menyadari kalau aku menghabiskan banyak waktu berkeliling kedai makanan. “Ap-Apa! Kenapa sudah jam segini?”
Aku benar-benar terpesona oleh makanan yang enak ini. kalau teman sekelasku tidak mengingatkan, aku mungkin tetap disini dan terus makan sampai festival ini selesai. Hampir saja… godaan makanan enak itu memang menakutkan.
Sesudah kembali ke akal sehat, aku pergi membeli banyak makanan dan hadiah untuk teman-temanku di OSIS, juga makanan yang sama banyaknya untuk diriku sendiri. Lalu, dengan teman sekelasku yang tadi menyadarkanku, kami segera pergi ke tempat anggota OSIS berjaga.
Pertama, kami pergi ke orang yang posisinya paling dekat dengan kami. Kini kami berada di ruang pameran yang memerkan sejarah kerajaan, juga berbagai macam penelitian tentang berbagai teori sihir. Di kehidupanku sebelumnya, seseorang akan sulit menemukan pameran semacam ini. Tapi, ini adalah Akademi Sihir, dan ada banyak murid dan orang tua mereka yang menantikan pameran ini.
Aku menemukan kehausan tanpa akhir akan ilmu pengetahuan mereka patut dipuji… walau aku pasti langsung tidur sesudah membaca beberapa kalimat. Yang berjaga di pameran ini adalah adik angkatku dan temanku — keduanya tersenyum dan menyapa pengunjung serta tamu.
Adik angkatku, Keith Claes, dan temanku Mary Hunt, putri dari Marquess Hunt, sangat bekerja keras. Sepertiku, Mary juga tunangan pangeran kerajaan. Lebih tepatnya, ia adalah tunangan Pangeran Alan Stuart, yang merupakan adik kembaran Pangeran Geordo Stuart. Walau kami bertunangan dengan pangeran kerajaan dan memiliki kasta sosial yang sebanding, tidak sepertiku, Mary sangat mumpuni dan individu yang high-spec.
Rambut Mary berwarna burnt sienna gelap, dan matanya juga sama. Ia sangat pandai, tapi juga punya keelaganan bak seorang peri menyangkut dansa. Kalau ada, dia adalah sosok gadis bangsawan yang semestinya — ia seorang gadis yang luar biasa dan sangat beradab.
Banyak gadis bangsawan ingin menjadi putri kerajaan, tentu saja, dan mereka sering mengkritikku dengan “tidak cocok untuk Pangeran Geordo sama sekali,” mereka selalu memuji Mary, dan sering mengatakan “sangat cocok dengan Pangeran Alan.”
Tapi, gadis bangsawan yang sama itu, kini kelihatan sedikit lelah karena menyapa berbagai pengunjung… mungkin dia lemas? Atau mungkin dia lapar? Karena sekarang, sudah siang. Melihat keadaannya, tidak heran kalau dia tidak sempat makan siang.
Semakin memikirkan tentang keadaan Mary, semakin bersalah perasaanku karena berdiri diluar, berkeliling kedai dan memakan semua yang kumau. Baiklah! Aku akan memberikan satu sandwich spesial untuk diriku. Dari apa yang kudengar, sandwich ini resep baru.
Dengan pemikiran itu, aku memegang sekantong sandwich di tanganku, dan memanggil Mary sembari mendekat. “Mary! Aku membawakan sesuatu untukmu. ”
“Nona Katarina!” Mary memberiku senyuman cerah sesudah melihatku mendekat – rasanya seperti ekspresi lelah yang sebelumnya hanyalah bohong.
Ternyata dia memang lapar. “Maaf aku telat, Mary! Ini, coba ini … kudengar sandwich ini resep baru! ”
“Aku senang kau mampir, Nona Katarina. Aku khawatir … karena kau belum kembali dari kedai sedari tadi… ”
“Ah iya. Maaf soal itu.” Sebenarnya, kami sudah melewati ruang ini di perjalanan ke kedai, dan sudah bertemu dengan Mary sebelumnya. Aku juga bilang kalau kami hanya “akan melihat makanan yang ditawarkan” … dan malah akhirnya memakan waktu cukup lama. Tentu saja Mary khawatir. Maafkan aku, Mary!
“Kakak… kalau kutebak, kau cuma lupa waktu, dan mencoba makanan baru di sana sini, kan?”kata Keith, dan menghela.
Benar sekali adikku akung. Aku sadar kalau hubungan keluarga kami selama delapan tahun ini memberinya kemampuan bagai cenayang. Setidaknya, Keith tahu banyak soal kakak angkatnya.
“…Maaf.”aku menunduk sekali lagi karena membuat Mary dan Keith khawatir.
“tidak masalah, Nona Katarina. Aku senang kau baik-baik saja.”kata Mary, dan tersenyum lembut.
Tapi, Keith… “Sungguh, Kak. Apa kau tidak terlalu lengah? Kau sering melibatkan diri dalam masalah. Tolong sadarlah… dan lebih hati-hati lagi,”katanya dengan tatapan tegas.
Entah kenapa, Keith semakin mirip dan mirip dengan ibu sepanjang tahun. Kalau begini terus, akan ada hari dimana ia akan menghabiskan berjam-jam untuk menceramahiku, seperti ibu… Dua ibu… apa aku sanggup?
“Nona Katarina, kerumunan disini semakin sepi saat kita bicara. Kami juga berencana istirahat, dan mungkin makan sesuatu. Aku bersyukur kau membawakan kami makanan. Apa kau makan dengan kami?”tanya Mary, bagai sepenuhnya kembali, dan kini khawatir padaku.
“B-Benarkah?!” sebenarnya, aku merasa menyesal karena memberikan sandwich dengan resep baru yang langka ini. Kalau boleh aku juga mau mencobanya.
“kakak… bukankah kau sudah makan banyak? Apa kau masih mau tambah?” tanya Keith, dan melihatku dengan ekspresi gusar. Teman sekelas yang mengikutiku ke kedai juga sepertinya terkejut.
Seperti yang kutakutkan… kalau aku terus makan seperti ini, semua orang akan mengiraku sebagai Si rakus yang menakutkan. Tapi itu tidak benar! Aku normal! Para gadis bangsawan itu saja yang makannya sedikit.
Dan ada fakta kalau gaun mereka terlalu ketat… mungkin mereka terikat oleh gaun ini, dan tidak bisa makan sepuasnya. Aku sudah meminta gaunku sedikit dikendorkan, semua demi memakan makanan yang ada di semua kedai hari ini.
Pelayanku Anne juga tidak suka dengan pemikiran itu, dan sudah protes dengan berat. “Nona muda, kenapa Anda ingin mengendorkan gaun sebagus ini…?”tanyanya. Tapi, aku mengancam akan memakai overall berladangku kalau tidak selesai, dan akhirnya ia menyerah akan permintaanku.
Karena itu aku bisa makan lebih banyak dari teman sekelasku dan temanku! Aku bukan orang yang rakus!
Tapi… kurasa aku bisa meminta sedikit. “…Ya, Mary. Hanya sedikit,”tambahku pada kalimat sebelumnya.
Dan begitu, Mary, Keith, dan aku berakhir duduk di tempat istirahat, dimana teh disajikan dan sandwich dimakan. Aku meminta teman sekelasku untuk ikut, tapi mereka menolak dengan sopan. “Kami sudah cukup kenyang, Nona Katarina. Kami harus melihat-lihat pameran.”
Apa kalian mengerti, wahai teman sekelasku? Kalian harus mengedorkan gaun kalian!
“Wow… kelihatannya enak!”sandwich itu cukup berbeda dengan yang kumakan sebelumnya — karena itu juga resep baru.
“Kelihatannya enak sekali. Terima kasih, Nona Katarina.” Kata Mary, tersenyum simpul saat aku mulai ngiler melihat sandwich itu.
“Kakak… bukannya kau sudah makan banyak? Tolong kurangi porsi makanmu atau nanti perutmu sakit,”kata Keith. Ia benar-benar mengenal kakaknya…
“…Iya, aku tahu kok.” Tapi aku sudah mengendorkan gaunku! Pasti tidak masalah! Dengan pikiran itu, aku mengambil sepotong sandwich itu dan memasukkannya ke mulutku.
Ah… ya. Enak sekali. Sandwich dari kedai pertama rasanya seperti makanan ringan, diisi dengan selai di tengah sebagai bahan utama. Tapi, sandwich spesial ini, diisi dengan selada segar dan bacon goreng yang renyah. Rasanya malah seperti makanan utama. Ada juga banyak jenis sandwich lainnya!
Ah… yang berisi potato salad disana juga kelihatan enak. Dan yang ini, juga ada telur di tengahnya…
Hmm. Aku bingung — aku ingin mencoba semua sandwich itu! Oh, aku tahu! “Hei, Keith… bisa aku membagi sandwich denganmu? Aku makan setengahnya.”
“…Tentu saja. sudah kuduga kau akan mengatakannya, Kak.”
“Hoooree!”
Walau ukuran makanan di dunia ini cukup kecil, ada banyak jenis yang tersedia. Kurasa itu semacam budaya bangsawan, berbeda dengan yang lain — tapi walau begitu, ada jenis makanan yang memang luar biasa banyak.
Aku selalu ingin memakan sesuatu yang aneh dan menarik perhatianku. Di kehidupanku sebelumnya, ibu mengajariku untuk tidak menyisakan apapun di piring — dan bahkan di sumpitku. Ajarannya tetap hidup dalam hatiku hingga hari ini.
Tapi, karena itu, aku sering sakit perut saat kecil, gara-gara terlalu banyak makan. Sesudah melihat ini, Keith selalu bilang: “Kalau kau mau mencicipi semua, Kak, bagaimana kalau membaginya denganku? Aku akan memakan setengahnya.”
Walau aku tidak benar-benar melakukannya di tempat umum, aku sering diam-diam membagi makanan di Manor Claes. Tentu saja Keith yang menghabiskan setengahnya. Karena Keith tidak keberatan, aku mengambil sandwich potato salad di tanganku, membaginya dua serata yang kubisa. Aku menyodorkan salah satunya ke bibir Keith. “Ini Keith! Cobalah.”
Biasanya, Keith akan memakan apapun yang kutawarkan padanya tanpa berpikir. Tapi hari ini, ekspresinya tidak jelas — dan juga membeku. Aku bingung ada apa gerangan.
“Ada apa, Keith?”
“A-Ah… ya. Kakak… apa bisa kita lakukan ini tidak di tempat umum, di tengah orang sebanyak ini?”
“Orang? Tapi ini juga bukan tempat yang umum juga kan? bukankah kau bilang tidak masalah tadi?”
“Ya… bukan itu maksudku…”
Hmm. Keith mencurigakan.
“Hmm? Jadi kalian berdua selalu melakukan ini, selama tidak di tempat umum…?”entah kenapa, Mary tersenyum sangat menyilaukan saat menanyakannya.
“Ah, iya. Ketika aku ingin mencicipi sesuatu, tapi tidak bisa menghabiskannya, aku sering membaginya setengah, dan memberikannya pada Keith.”
“Benarkah? Jadi, Nona Katarina… maksudmu kau selalu menyuapi Tuan Keith setengahnya lagi… dengan tanganmu?”
“Tentu saja. pertamanya tidak begitu, tapi Keith meminta disuapi seperti ini kalau soal membagi makanan beberapa saat lalu, dan sekarang aku selalu melakukannya.”
Benar begitu. Walau seingatku kami sering membagi makanan, tapi Keith meminta disuapi setengahnya dengan tanganku beberapa saat lalu. Kenapa ia memintanya ya? apa karena merepotkan, kalau mengambil bagiannya sendiri? Aku tidak mengerti alasannya — kalaupun ada, ini sepertinya juga salah satu etika makan bangsawan, karena Keith yang meminta.
Keith tidak sering meminta hal semacam ini, jadi aku mengiyakan, dan akhirnya menyuapinya seperti ini sejak saat itu. Sesudah mendengar penjelasanku, senyum Mary menjadi semakin dalam, dan lebih… intens. Hmm? Apa-apaan… aura tegang di udara ini?
“…Tuan Keith. Bukankah kau setuju untuk tidak menyalahgunakan posisimu sebagai anggota keluarganya, dan memonopilinya? Kau sudah setuju kan?”
“B-bukan… Bukan Begitu! Ini bukan hal yang spesial…! Ini tidak seperti menyentuhnya tanpa adab, seperti Pangeran Geordo!”
“Tolong jangan bawa-bawa Pangeran Geordo ke pembicaraan ini, atau menggunakannya sebagai contoh. Dia tidak normal! Aku pikir kau terlalu canggung, bahkan tidak mencoba bergandengan… tapi aku salah.”
“Nona Mary, kau tahu aku bisa mendengarmu walau kau bergumam. Apa yang harus kukatakan! Kau jauh lebih tidak beradab! Apa kau tidak menyalahgunakan fakta kalau kau perempuan? Kau melakukan kontak fisik terlalu banyak — memeluk, menyentuh… bukan begitu?”
“Oh ya. menyalahgunakan, Tuan Keith? Kau juga tidak beradab. Sudah biasa bagi para gadis untuk memeluk dan menyentuh satu sama lain, kan? dan akhirnya… perlahan… bahkan sampai mandi bersama…”
“Aku tidak setuju, Nona Mary. Apa yang kau bicarakan, tidak bisa dibilang normal.”
“Terserah saja, Tuan Keith. Bukankah itu masalah prespektifmu saja?”
Apa yang terjadi? Entah kenapa, tindakanku membagi makanan sepertinya memanasi keduanya. Mereka kini berbincang panas, dan setiap kalimat di akhiri dengan gairah panah.
Aku tahu kalau Keith dan Geordo sangat akur… aku hanya bisa melihat dua orang yang saling berempati.
…Ehh?! jangan-jangan? Orang yang Keith sukai… alasan kenapa ia menolak semua calon pasangan. Kukira selama ini dia menyukai protagonis asli Fortune Lover, Maria… tapi. Apa jangan-jangan? Mary?
Mary juga tidak seperti yang digambarkan di game. Ia tidak terlalu tertarik pada Alan… apa jangan-jangan dia punya perasaan untuk Keith? Target cinta potensial dan karakter saingan dari rute lain… mereka pasti pasangan yang tidak mungkin terwujud di game. Tapi, kenyataan di hadapanku adalah event sesudah game Fortune Lover selesai. Yang tidak mungkin… bisa saja terjadi.
Intuisi perempuanku memang menakutkan… aku terus melihat mereka, yang masih berbincang penuh gairah. Keith tidak punya tunangan… dan Mary masih bertunangan dengan pangeran keempat kerajaan, Alan. Walau mereka belum benar-benar terikat, Alan sepertinya sangat menyayangi Mary. Bahkan, caranya menempel pada Mary akhir-akhir ini… seperti seorang anak buah. Hmm. Tidak, tunggu dulu. Malah seperti ksatria yang melindungi tuan putrinya.
Ini cinta terlarang. Sesuatu yang tidak mudan diizinkan maupun dimaafkan. “O Keith, Keith! Kenapa harus dikau Keith?” “Ah, Mary!” Sepotong adegan dari kisah cinta tragedi yang cukup terkenal keluar dari pikiranku… dengan Keith dan Mary sebagai tokoh utamanya. Ahh, sungguh menyedihkan!
Aku melihat keduanya dengan dalam sebelum mendeklarasikan niatanku. “Keith… Mary. Kalau waktunya tiba, aku pasti akan membela kalian, jangan khawatir! Kalaupun ada
kesalahan… aku tidak akan membiarkan kisah kalian menjadi tragedi cinta, seperti Romeo dan yang lainnya!”
Keduanya segera terdiam sesudah melihatku. Rasanya seperti percakapan panas mereka tidak pernah ada sejak awal.
“Kakak… aku tidak tahu apa yang dipikirkan kepalamu — tapi aku sangat yakin, kseimpulan apapun yang kakak dapat, salah besar.”
Eh? Aku salah? T-tapi intuisi perempuanku…
“Aku juga sangat setuju, Nona Katarina. Aku sangat menolak kesimpulanmu,”kata Mary denga tegas tapi tenang.
Tapi… aku bahkan belum bertanya! Aku tidak yakin! Mungkin aku harus meyakinkan diri, untuk berjaga-jaga…
“…Em. Tapi… cinta Keith dan Mary…?”
“Kau sangat salah, Nona Katarina,”kata keduanya, tidak membiarkanku menyelesaikan kalimatku.
…Oh begitu. Untuk beberapa saat, baik Keith maupun Mary menatapku dengan kecewa. Kenapa?
Keduanya lalu bertanya siapakah “Romeo” ini. Aku rasa mereka sangat ingin tahu. “Tokoh utama dari cerita cinta tragedi,”jawabku, sebelum meninggalkan tempat itu.
Sesudah berkumpul lagi dengan teman sekelasku yang berkeliling pameran, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini kami menuju ke area panggung tempat drama dan penampilan diadakan. Tempat ini mirip dengan gymnasium sekolah di kehidupanku sebelumnya; panggung akan didirikan disini, dan band atau klub drama akan manggung disini juga.
Ya… tapi ini, menurutku malah terlihat seperti teater — sebuah bangunan yang kokoh dan dibangun sangat indah. Sophia menungguku disana… atau seharusnya begitu. Kami tiba saat penampilan baru saja selesai, dan para penonton kini berdesakan keluar. Aku melihat dekat pintu masuk dan keluar, tapi tidak menemukan siapapun.
Hmm? Mungkin sekarang jam istirahat? Aku memutuskan untuk bertanya pada anak kelas satu terdekat.
“Ah, Nona Ascart? Dia ada tamu, kurasa? Kami sedikit… kerepotan, jadi dia pergi ke area backstage…”
Tamu? Kerepotan? Aku hampir tidak mengerti apa yang anak kelas satu itu katakan, tapi kurasa aku harus pergi ke area belakang panggung.
“Ah, Nona Katarina. Aku senang kau datang…”yang menyapaku adalah gadis cantik dengan rambut seperti jalinan sutra dan sepasang mata merah ruby. Teman dekatku di OSIS, dan putri dari Count Ascart — Sophia Ascart.
Yang berdiri di belakangnya, tidak lain adalah kakaknya, Nicol Ascart… Count Pemikat itu sendiri, dengan rambut dan mata hitam legam. Walau, hanya aku satu-satunya yang menyebutnya begitu. Seperti biasa, pesonanya sedang mekar-mekarnya, luar biasa Count yang satu ini. segera saja, ia menyadariku.
“Sudah lama tidak bertemu, Katarina,”katanya dengan senyum yang sama menggodanya. Karena Nicol selalu kaku dan tanpa ekspresi, senyuman ini memang senjata yang mematikan — dan hanya menambah pesonanya. Selama beberapa tahun ini, kekuatan senyumannya semakin bertambah kuat. Bahkan teman lama Nicol sepertiku tidak bisa menahan untuk tidak malu melihatnya.
“…A-Ah. Iya. Sudah lama tidak bertemu, Tuan Nicol.”gumamku sembari mengeluarkan segala kekebalan terhadap Nicl, dan bisa menjawabnya dengan normal.
Mungkin karena aku sudah lama tidak melihat Nicol, tapi sepertinya ia semakin… berkilauan. Tidak peduli berapa lama aku mengenalnya, sebuah senyuman darinya saja membuat pikiranku benar-benar kosong… tapi hanya itu saja. lebih penting lagi…
“Kenapa kau bersembunyi di backstage, Sophia? Karena kalian berdua disini, bukannya lebih baik kalau kalian berjaga di depan?”
Kalau diingat lagi, Geordo bahkan sudah mengatakannya. Anggota OSIS diposisikan di tempat tertentu karena mereka populer dan menarik orang di lokasi itu. Dengan kata lain… anggota OSIS seperti semacam maskot — tidak, sebuah suara untuk menarik perhatian pada murid di area mereka.
Karena sekarang bukan waktu istirahat, akung sekali kalau mereka bersembunyi seperti ini. karena, Ascart bersaudara memang sangat indah. Mereka seperti boneka hidup. Terutama Nicol, yang bisa memikat baik laki-laki maupun perempuan — Count Pemikat dengan pesona yang luar biasa.
Walau Nicol sudah lulus tahun lalu, dan karena itu ia bukan lagi murid Akademi Sihir, dia masih mantan OSIS, dan kurasa ia datang untuk membantu acara ini. Aku bertanya pada Sophia, dan dia menjawab dengan eskpresi kebingungan.
“Sebenarnya… aku juga mengira kalau banyak murid akan datang ke acara ini kalau kakak berdiri di pintu masuk… jadi aku memintanya berdiri disana…”
Ah, jadi sudah dicoba. Eh? Terus kenapa mereka disini sekarang? “Lalu… kenapa kalian sembunyi di backstage sekarang?”
“Begini, Nona Katarina… memang benar, banyak murid tertarik datang ke area yang terpencil ini, tapi… mereka malah jadi seperti kalian sekarang.”
Aku mengikuti tatapan Sophia ke teman sekelasku, yang kini terdiam di tempat dan memandangi Nicol, dengan wajah memerah. T-Temanku…
“Dan semuanya… hanya akan terus melihat kakak. Dititik hingga… para pemain dramanya marah! Tidak ada yang peduli pada mereka. Jadi kami di-diberitahu… untuk pergi ke tempat orang tidak bisa melihat kami…”kata Sophia, dengan tatapan tegas padaku.
…Oh begitu. Kurasa tidak ada pilihan lain… karena, kalau mereka diam di luar, mereka akan menarik perhatian dari acara aslinya. Sangat tidak mungkin memberi tahu Count Pemikat agar tidak mencolok. Keberadaannya memenuhi ruangan dengan aura mewah, dan kilauan.
Aku meletakkan tangan di pundak merosot Sophia dan memberinya tepukan. “Jangan sedih, Sophia! Aku membawakanmu sesuatu dari kedai. Aku yakin sepotong makanan lezat ini akan membuatmu ceria!”
“terima kasih banyak, Nona Katarina…”kata Sophia, dengan senyum simpul di bibirnya. Memang hebat sekali adik si Count Pemikat ini… bahkan perempuan sepertiku saja dag di dug melihatnya.
Aku memberikan semacam roti coklat pada Sophia dan Nicol — konsistensi makana itu seperti pertengahan roti dan kue. Pasti rasa lapar mereka akan terpenuhi dengan makanan enak ini.
“Kalau diingat lagi… Nona Katarina… kau akhirnya tidak ikut drama OSIS…”kata Sophia, bagai tiba-tiba mengingat kenyataan ini. Ia bicara sembari mengunyah, pipinya menggembung seperti tupai kecil. Dia sangat imut — sebelum menyadarinya, aku sangat ingin menyentuh pipi kemerahannya itu.
Tapi, ibu dan Anne, selalu marah tiap kali aku memenuhi pipiku dengan makanan ringan. “Jangan memenuhi pipimu seperti itu!!”kata mereka. Kira-kira apa bedanya antara aku dengan Sophia?
“Ah,iya. Karena, aku bukan anggota OSIS, dan aku tidak punya kemampuan akting.”walau memang benar kalau aku sudah beberapa tahun terakhir aku membaur dengan anggota OSIS, hingga sampai anak kelas satu mengira aku anggota OSIS… ikut penampilan adalah hal yang berbeda. Karena aku orang luar bagaimanapun itu.
Dan, naskah drama ini tidak jauh berbeda dengan Cinderella yang pernah kubaca di kehidupan sebelumnya. Tidak ada peran batu dan pohon. Aku selalu ada di ruang OSIS dan memang membantu teman-temanku dari belakang — seperti membersihkan peralatan, membantu membuat properti, dan apapun semacamnya.
“Ah… padahal kukira aku bisa melihatmu di panggung, Nona Katarina…”kata Sophia, dengan bahu merosot kecewa sekali lagi.
Bahkan Nicol yang berdiri di sampingnya juga terlihat kecewa. “…Ah begitu. Jadi Katarina tidak akan tampil…”katanya, dengan suara yang kecewa.
Eh? Kenapa mereka sesedih ini? walau begitu ekspresi kecewa di wajah mereka punya pesona tersendiri. Teman sekelasku, yang masih berdiri di belakangku, kini pandangannya tidak fokus, bagai kebingungan… Apa kalian disana baik-baik saja, kawan-kawanku?
Atau mungkin… Nicol dan Sophia hanya menunjukkan rasa kecewa itu karena aku teman masa kecil mereka. Sejak awal, aku tidak seindah dan semenakjubkan anggota OSIS yang lain. Aku tidak bisa membayangkan kalau drama OSIS membutuhkan orang sepertiku, karena wajah seperti penjahatku ini. Malah…
“Tapi bukankah lebih masuk akal lagi kalau kau jadi bintang utama dramanya, Tua Nicol? Karena, kau tidak pernah melakukan hal semacam itu saat festival sekolah. Bagaimana kalau kau bermain sebagai tokoh undangan?”
Walau Count Pemikat itu memang pernah mengikuti festival sekolah ketika ia masih kelas satu, saat itu OSIS sibuk dengan banyak kerja, dan terlalu sibuk untuk menampilkan apapun. Itulah yang kakak kelas dua di OSIS pernah ceritakan padaku.
Sedangkan pekerjaan setumpuk OSIS kala itu dikarenakan oleh… sesuatu. Dari apa yang kudengar, sesuatu itu adalah mereka harus berurusan dengan siapapun yang terpikat oleh aura pemikat Count.
“…Akung sekali, Katarina, aku tidak bisa berakting,”jawab Nicol sesudah memikirkan perkataanku.
“…Tidak bisa, Tuan Nicol?”
“Hmm… aku juga berpikir begitu, Nona Katarina… Kakak akan sedikit kerepotan kalau harus berakting.”Sophia yang menjawab pertanyaanku.”Walau Kakak memang orang yang luar biasa… menurutku sebagai keluarga — akung sekali kakak… sulit… mengontrol emosi apa yang harus ditunjukkan… Dan itu salah satu kekurangannya…”
“Oh,ya… Benar juga…”walau ekspresi Nicol akhir-akhir ini meningkat, tapi baginya tersenyum atau bahkan menunjukkan ekspresi kecewa, adalah sesuatu yang sulit dilakukan. Nicol sendiri juga tidak bisa tersenyum karena diperintah. Aku sudah menyadarinya sejak masuk akademi… walau Nicol memang menunjukkan emosi ketika bersamaku dan teman-temanku, ia biasanya kembali ke dirinya yang pendiam di tempat lain atau latar lain.
Dan begitulah, diskusi berganti ke mendorong Nicol untuk latihan tersenyum… jadi dia bisa tersenyum di situasi lain juga.
“Kalau begitu, Tuan Nicol. Coba tersenyum!”kataku.
“Aku coba,” respon Nicol, dan berjuan sekuat tenaga. Lalu, senyuman penuh pesona yang selalu kulihat selama bertahun-tahun… tidak ada dimanapun. Tidak peduli seberapa lama menunggunya, hanya seringaian kecil di bibir Nicol yang terlihat di mataku.
Akhirnya, aku harus pasrah akan kenyataan kalau Nicol memang tidak bisa tersenyum atas kemauannya sendiri… atau setidaknya, tidak bisa mengontrol emosinya dengan mudah. Sungguh perkembangan mengejutkan! Satu-satunya kelemahan Nicol yang serba bisa…
Saat itulah aku sadar — bukankah agak sulit baginya, sebagai bangsawan, tidak bisa tersenyum saat dibutuhkan? Tapi untuk Nicol, kurasa ekspresi kosongnya lebih dari cukup untuk memikat orang dari semua gender, karena Aura Memikatnya. Kalau begitu, kurasa tidak masalah.
Ah begitu… jadi inilah yang Tuhan dunia ini pikirkan saat membuat Nicol. Sebagai ganti aura memikat dan pesonanya… ia tidak bisa tersenyum bebas. Entah kenapa, aku merasa yakin akan alasan itu.
Hmm. Kalau begitu, kurasa memang susah untuk Nicol berakting. Tapi tentu saja, ada pilihan tampil sebagai batu, atau mungkin pohon…
“Ah… tapi kalau itu kau, Nona Katarina, senyum pasti akan muncul di wajah kakak…”kata Sophia, bagai sudah menemukan ide yang sangat baik.
Tapi aku tidak setuju. “Kalau begitu, bukankah lebih masuk akal kalau lawan latihannya adalah kau, Sophia?”
Karena, Nicol sangat menyayangi adiknya. Ia selalu mengikutiya sejak kecil. Bahkan sesudah lulus Akademi Sihir, ia akan mengunjungi dan diam-diam mengecek adiknya karena khawatir. Karena Sophia adalah adik kandung, dan ia gadis yang cukup cantik, aku bisa mengerti alasan Nicol khawatir padanya.
“Tapi… aku tidak bisa. Satu-satunya yang bisa menarik senyum Kakak adalah kau sendiri, Nona Katarina.”
“Ah, tidak, tapi kalau begitu aku juga tidak bisa—”
“Tidak, kau salah, Nona Katarina!”kata Sophia tegas. “Ah! Bagaimana kalau kakak menyampaikan beberapa kalimat dari naskah drama sekarang juga? Kau bisa jadi lawan mainnya, Nona Katarina. Pasti kakak bisa menyampaikannya dengan senyum.”
Entah kenapa, Sophia tiba-tiba ceria, dan mendeklarasikan kalau dia tidak cocok memainkan epran itu. Tidak peduli sekeras apapun usahaku kabur dari situasi ini, ia terus memintaku ikut, matanya bergemerlap penuh ekspetasi saat memberitahu kakakknya kalimat mana yang harus dibaca.
Melihat betapa bahagianya Sophia, aku menyerah. Kalau itu demi membahagiakan Sophia, kurasa tidak masalah, pikirku. Nicol memang manyayangi adiknya, dan Sophia juga mengagumi kakaknya. Kurasa ia hanya ingin melihat kakaknya bisa berakting dengan baik.
Aku jadi lawan main latihan Nicol, berarti aku harus menahan tatapan penonton pada Count Pemikat itu. Baiklah! Aku harus mencoba yang terbaik untuk menjadi pasangan count, semua demi Sophia.
Scene yang ia minta pada Nicol adalah dari klimaks drama — scene romantis utama. Lebih tepatnya, itu adalah scene dimana pangeran membelai rambut gadis yang ia cintai, dan tersenyum lembut. Ia lalu membisikkan kalimat manis di telinganya dan memeluknya erat.
Satu-satunya kalimat yang lawan mainnya ucapkan hanyalah “Aku juga, Pangeran…” bahkan aku, yang hanya pernah memainkan batu dan pohon, tidak masalah dengan kalimat pendek itu. Kalau begitu, datanglah! Aku harus berjuang demi Sophia.
“Oke, dilahkan, Tuan Nicol!”kataku, berdiri di depan Nicol dan berdiri tegap. Aku terlihat menakutkan.
Sophia segera berbisik, “Nona Katarina… psst! Caramu berdiri…!”
Ah, bodohnya aku. Aku harus berdiri seperti… seorang puteri. Aku mendekatkan kakiku dari posisi lebar yang sebelumnya.
Dengan persiapan yang komplit, Nicol perlahan mendekat. Aku bisa melihat jejak kegugupan di wajahnya. Kami tidak berdiri di panggung sungguhan, dan yang melihat hanya Sophia dan teman sekelasku yang terdiam. Apakah Nicol sangat tidak menyukai akting?
“…Sophia. Aku…”
“Tidak, Kakak. Kau harus mencoba. Karena, kau sudah lulus dari akademi, dan kita sangat dirugikan! Kita harus memanfaatkan kesempatan ini dan mendekatinya di saat-saat krusial ini!”
Nicol dan Sophia sepertinya berbisik tentang sesuatu. Tentu saja, Nicol sepertinya enggan untuk tampil. Tapi, Sophia sangat memaksa, karena ia sangat menyayangi kakaknya.
Akhirnya, Nicol, tidak bisa menolak keinginan adik manisnya, dan berdiri di hadapanku sekali lagi. Aku bisa melihat niatan di wajahnya. “Apa kau siap, Katarina?”
“Ya. aku akan berjuang sekuat tenaga untuk menjadi lawan mainmu, Tuan Nicol, demi Sophia! Serahkan padaku.”walau ini pertama kalinya aku memerankan manusia, tapi ini bukan panggung sungguhan, dan juga tidak dilihat banyak orang. Aku harus berusaha sebaik mungkin menjadi artis terbaik yang kubisa, dan melewati tantangan ini!
“benar begitu… terima kasih.”senyum mempesona Nicol menunjukkan diri sekali lagi.
Ukh, hawat sekali. Wajahku sudah memerah berkat pesona Nicol yang luber-luber. Tahan diri, aktris Katarina Claes!
Saat aku terus mencoba menahan pengalaman itu, Nicol membela rambut panjangku dengan harinya, perlahan dan lembut. Aku biasa merasa jantungku berdebar liar saat tangan panjang lentiknya menelusuri rambut lembutku. Aura mempesonanya terlalu berlebihan untuk diatasi. Kalau diteruskan aku bisa gila juga, seperti teman sekelas malang di belakangku. Aku sudah sampai batasku.
Dengan senyum indahnya, Nicol menyampaikan kalimat dari naskah: “Aku mencintaimu.”
Aku bisa merasa kekuatan meninggalkan kakiku mendengar suara manis dan menggodanya. Aku sudah mengembangkan kekebalan terhadap Nicol, karena sudah mengenalnya sejak kecil. Jadi aku berhasil mengatakan kalimatku.
“…A-aku…juga. Tuan Nicol.”tapi, sesudah mendengar kalimatku, senyum Nicol… membeku.
Eh? Kenapa? AH!! Aku salah mengatakan kalimat! Aku, Katarina Claes, yang malang sekali sudah dipermainkan oleh senyum memikat Count, berakhir memanggil pangeran dengan “Tuan Nicol”. B-bagaimana bisa aku mengacaukan kalimat sependek dan sesimpel itu… Nicol pasti membeku di tempat, karena kesalahanku.
“Em… Tuan Nicol…”sebelum aku bisa menyelesaikan permintaan maaf “Maaf sudah mengacau!” — aku kini ada di pelukan Nicol.
Ah… kurasa dia masih ingin lanjut, walau aku salah. Hmm. Tapi… caranya memelukku lebih… bergairah, dari dugaanku. Lebih kuat, dari dugaanku. Lebih penting lagi… apa-apaan bau wangi darinya ini?
Gawat… ini gawat sekali. Aku bisa merasa pikiranku terpeleset menuju kekosongan, karena direbut oleh aura memikat… dengan kesadaranku yang entah bagaimana melayang,
aku bisa mendengar Nicol membisikkan sesuatu di telingaku. Anehnya, ia terdengar menderita.
“…Katarina. Walaupun kau milik orang lain… aku… pasti akan…”
Eh? Apa itu juga kalimat dari naskah? Aku berpikir untuk sesaat. Tapi suara manis dan mempesona dari count di telingaku segera mengambil alih. Aku, Katarina Claes, berhenti berpikir.
Entah darimana di kejauhan, aku merasa bisa mendengar… suara Sophia. “Kau berhasil, Kakak!”
…AAH! Dimana ini? aku dimana? Ketika aku mendapat kembali beberapa kesadaran, kami sudah berada cukup jauh dari Nicol dan Sophia.
Jujur saja, aku tidak ingat mengucapkan selamat tinggal pada mereka. Bahkan, aku tidak ingat apapun sesudah aku mengacaukan kalimatku. Sepertinya aku kehilangan ingatan tentang insiden itu, gara-gara pesona luar biasa Count Pemikat.
Teman-teman sekelasku yang bersamaku tadi juga mengatakan kalau mereka tidak ingat apapun — ingatan mereka sepertinya kosong, dan hal terakhir yang mereka ingat hanyalah senyuman count. Count Pemikat. Sungguh orang yang menakutkan…
Dan dengan begitu, kelompok kecil kami akhirnya sadar sekali lagi. Destinasi selanjutnya adalah tempat untuk menjajahkan dan memaerkan barang yang dibuat murid akademi. Ada berbagai jenis kerajinan tangan — sulaman, lukisan, dan bahkan beberapa produk dan seni yang dibuat oleh fasilitas Kementerian Sihir di akademi.
Maria ada di tempat itu juga, dengan manisan buatan rumah untuk dijual. Teman sekelasku ingin melihat sulaman, jadi sesudah kami berpisah aku segera berjalan menuju Maria. Dengan rambut pirang dan mata biru cerahnya, aku berani
bertaruh kalau Maria adalahgadis yang paling, kalau tidak gadis yang paling cantik nomor dua di akademi. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menemukannya. Walau memang cukup berbeda dengan kekuatan menekan Pesona memikat Nicol, pesona Maria membuat banyak mata tertuju padanya.
“Maria!”aku memanggil saat mendekat.
“Nona Katarina, sudah lama tidak bertemu,”sebuah suara dari sampingku menjawab — dan sesudah berbalik, aku berhadapan dengan pemuda berambut coklat dan bermata abu-abu. Ia orang yang terlihat normal, dan butuh waktu beberapa saat untukku menyadarinya — tapi ia juga, seseorang yang kukenal sangat baik.
“Raphael! Kau ikut festival juga?”
“Ya. aku bertugas mendata barang yang dijual di festival ini,” jawab Raphael Wolt dengan senyum lembutnya.
Hingga tahun lalu, ia sebenarnya adalah murid akademi, dan bahkan seorang ketua OSIS. Tapi, karena insiden tertentu tahun lalu, Raphael harus meninggalkan akademi, dan kini bekerja di fasilitas penelitian Kementerian Sihir di akademi.
Sesudah insiden itu, ia membuang nama palusnya dan memulai hidup baru. Karena rambut aslinya berwarna merah dan cukup mempesona, ia agak menonjol. Karena itu ia menyamar menjadi seorang pemuda berambut coklat — orang yang sama dengan yang berdiri di hadapanku.
“Kau juga bekejer keras!” karena insiden itu tidak benar-benar disebabkan olehnya, Rapahael memutuskan untuk bekerja di Kementerian Sihir, dan sepertinya bekerja dengan baik.
“Ya. aku ada di bagian paling bawah rantai makanan. Ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan.” Walau pekerjaan Raphael bisa dibilang cukup ribet, tapi dia terlihat bersemangat. Bahkan sejak ia kembali menjadi dirinya sendiri, ia jauh lebih ceria, dan cerah dibadingkan sebelumnya.
Saat kami berdiri mendikusikan keadaan Rpahael, Maria segera menyadari kami dan berjalan ke arah kami. “Aku senang kau datang berkunjung, Nona Katarina. Ini… bagianmu,”katanya, dan memberiku beberapa makanan ringan buatannya. Demi aku, Maria menggunakan hasil panen yang aku tanam di ladangku untuk dijadikan manisan dan dijual di festival.
“Wow! Terima kasih sudah menyisakan untukku! Bagaimana penjualannya?”
“Tentu saja, Nona Katarina. Jujur saja… aku khawatir, kalau manisan buatanku tidak akan laku sama sekali… tapi berkatmu, Nona Katarina, daganganku hampir habis.” Maria menunjuk produk di kedainya. Walau masih ada banyak waktu tersisa di festival, tapi dagangannya sudah selaku itu.
“Manisanmu pasti sangat terkenal! Tentu saja, karena itu buatan tanganmu, Maria.”
“Bukan, in berkat bantuanmu juga, Nona Katarina. Karena, kau membantu mempromosikannya, kan?”
Memang, aku selalu memberitahu semua orang yang kukenal. Karena, sejak awal ini adalah ideku. Aku ingin berusaha untuk kedai itu dan membantu membuat manisan juga, tapi…
Beberapa kali aku membantu, manisan itu pasti terbakar. Api bahkan sampai menyambar ke bagian dapur lainnya. Dan pernah juga, ledakan kecil terjadi di panci yang kugunakan, dan menjadi masalah besar.
Tapi, walau aku membuat banyak eksalahan, Maria akan tersenyum bagai malaikat, dan mengatakan, “Ah, ini percobaan pertamamu, Nona Katarina. Tidak apa.” Tapi, para pekerja di dapur, sepertinya tidak sependapat dengan Maria.
“Tolong, keluarkan Katarina Claes dari sini sekarang juga!”mohon mereka — dan kalimat mereka akhirnya mencapai telinga adik angkatku, Keith. Keith segera tiba, dan menarik kerahku, dan mengarakku keluar dari dapur menuju kamarku.
Tapi… walau begitu… pasti ada yang bisa kulakukan! Pikirku. Aku menawarkan bantuan untuk mengemas, tapi aku sangat tidak berseni, dan segera mengacaukan kertas kemasa. Tapi, Maria hanya mengatakan hal yang sama, dengan senyum malaikan yang sama, “Ah, ini percobaan pertamamu, Nona Katarina. Tidak apa.” Segera saja, jumlah kertas kemasan yang rusak bertumpuk sampai dua gunung.
Saat itulah Geordo mengganggu, mengambil dan menyita sisa kertasnya dari tanganku. “Katarina. Buang-buang kertas, tahu. Kau sudah selesai, kan?”
Akhirnya, aku hampir tidak membantu apapun. Maria, gadis yang manis, memutuskan untuk menyuruhku menjadi pencicip makanan. Walau… yang kulakukan hanya memakan manisan uang dibuat Maria.
Ukh… maaf aku tidak berguna, pikirku. Tapi…Maria benar-benar malaikat tanpa akup. Kuharap aku bisa menjadikannya pasanganku. Dan denga begtu, aku diminta untuk mencicipi manisan itu — dan oh, rasanya sangat enak. Sangat enak hingga aku memakan manisan itu sampai kekenyangan.
Sebelum menyadarinya, seluruh manisan percobaan itu sudah dihabiskan tidak lain olehku… dan Alan memarahiku. “Oi! Apa yang harus kami lakukan, kalau kau memakan semuanya?”katanya, dan menyita sisa lainnya.
Jadi aku, Katarina Claes, menyarankan sebuah ide… dan mereka tidak bisa menggangguku. Aku terus berpikir dan berpikir tentang apa yang bisa kulakukan, tapi aku bingung.
Aku memanyakan pada Keith, dan ia menjawab, “Kalau begitu, Kak, bagaimana kalau mempromosikan kedai kecil kita?”
Ide yang bagus. Aku segera berkeliling akademi, dan setengah mati mempromosikan manisan buatan Maria. Walau begitu, penjual manisan Maria tidak mungkin hanya karena usahaku sendiri.
“Ya, aku memang mempromosikannya. Tapi manisan itu tidak akan laku kalau tidak enak! Alasannya sangat terkenal karena rasanya enak!”
“…Terima kasih banyak, Nona Katarina…”kata Maria, dan warna merah muda pucat mewarnai pipinya sambil tersenyum padaku.
Ah, sungguh wajah yang imut. Pasti Maria bisa memikat hati para pria di negeri ini. Ahh… Maria sungguh, sangat imut! Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah meminangnya seketika! Tapi, saat aku melamun…
“Kalau diingat lagi, Nona Campbell sudah memutuskan untuk mendaftar kementerian, atau itu yang kudengar…”kata Raphael. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah kudengar sebelumnya.
“Eh?! Maria… kau akan bekerja di kementerian?”
“Ah, iya. Aku sudah memutuskan untuk bergabung dengan Kementerian sesudah lulus.”
“Be… Bernakah? Tapi Maria… bukankah saat kelas satu dulu kau bilang ingin kembali pulang sesudah lulus dan hidup tenang dan damai?”
Maria, dari yang kutahu, salah satu dari sedikit pemilik sihir cahaya di kerajaan. Apa yang tidak aku tahu adalah kenyataan kalau sihirnya sangat kuat bahkan diantara sedikit orang ini, dan ia sudah mendapat undangan dari kementerian untuk bergabung dengan mereka sesudah lulus.
Bukankah saat kelas satu dulu dia ingin “kembali pulang dan hidup damai”? apa sesuatu mengubah pikirannya?
“Ya… memang benar, aku sempat memikirkannya sesudah masuk akademi, kalau aku akan kembali ke rumah dan hidup damai… tapi.” Sebuah tatapan familiar tiba-tiba terlihat di mata Maria — itu adalah ekspresi ketetapan hati yang kuat. “Tapi, kalau begitu… aku tidak bisa lagi ada disisimu.”
“?”aku hanya melihatnya kosong, tidak mengerti maksud kalimatnya. Tapi, Maria, tersenyum lembut.
“Seperti yang kubilang saat upacara kelulusan tahun lalu, Nona Katarina… aku ingin berada di sisimu, dari saat ini dan seterusnya. Tapi… walau aku seorang pemilik sihir cahaya, aku hanya orang biasa… aku butuh kasta sosial tertentu, Nona Katarina, untuk berdiri bersamamu — karena kau adalah bangsawan, dan putri Duke Claes… dan aku memutuskan kalau aku akan bergabung dengan kementerian, dan mendapat posisi yang kubutuhkan.”
Kalimat Maria seperti lamaran. Entah kenapa aku merasa sangat malu. “…A-Ah… Iya. Terima kasih, Maria. Aku… em. Sangat senang.”Wow… aku benar-benar malu. Aku bisa merasa panas memamncar dari wajahku.
Mungkin karena reaksiku, wajah Maria juga memerah. Saling berhadapan, kami tersenyum, masing-masing tersipu dan sama-sama malu. Rasanya aku dan Maria seperti pasangan!
“Ah… permisi. Aku tidak suka mengganggu dunia privasi kalian… tapi aku dari tadi disini… kan?”
“Ah… oh, Raphael. Dunia pribadi, katamu…” tatapan pasrah Raphael segera membawaku kembali ke kenyataan. Bahay sekali, sangat bahaya! Maria terlalu imut… aku hampir saja menunju dunia terlarang!
Nyatanya, aku hampir saja satu langkah sampai mengatakan “Maria. Tolong… menikahlah denganku.” Luar biasa memang protagonis dari otome game ini. Pesona Maria tidak Cuma khayalan saja.
“Tapi… aku tidak menyangkan kalau motivasimu, sosok paling mencuri perhatian di kerajaan ini untuk bergabung dengan kementerian… adalah demi bersama Nona Katarina. Kau hebat sekali, Nona Campbell.”
“Aku tahu kalau alasanku bergabung mungkin… nista. Tapi walau begitu… aku bermaksud untuk bekerja sepenuh hati sesudah diterima. Mohon bantuannya,” kata Maria dengan nada serius dan tegas saat ia bicara pada kakak kelas masa depannya di kementerian, Raphael.
“Aku tidak berpikir kalau niatanmu itu nista, Nona Campbell. Karena, aku akan melakukan hal yang sama kalau ada di posisimu. Tapi…”
“Tapi?”
“Walau kau bergabung dengan kementerian, Nona Katarina akan menikahi Pangeran Geordo sesudah lulus. Dia akan jadi sangat sibuk, dan sepertinya kita tidak akan bisa melihatnya sesering sekarang.”
“?!”Maria dan aku menunjukkan ekspresi yang sama — ekspresi terkejut karena tiba-tiba tersadar. Raphael sepertinya sama kagetnya sesudah melihat kami, bagai mengatakan “Ya, aku paham kalau Nona Campbell tidak tahu, tapi kenapa kau juga terkejut, Nona Katarina?!”
“Benar… benar juga… Nona Katarina adalah tunangan Pangeran Geordo… ia akan segera menikahinya sesudah lulus, dan menghabiskan hari-hari di istana. Kita mungkin tidak akan bertemu dengannya… kurasa aku tidak terlalu menyukainya…”
“Ya… kalau begini, aku harus menikahi Geordo dan menjadi keluarga kerajaan. Gawat sekali… aku tidak Cuma jadi putri seorang Duke, tapi juga keluarga kerajaan…!”
Raphael terus melihat kami, dan entah terlihat sedih melihat keadaan kami yang begini. “…Apa kau tidak kepikiran untuk bergabung juga dengan Kementerian, Nona Katarina?”
“Eh? Memangnya boleh? Sebenarnya, apa kalau bergabung dengan kementerian artinya aku tidak perlu menikah lagi?”pernyataan Raphael membuatku tertarik. Perlahan, ia mulai memberiku rinciannya.
“Dasarnya, masih mungkin bagi seseorang untuk bergabung dengan kementerian dengan rekomendasi dari anggota staff dengan kasta sosial tinggi. Ya… walau kurasa bergabung dengan kementerian tidak langsung membuat pertuanganmu batal, kemeneterian punya pengaruh kedua sesudah raja dalam hal kekuatan politik. Aku tidak yakin kau akan diseret ke istana secepatnya.”
Oh begitu! Jadi kalau aku bergabung dengan kementerian, aku bisa menunda pernikahan lebih lama! Dan kalau aku cukup lama menundanya, Geordo pasti akan jatuh cinta pada Maria atau gadis bangsawan lain… dengan begitu, aku bisa terbebas dari peranku! Baiklah, Katarina Claes! Mari kita menetapkan tujuan untuk bergabung dengan kementerian sihir!
… Atau setidaknya, itulah yang kupikirkan, tapi … kemampuan sihirku rendah. Faktanya, satu-satunya mantra yang bisa kugunakan hanyalah Pengangkat Tanah.
“Em… Raphael. Seperti yang kau ketahui, kemampuan sihirku … sangat rendah … ”
“Ah, tentang itu. Memang benar kalau ada banyak di Kementerian yang memiliki kemampuan sihir tinggi, ada juga banyak yang tidak memiliki bakat sihir. Tapi, kami tidak benar-benar menolak mereka yang tertarik pada sihir. ”
“Benar begitu?! Hebat! Kalau begitu… Aku akan bekerja keras… Tapi bukankah kau mengatakan kalau aku butuh surat rekomendasi dari orang penting di Kementerian? ”
Sejujurnya, satu-satunya yang aku kenal di Kementerian hanyalah Raphael. Aku mungkin bisa bicara dengan Ayah dan meminta Beliau menggunakan koneksinya untuk memberiku surat rekomendasi … tapi apakah hal seperti itu akan diterima oleh Kementerian?
“Ukh … Kalau begitu ini akan sangat sulit, kan? Lagipula, tidak ada yang mau memberi rekomendasi kepada orang sepertiku … ”Padahal ini saran yang bagus! Aku mendesah, sekali lagi pasrah pada takdirku.
Tapi, Raphael, tersenyum agak sugestif. “Jangan terlalu sedih, Nona Katarina. Sebenarnya ada … seseorang yang akan menulis surat rekomendasi untukmu.”
“… Eh ?!”
“Sebenarnya, Nona Katarina … atasanku sangat tertarik padamu. Orang itu pasti akan menulis surat untukmu dalam sekejap. ”
“Atasanmu…? Dan orang ini, ia mengenalku? ”
“Iya. Aku yakin mereka akan menyambutmu cepat atau lambat. Bagaimanapun, mereka bilang ingin berbicara denganmu juga, Nona Katarina. ”
“Hmm … yah, orang macam apa dia?”
“Seseorang dengan sifat individualis, menurutku. Tapi bagiku, ia adalah orang yang sangat baik. ”
“Em, permisi!” Kata Maria, dengan paksa menyela percakapan yang Raphael dan aku lakukan. Maria bukanlah tipe orang yang melakukan hal seperti ini, tapi dia tampak lebih … putus asa dari biasanya.
“A-Ada apa, Maria? Apa yang terjadi? Ekspresimu itu! ”
“E-Em. Baiklah … jika kita harus meringkas apa yang baru saja kita bicarakan … jika atasan Raphael benar-benar akan menulis surat rekomendasi untukmu, dan Nona Katarina masuk ke Kementerian Sihir … lalu … lalu! Maka kita akan bersama selamanya! ”
“Memang begitu.” Kata Raphael. Senyuman lembutnya seolah menghapus kegelisahan Maria, dan segera ia tersenyum bahagia. Lalu…
“Nona Katarina, ayo bergabung dengan Kementerian bersama. Aku akan melakukan apa yang kubisa untuk membantumu! Tolong, Anda harus, oh Anda harus bergabung! ” Maria menggenggam tanganku di tangannya – matanya berbinar.
Raphael, juga, mengangkat tangannya, mendorong kami dari pinggir lapangan. “Aku akan membantu juga, tentu saja.”
“Eh?! T-Terima kasih banyak! ”
“Baiklah, Ayo lakukan ini, kita akan bekerja keras bersama!” Kata Maria, gairahnya membara dengan sangat keras.
Sesudah diskusi kami selesai, aku meninggalkan Maria dan Raphael, menuju ke teman sekelas yang berpisah dariku beberapa waktu yang lalu. Kalau dipikir-pikir … Aku seharusnya bertanya lebih banyak tentang atasan Raphael. Hmm. Yah, kukira aku bisa bertanya lain kali.
Dengan itu, akhirnya aku bertemu kembali dengan teman-temanku yang sepertinya sudah membeli banyak barang dari area penjualan.
“Aku membeli saputangan bersulam.”
“Aku membeli Anting dan kalung.”
“Aku membeli mainan mewah.”
Masing-masing gadis memegang sesuatu yang lucu di tangan mereka sebagai kenang-kenangan indah festival sekolah. Mereka sepertinya sangat bersenang-senang.
Kalau aku… Aku menunduk dan melihat tas yang tergantung di tanganku. Hanya ada… makanan. Makanan ini akan hilang sesudah aku memakannya, dan tidak akan pernah bisa menjadi kenang-kenangan. “… Kurasa aku juga harus beli sesuatu sebagai kenangan.”
Teman sekelas dan temanku tersenyum mendengar ini.
“Oh, ya, luar biasa!”
“Kita harus membelinya, Nona Katarina.”
Nah … Aku memang berpikir untuk membeli sesuatu, tapi sekarang sesudah sampai, aku tidak yakin dengan apa yang ingin aku beli. Sejujurnya, aku tidak bisa membayangkan diriku akan senang kalau membeli barang bordir, aksesori, atau mainan mewah. Dengan pengecualian barang yang ditampilkan dalam novel romantis yang kubaca, tentunya.
Saat aku berdiri, berpikir, salah satu temanku menunjukkan barang tertentu kepadaku. “Bagaimana dengan bros itu, Nona Katarina?”
“Hmm…? Sebuah bros? ” Itu memang bros – bros dengan batu biru di tengahnya. Sementara bros itu sendiri bukanlah sesuatu yang luar biasa, batu di dalamnya benar-benar indah. Aku mengambilnya, dan hampir seketika, warnanya berubah.
“Wow! Batunya berubah warna menjadi… biru azure! ” Melihat keterkejutanku karena batu yang berubah warna itu, pedagang dengan ramah menjelaskankalau batu khusus ini berubah warna saat di arahkan ke cahaya.
“Aku juga mengambilnya tadi. Cantik sekali! Dan aku terkejut saat batunya berubah warna di tanganku. Lalu aku berpikir … warna batu itu ketika terkena cahaya sangat mirip dengan warna matamu, Nona Katarina. ” Untuk beberapa alasan, teman yang merekomendasikan bros itu kepadaku sedikit tersipu saat mengatakannya. Semua teman dan teman sekelasku tampaknya setuju.
“Itu benar! Indah sekali, Nona Katarina, warnanya sama dengan warna matamu!”
“Cantiknya. Bros itu sangat cocok denganmu.”
“A-Begitukah …?” Meskipun aku sendiri tidak pernah terlalu memperhatikan mata biruku, sungguh menyenangkan mendengar kalau orang lain menganggap warnanya cantik.
Tujuan kami selanjutnya adalah area pertunjukan sihir akademi, tempat murid yang memiliki Sihir Angin, Api, Air, dan Tanah memamerkan kemampuan mereka kepada penonton. Lagipula, memajukan pengembangan sihir adalah salah satu tujuan utama akademi.
Berjaga di area penting ini adalah Pangeran Geordo dan saudara kembarnya, Pangeran Alan. Mereka harusnya berjaga di dekat sini. Saat ini festival sudah memasuki tahap akhir, jadi kami mempercepat langkah kami, berharap untuk mencapai tujuan kami sedikit lebih awal.
Sesudah kami sampai, aku kini terengah-engah sambil memuji. “Wow … indah sekali.”
Semburan air bermunculan dari kolam, seperti air mancur, menciptakan pelangi di langit. Ukiran dan patung yang terbuat dari tanah berubah bentuk dalam sekejap mata, dan menari, nyala api bergoyang di udara. Badai kecil mengangkat kelopak bunga, dan menyebarkannya ke angin. Itu adalah pemandangan dari dongeng – pemandangan paling indah dan ajaib. Aku sekali lagi dikejutkan oleh fakta bahwa tempat ini memang kerajaan sihir.
Meskipun aku berencana untuk segera mencari Geordo dan memberinya hadiah yang akan kubawa, aku mendapati diriku terpesona oleh pemandangan mistis di hadapan aku. Terlalu indah untuk berpaling – yang bisa kulakukan hanyalah berdiri di sana, menatap pemandangan itu bagai kehilangan akal. Terlalu indah.
“Akhirnya kau datang juga, Katarina.” Ketika aku maish tersesat dalam pikiranku, aku mendengar suara memanggil dari samping. Aku menoleh dan melihat seorang pangeran berambut pirang bermata biru yang tidak asing. Geordo berdiri di sampingku, tersenyum seperti biasa.
“Ah, Pangeran Geordo. Maaf membuatmu menunggu lama… ”Karena aku berhenti di banyak tempat dan melakukan banyak hal di festival, aku tiba di sini sangat telat. Yah … Aku kira alasan utamanya adalah karena aku menghabiskan terlalu banyak waktu mencicipi makanan…
“Aku memaafkanmu, Katarina, karena kau sampai di sini sebelum festival berakhir. Kalau kau… kemungkinan besar terlalu bersemangat di kedai makanan, dan akhirnya menghabiskan waktu yang terlalu banyak disana, kan? ”
“?!” Tidak mungkin! Aku kira hanya Keith yang akan mengetahuinya, kurang lebih, tapi Geordo juga bisa memahamiku sebaik itu … Kurasa kita memang sudah menghabiskan sembilan tahun terakhir ini bersama.
“Maaf… aku tergoda oleh makanan lezat …” Karena Geordo sudah menyimpulkan kebenaran, aku tidak punya pilihan selain mengaku dan meminta maaf. Akan menakutkan kalau aku berhasil mengecewakan pangeran yang sangat sadis ini.
“Tidak apa-apa, karena kau menghabiskan waktumu dengan teman sekelas perempuanmu. Tapi … Aku tidak akan memaafkannya kalau dengan laki-laki lain … ”
Hmm? Geordo menggumamkan sesuatu diakhir, tapi aku tidak bisa menangkapnya. Entah kenapa, suasananya jadi agak tegang. Aku bisa merasakan sensasi merinding di punggungku.
Teman sekelas yang menemaniku hingga saat ini berbalik pergi, tidak ingin mengganggu percakapan kami. “Sangat tidak pantas bagi kami untuk mengganggu, Nona Katarina. Kami akan berkeliling untuk saat ini. ”
Tunggu, kalian semua… jangan tinggalkan aku dengan pangeran sadis berhati busuk ini … yang sekarang memancarkan aura aneh! Oh, teman-temanku! Kembalilah padaku! Pikirku, menyaksikan siluet teman-temanku yang memudar dengan berat hati. Namun, aku bisa melihat seseorang mendekat dari arah lain – penyelamatku, tentunya, yang akan melakukan sesuatu terhadap suasana yang aneh dan tegang ini.
“Oh, kalian. akhirnya kau sampai juga? Kupikir kau tidak akan sempat. Sesudah tadi pagi kau bilang tentang ‘Aku akan mampir dengan membawa hadiah!’… kukira kau tidak akan sampai di sini.” Rambut perak, mata biru. Pangeran Alan yang liar dan sombong sudah tiba di TKP.
“Maaf… Ada banyak rintangan sebelum kemari.” Walau Geordo langsung bisa membacaku seketika, sesuatu sepertinya menarik Alan. Tapi, dia tetap tidak peka akan hal semacam ini.
“Benarkah? Kukira kau kebanyakan makan sampai lupa waktu.”
“…” Bahkan Pangeran Alan yang bodoh tahu persis apa yang terjadi. Entah kenapa, aku merasakan gelombang kesuraman menyebar ke seluruh tubuhku. Aku memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan dengan menyajikan makanan yang kubawa.
“ini untukmu. Silakan dicoba, “kataku sambil mengambil roti yang kubeli dari kedai dan sebungkus makanan ringan buatan Maria. Maria baru saja memberikannya kepada aku, tetapi aku memutuskan untuk menawarkannya sebagai permintaan maaf karena terlambat.
“Ah, ini kue buatan Maria, ya? Bagaimana, apakah laku? ” Geordo bertanya, sambil memperhatikan kemasan yang sudah sangat dikenalnya.
“Ya, manisannya sangat populer. Bahkan hampir terjual habis saat aku datang. ”
“Benarkah? Senang mendengarnya, Katarina, ”jawab Geordo sambil tersenyum tipis.
Senyuman itu … Aku bisa merasakan intuisi kewanitaanku memanggilku sekali lagi. Sebelum aku menyadarinya, Geordo sudah memanggil Maria dengan nama depannya.
Dia khawatir camilan Maria laku atau tidak … Raut wajah lega saat kuberitahukan padanya kalau manisan itu hampir habis. Ini tidak salah lagi …
Ini dia! Geordo benar-benar jatuh cinta pada Maria! Meski skenario Fortune Lover sudah berakhir, dia ditakdirkan untuk jatuh cinta dengan Maria sejak awal! Benar, sudah jelas! Bagaimanapun, Maria penuh pesona, cukup untuk membuat jantungku berdebar … walau aku seorang perempuan juga.
“Kedai manisan Maria … kau cukup antusias mendukungnya, kan? Katarina …? Apa kau mendengarkanku?”
Saat ini … sekarang makin jelas bagiku, aku punya lebih banyak alasan untuk segera memasuki Kementerian Sihir, menunda pertunanganku, dan mendukung Geordo dan pencarian cintanya untuk Maria.
“… Lagi, Katarina …?”
“Hei, Katarina Claes! Nona Bodoh! Gawat… dia tidak mendengarkan sama sekali. ”
Ah, tapi … bagaimana dengan Maria? Kami belum pernah berbicara tentang cinta, atau siapa yang dia sukai, sejak upacara kelulusan itu. Aku masih tidak tahu apakah dia pernah jatuh cinta pada seseorang. Mungkin ada kemungkinan ia mulai menyukai target cinta lain selain Geordo. Hmm … Aku harus mengamati lebih jauh lain kali— Aduh!
“A-Apa yang kau lakukan ?!” Aku memelototi orang yang tiba-tiba menjentik kepalaku. Rasanya sangat sakit, dan aku terkejut karena kekuatannya.
Pelakunya, Alan, mengabaikan protesku. “Salahmu karena tidak mendengarkan orang bicara denganmu.”
Ukh … Kurasa dia benar. Perhatianku teralihkan oleh pikiran Geordo dan Maria dan tersesat di duniaku sendiri.
“K-Kalau begitu kau cukup mengatakan sesuatu! Tidak perlu menjahati kepalaku! ”
“Apa maksudmu, bodoh? Aku sudah melakukannya! Salahmu sendiri karena tidak bereaksi sama sekali.” Setelah itu, Alan meletakkan tangan di kepalaku lagi dan mengacak-acak rambutku.
Ungh, pangeran kasar ini! Aku sudah berjuang menata rambutku, dan sekarang dia mengacaukan semuanya! Tepat saat aku akan membalas dengan serangan balik yang sempurna…
“Sudah cukup, Alan. Aku sangat tidak mau kau menyentuhnya begitu saja.” Bahkan sebelum aku bisa mengangkat tangan sebagai pembalasan, Geordo sudah menggenggam lengan Alan, sambil melerai kami.
Geordo sendiri yang turun tangan untuk menghentikan pertengkaran kecil antara Alan dan aku … atau begitulah kelihatannya. Tapi, rasanya suasana semakin asing dan tegang … apakah itu hanya imajinasiku?
“… Ahh, Geordo… kau sealu begini,” desah Alan, lengannya masih dalam genggaman kakaknya. “Bukankah kau terlalu tegang? Teruskan kelakuanmu dan akhirnya kau akan dibenci… itulah Mary katakan. ”
“Beri tahu Nona Mary kalau kekhawatirannya salah tempat.”
Kedua Pangeran itu sekarang berdiri, saling berhadapan… entah kenapa, suasananya jadi lebih berat daripada sekarang. Eh? Apakah perkelahianku dan Alan memicu pertengkaran di antara mereka? Apa yang harus kulakukan? Aku hanya bisa berdiri di sana, terus menerus kebingungan karena perkembangan aneh ini.
“Geordo, Alan.” Seseorang memanggil kedua pangeran yang berdiri di depanku. Saat memalingkan kepalaku ke sumber suara itu, aku melihat dua pasangan berjalan menuju kami. Orang yang memimpin mereka tersenyum dan melambai pada kami, jadi sepertinya dialah yang baru saja memanggil mereka.
Dia memanggil Geordo dan Alan begitu saja dengan nama depan mereka, tanpa gelar… Aku bertanya-tanya siapa orang ini. Dia tampak mirip dengan seseorang yang kukenal. Kecurigaan ini dikonfirmasi oleh apa yang dikatakan Geordo selanjutnya: “Kak Jeffery, Sepertinya kau datang berkunjung.”
Oh begitu! Kakaknya Geordo! Sekarang sesudah aku melihatnya lagi, rambut perak dan mata birunya memang mengingatkanku pada Alan.
Geordo juga menyapa pemuda yang mengekor Jeffery. “Dan kau juga, Kak Ian.”
Eh?! Yang di belakangnya kakak laki-lakinya juga? Dengan rambut pirang dan mata birunya, dia sangat mirip dengan Geordo.
Benar… empat putra mahkota kerajaan adalah empat bersaudara ini. Jeffery, yang sangat mirip Alan, adalah putra mahkota pertama. Ian, yang tampak seperti Geordo, adalah yang kedua. Sepertinya seseorang sudah memberitahuku tentang ini sebelumnya…
“Oh, kalau bukan Nona Katarina Claes. Sudah lama tidak bertemu. ”
Aku membeku mendengar salam pangeran. Eh? Sudah cukup lama? Apa aku pernah bertemu orang ini sebelumnya?
Menyadari kekakuanku yang tiba-tiba, Geordo mencondongkan tubuh sedikit, berbisik, “Ayolah Katarina, kita semua pernah bertemu di pesta ulang tahunku.”
Ah, benar! Kalau diingat lagi… Geordo memang mengenalkanku pada mereka. Aku sudah melihat wajah mereka, tapi akhirnya melupakan semuanya.
“Ah iya. Sudah… sudah lama sekali, Pangeran Jeffery, Pangeran Ian … ”Sesudah membalas sapaannya, aku menoleh ke dua wanita yang menemani para pangeran kesini. Salah satunya memiliki rambut hitam panjang dan mata biru. Ia memiliki semua lekuk tubuh yang tepat di tempat yang tepat – pesona menggoda mengalir dari dirinya. Dia juga sangat cantik, dengan wajah menarik yang sesuai dengan tubuhnya.
Melihat dari bagaimana mereka berdua dikawal oleh para pangeran, aku berasumsi kalau kemungkinan besar mereka adalah tunangannya. Tapi aku tidak tahu nama mereka. Seperti yang dikatakan Geordo barusan, aku memang bertemu dengan mereka semua setidaknya sekali… tapi hanya sekali. Aku tidak mungkin mengingat wajah atau nama mereka. Aku mati-matian mencoba mengingat kenanganku dari dua tahun lalu… tapi tampaknya ingatanku sudah pergi sangat jauh… Apa yang harus kulakukan?
Geordo, merasakan kegelisahanku, dan dengan halus membisikkan kata-kata nasihat ke telingaku sekali lagi. “Orang yang didampingi Jeffery, dengan rambut hitam, adalah Nona Susanna Randall. Yang didampingi Ian, berambut cokelat, adalah Nona Selena Berg. Mereka berdua adalah tunangan kakak-kakakku. ”
Terima kasih, Pangeran Geordo! Bisa diandalkan seperti biasa.
“Senang bertemu denganmu Nona Randall, Nona Berg,” kataku, menyapa keduanya semanis mungkin.
“Sudah lama, ya. Nona Katarina, tolong panggil saja aku Susanna,”kata wanita cantik berambut hitam yang menggoda itu, lipstik merahnya membentuk senyuman ramah.
“Senang bertemu denganmu. Tolong … panggil aku Selena.” Gadis lembut, tapi imut dengan tubuh kecil mengikutinya, dan menundukkan kepalanya sedikit saat dia membalas salamku. Meskipun mereka berdua adalah tunangan dari putra mahkota, kontras di antara mereka sangat mencolok.
“Apa yang membawamu ke tempat ini hari ini, Kak?” tanya Geordo.
Jeffery menjawab dengan nada riang, hampir berseri-seri saat melakukannya. “Wah, tentu saja menyaksikan penampilan adik laki-lakiku tercinta yang luar biasa di atas panggung!” Kata-katanya luar biasa teatrikal.
Geordo menatapnya dingin sebelum beralih ke saudara laki-lakinya yang lain. “Jadi … bagaimana kalau jujur saja, Kak Ian?”
“Tentu saja. Kami di sini untuk urusan kerajaan. Pemeriksaan rutin… inspeksi Akademi Sihir. Kurasa Jeffery ada di sini dengan alasan yang sama juga. ”
“Benarkah? Ah. Ternyata kalian baru saja bertemu. ”
“Tentu saja. Kami baru saja bertemu, kebetulan beberapa saat yang lalu, “jawab Pangeran Ian, dengan ketenangan yang nyaris menggelegar jika dibandingkan dengan pernyataan teatrikal Jeffery.
Kupikir hanya kedua tunangan pangeran itu yang berbeda… tetapi tampaknya para pangeran juga memiliki kepribadian yang kontras. Jeffery, yang sangat mirip dengan Alan, selalu tersenyum, dan sepertinya dia selalu siap untuk menggoda siapa pun. Ian, yang mirip Geordo, sebaliknya – selalu sabar, dengan tatapan serius.
Jadi… si genit, si sabar, si pangeran sadis berhati hitam, dan si pangeran yang angkuh dan tidak peka… keluarga kerajaan memiliki kepribadian yang cukup beragam. Tapi, mereka berdua putra mahkota, kan? Kenapa mereka tidak bersama? Apa mereka tidak akur? Aku membuat catatan mental untuk bertanya pada Geordo tentang ini nanti.
Tidak seperti Ian, yang sekarang dengan tenang menjelaskan tugasnya kepada Geordo dengan nada datar, Jeffrey malah memutuskan untuk mengganggu adik bungsunya. “Eh? Kalian berdua tidak menyenangkan, Geordo, Ian! Kalau begitu … kemarilah, Alan! Kakak ada di sini untuk melihatmu!”
“H-Hei! Hentikan. Jangan peluk aku, “kata Alan, dengan ekspresi ketidaksukaan di wajahnya saat Jeffery menempel padanya.
Mau tidak mau aku merasa sedikit kasihan pada Jeffrey, yang tampaknya sama sekali tidak disukai oleh saudara-saudaranya. Tapi, Susanna, yang berdiri di hadapanku selama ini, mulai tertawa pelan pada dirinya sendiri. “Oh, betapa konyolnya, Tuan Jeffery. Anda sepertinya bersenang-senang. Kalau begitu, Nona Katarina … apakah Anda ingin pelukan seperti itu dariku juga?” katanya, entah dari mana.
“Eh ?!” A-Apa yang tiba-tiba dibicarakan wanita glamor ini? Nyatanya, pinggulnya bergoyang dari sisi ke sisi saat dia mendekatiku! Dia semakin dekat! A-Apa wanita ini serius? “Ah, um. Uh … ”Karena panik, aku hampir tidak bisa berkata-kata.
Tapi, Susanna, hanya menganggapiku dengan geli, matanya menyipit seperti kucing saat dia tersenyum. “Mhmhm. Aku hanya bercanda, Nyonya Katarina. Aku tidak akan memelukmu tiba-tiba.”
“Ah… benar. Baik.” Aku terkejut … Aku menganggap serius lelucon kecilnya. Bodohnya, aku, Katarina Claes, tidak bisa memahami lelucon wanita yang sangat glamor.
Menurunkan suaranya menjadi bisikan, Susanna melanjutkan. “… Belum, sih. Tidak sekarang, ”katanya, senyumnya semakin lebar.
Aku mulai panik sekali lagi. Eh? Itu lelucon juga, kan?
Saat itu, suara bel terdengar. Teng! Teng! Tampaknya tidak banyak waktu tersisa di festival. Sesudah acara selesai, jadwal akan beralih ke pesta dansa yang dijadwalkan malam itu.
“Ah. Maafkan kami. Kami harus segera naik ke panggung, ”kata Geordo saat bel terus berdentang. Drama OSIS adalah acara terakhir sebelum pesta dansa. Inilah mengapa Geordo pergi – dia dan anggota lainnya seharusnya berkumpul di dekat panggung sekarang, bersiap untuk memamerkan kemampuan akting mereka.
“Ho? Pertunjukan, Geordo? Aku ingin melihatnya juga. ”
“Cukup dengan kebodohan itu, Jeffery. Kami akan kembali. ”
“Ehh…? Kau tidak asyik, Ian. Sebenarnya, Ian… kau akan kembali bersamaku? ”
“Seperti yang kukatakan, cukup dengan kebodohan itu. Tidak mungkin aku bisa kembali denganmu.”
Jeffery saat ini sedang dimarahi oleh Ian, dan aku tidak tahu yang mana yang lebih tua dari dua putra mahkota lagi. Namun… fakta bahwa mereka dapat berbicara seperti ini menunjukkan kalau mereka akrab. Tapi… mereka tidak akan kembali ke istana bersama? Jadi mereka tidak akur sama sekali? Aku tidak bisa memikirkannya.
“Baiklah, Nona Katarina. Sampai jumpa nanti, ”kata wanita cantik yang mempesona, dengan sedikit senyum.
Gadis imut dan lembut di sisi lain menundukkan kepalanya lagi, menggumamkan selamat tinggal singkat. “Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa!”
“Baiklah kalau begitu. Permisi. ”
Dan dengan begitu, kedua putra mahkota dan tunangan mereka sudah pergi. Mungkin perlu dicatat bahwa kedua pangeran yang lebih tua itu memang membawa cukup banyak hadiah dan menitipkannya pada Geordo. Terlepas dari semua yang mereka katakan, kukira mereka memang berniat mengunjungi Geordo. Walau aku ingin bertanya lebih banyak kepada Geordo tentang putra mahkota dan hubungan mereka, sudah waktunya untuk pertunjukan, dan aku juga bergegas ke area panggung.
Saat sampai panggung, semua anggota OSIS kecuali Geordo dan Alan sudah berkumpul. Beberapa siswi sudah memakai kostumnya.
Baiklah! Aku akan berganti juga, dengan pakaian yang ringan dan santai yang sudah kupersiapkan sebelumnya untuk membantu teman-temanku di belakang panggung. Saat
itulah hal itu terjadi – ketika pakaianku kupeluk di tangan, dan aku bersiap untuk pergi dan berganti pakaian.
“Gawat! Salah satu aktris tidak enak badan, dan tidak bisa lagi tampil! ” kata salah satu murid yang membantu produksi di belakang panggung. Rupanya salah satu gadis yang akan berperan dalam drama itu tiba-tiba merasa tidak enak badan, pingsan, dan harus dibawa ke rumah sakit. Untungnya, tidak terlalu parah, dia hanya sedikit lelah, dan sesudah istirahat dia akan pulih. Tapi… drama itu akan segera dimulai. Murid itu sekarang tidak bisa berpartisipasi.
“Tidak ada pilihan. Kita hanya harus mencari penggantinya, ”kata Geordo, sesudah menerima kabar dari asisten itu. Dia kemudian menoleh ke anggota dewan yang berkumpul. Tapi, sesudah mendengar pengumuman itu, semua murid lain yang membantu dalam produksi drama mengalihkan pandangan mereka.
Tapi tentu saja mereka akan melakukannya. Bagaimanapun, OSIS sangat populer di akademi. Semua anggota OSIS adalah individu yang sangat menarik,dan sebagian besar memiliki cukup banyak fans. Seseorang yang terlihat normal jika berdiri di antara individu-individu yang mempesona ini… Walau bukan tidak mungkin, tapi sangat sulit dilakukan. Sama seperti orang-orang, aku juga mengalihkan pandanganku, tapi …
“Kalau begitu … kalau begitu, bukankah Nona Katarina cocok untuk peran itu?”kata salah satu murid lainnya. Dia juga salah satu murid yang membantu di belakang panggung. Meskipun dia tidak mengatakan pernyataannya dengan lantang, area tempat kami berkumpul sekarang sangat sunyi – dan semua orang mendengarnya. Lalu…
“Aku juga berpikir kalau Nona Katarina akan cocok untuk peran itu.”
“Aku merasa hanya Nona Katarina yang bisa berdiri dengan anggota OSIS lainnya …”
“Ya, kalau Nona Katarina, penonton dan murid lainnya akan sangat puas juga.”
Suara demi suara di antara sesama asisten di belakang panggung terdengar, hampir bersamaan. T-Tunggu. Aku tidak bisa melakukannya! Tidak mungkin! Karena, aku hanya pernah memerankan batu … atau pohon … tidak mungkin bagiku untuk memerankan orang yang sebenarnya! Bagaimana mungkin seseorang sepertiku, dengan wajah jahatku, berdiri di antara anggota OSIS yang glamor?
“Aku … aku t-tidak bisa …” kataku, menolak peran mendadak yang diberikan padaku ini.
Tapi murid lain di sekitar aku, menolak mendengarnya. “Kupikir akan lebih baik bagi Nona Katarina untuk memainkan peran ini,” kata mereka.
U-Ukh … Seseorang, tolong! Bela aku dan beri tahu orang-orang ini kalau aku tidak bisa! Sekarang kalau begini… Geordo! Geordo pasti akan bilang kalau “Tidak mungkin Katarina melakukannya.” Aku menoleh ke Geordo penuh harap … hanya agar dia tersenyum padaku.
“Baiklah, Katarina. Aku serahkan padamu,”katanya, meletakkan tangan di bahuku – dan itu adalah keputusan terakhir dalam masalah ini.
Dan akhirnya aku tiba-tiba tampil di drama OSIS …
Tidak mungkin! Tidak mungkin aku bisa melakukannya! Pikirku sambil terus gelisah. Tapi,di sekitarku, persiapan berjalan dengan baik. Sebelum aku menyadarinya, aku sudah diserahi kostum dan naskah. Untungnya … atau mungkin syukurnya, murid yang pingsan punya fisik yang sama denganku, dan aku cocok mengenakan kostumnya tanpa masalah. Aku tidak bisa melarikan diri.
Walau aku sudah melihat latihan OSIS berkali-kali, aku sama sekali tidak punya kemampuan menghafal dialog. Karena itu, aku membenamkan diri dalam naskahku.
“Jangan khawatir, Katarina. Sejak awal kau tidak punya banyak kalimat, “kata Geordo, dengan santai. Tapi, aku lebih suka kalau Geordo tidak menempatkanku di perahu yang sama dengannya. Lagipula, aku bukan orang yang serba bisa yang high-spec sepertinya. Bahkan kalau entah bagaimana aku behrasil menghafal kalimat ini, aku pasti melupakan semuanya ketika berdiri di atas panggung – tatapan penonton akan membuatku gugup.
Ukh … sekarang begini, aku harus mengandalkan contekan! Ya, aku akan melakukannya, Katarina Claes! Aku dengan putus asa menyalin dialogku di atas selembar kertas kecil. Dengan begini, persiapanku yang licik tapi cerdas sudah selesai – dan drama dimulai.
“Aku sangat senang bisa berdiri di satu panggung yang sama denganmu, Nona Katarina,” kata Maria sambil tersenyum saat berjalan ke atas panggung. Dia, tentu saja, memainkan peran protagonis. Aku hanya bisa melihatnya diam-diam saat aku dengan gugup menulis garis di telapak tanganku.
Isi dari drama itu sangat mirip dengan kisah “Cinderella” yang aku kenal di kehidupan sebelumnya. Sebuah drama yang meniru semacam cerita rakyat dan dipilih karena banyak adik kecil dari para murid akademi hadir di antara penonton. Drama ini dipilih agar para penonton yang lebih muda pun bisa mengerti.
Karena itu, bahkan aku, yang biasanya menjauhkan diri dari cerita yang sulit atau rumit, mengetahui garis besar cerita drama itu. Sebenarnya, plotnya kurang lebih identik dengan plot Cinderella. Cerita tentang seorang gadis bangsawan yang dianiaya oleh ibu tiri dan kakak tirinya yang lebih tua. Dia diperlakukan seperti seorang pelayan. Meski begitu, dia adalah gadis yang positif dan lembut, yang akur dengan para pelayan keluarganya, serta penduduk kota.
Suatu hari, sebuah pesta dansa diadakan di istana terdekat. Ibu tiri dan saudara tiri gadis itu sibuk dengan persiapan mereka, meributkan diri dengan pakaian mewah. Gadis bangsawan itu hanya bisa melihat, iri pada ibu tiri dan saudara perempuannya. Dia memang sangat sedih. Para pelayan dan warga kota, menyadari hal ini, berpikir untuk menyiapkan gaun untuknya juga – dan tanpa diketahui ibu dan adiknya, mereka melakukan hal itu.
Pada hari pesta dansa, para pelayan mendandani gadis bangsawan itu sesudah ibu dan saudara perempuannya pergi, dan akhirnya ia bisa pergi ke pesta juga. Ketika dia tiba, seorang pria muda memanggilnya, mengajaknya untuk berdansa. Hati gadis itu terpikat oleh pemuda yang lembut dan tampan. Mereka menari sampai pesta dansa hampir selesai – tetapi saat itulah gadis itu melihat ibu tiri dan saudara perempuannya. Karena panik, dia melarikan diri dari ruang pesta, dan dengan tergesa-gesa meninggalkan satu sisi sepatunya.
Pemuda itu, seorang pangeran dari kerajaan tertentu, sudah berdansa dengan gadis itu dan jatuh cinta padanya. Dia mengambil sepatunya yang tertinggal dan mulai mencari gadis yang pernah berdansa dengannya. Kabar segera menyebar ke seluruh negeri: “Dia yang bisa memakai sepatu ini akan menjadi pengantin pangeran.” Itu adalah sepatu yang hanya bisa dikenakan oleh gadis itu – dan dia akhirnya akan menikah dengan pangeran tampan … begitulah ceritanya.
Nah, selain fakta kalau tidak ada sihir yang terlibat, dan kalau sepatu yang dimaksud tidak terbuat dari kaca, cerita ini memang identik dengan Cinderella. Geordo memerankan pangeran, tentu saja, dan protagonisnya adalah Maria. Entah kenapa, Mary berperan sebagai ibu tiri. Peranku adalah sebagai saudara tiri yang kejam, yang sering menindas dan menganiaya tokoh Maria.
Ini benar-benar peran yang cocok untuk Katarina, yang terlihat seperti penjahat perempuan bangsawan. Jangan-jangan… Mungkinkah? Walau memang game fortune lover sudah berakhir… Aku masih dipaksa menindas Maria? hatiku dipenuhi dengan perasaan tidak nyaman.
Tokoh saudara tiri lebih sering muncul di paruh pertama drama untuk menindas Maria. Sesudah itu, dia akan muncul dalam adegan singkat di pesta dansa, dan akhirnya saat sepatu dipasang ke kaki protagonis. Dia tidak punya banyak adegan. Yang harus kulakukan adalah mengatasi paruh pertama drama…
Tidak lama setelah Maria naik ke atas panggung, giliranku tiba. Karakter ibu tiri yang diperankan Mary memanggilku. Dengan serangkaian huruf terakhir yang tertulis di telapak tanganku, aku menelan ludah, menuju ke atas panggung.
Dan sekarang … Aku menjadi sorotan. Di atas panggung. Aku bisa melihat lautan penonton yang tampaknya tak berujung di hadapan aku – mereka memenuhi lapang pandangku. Pada saat genting ini, skenario terburuk yang kubayangkan menjadi kenyataan … kalimat yang sudah kuingat mati-matian menghilang dari pikiran aku.
Sejak awal, tidak banyak kemajuanku menghafal, jadi memang tidak bisa diharapkan. Tapi, aku sudah mengantisipasi hal ini – dan itulah mengapa aku menyiapkan selembar kertas kecil ini. Betapa beruntungnya aku menyiapkan lembar contekan! Perlahan, aku mulai menarik selembar kertas kecil yang tersembunyi di lipatan gaunku … atau setidaknya, aku mencobanya.
Eh? Dimana … dimana? Hilang! … Aku mencari dengan putus asa di bagian tertentu tempatku menyembunyikan lembar contekan … tidak berhasil. A-Apa yang harus aku lakukan? Aku diliputi gelombang keputusasaan. Aku melihat ke bawah. Mungkin aku menjatuhkannya? Tapi tidak ada apa-apa di kakiku. Aku berbalik sedikit … dan di sana, di dekat tirai, ada secarik kertas kecil yang kujatuhkan.
U-Ukh! Lembar contekanku! Aku menjatuhkannya di tirai … sungguh kesalahan yang mengerikan! Sekarang aku berada di atas panggung, hampir tidak mungkin bagiku untuk kembali. Aku terikat. Ikatan yang paling mengerikan dan mengancam jiwa. Selain itu, karena kegelisahanku, jeda yang aneh terjadi di atas panggung.
Tidak ada pilihan lain. Aku harus melakukannya. Tapi, aku tidak bisa mengingat dialog aku. Tetap saja … adegan ini adalah saat tokohku menindas karakter protagonis Maria. Hanya itu yang harus aku lakukan, bukan? Kalau begitu … Aku harus menjadi si penjahat, Katarina Claes, di sini dan sekarang. Tidak ada jalan lain.
Sampai tahun lalu, aku setengah mati mencatat tentang Fortune Lover, dan menghafal apa pun yang aku bisa di setiap kesempatan. Karena itu, aku bisa dengan mudah mengingat bagaimana Katarina menindas sang protagonis. Baiklah! Mari kita lakukan. Panggung ini sekarang menjadi milik si penjahat, Katarina Claes.
Jadi aku menggunakan kalimat dari Fortune Lover, dan tanpa ampun menyerang karakter protagonis Maria. Hal-hal seperti “Sungguh. Apa kau tidak tahu posisimu?!” dan “Seseorang sepertimu lebih baik tidur di tanah, dan tetap disitu. Lagipula, tempat itu paling cocok untukmu. ”
Maria dan Mary untuk sesaat terpana pada dialogku – karena dialogku menyimpang secara jauh dari naskah. Tapi, keduanya, dengan kemampuan mereka, dengan cepat memahami situasinya dan berimprovisasi. Sesudah adegan ini, aku memastikan untuk menyembunyikan lembar contekan di tanganku pelan-pelan.
Dengan begitu, tirai drama pertama yang pernah kuikuti dalam hidupku ditutup…
“Nona Katarina … dialogmu, aktingmu saat menindas protagonis … paling indah.”
“Benar sekali! Dia mengeluarkan aura yang menyeramkan”
“Tidak kusangka Nona Katarina bisa berakting seperti itu… seolah-olah dia adalah orang lain! Tidak terduga sekali… ”
“Kau pasti memiliki punya bakat akting yang cukup, Nona Katarina! Benar-benar luar biasa! ”
Untuk alasan yang tidak aku ketahui, penampilan kecilku mendapat banyak pujian dari teman sekelas dan teman aku. Bahkan, kenalanku memuji usaha aku. Rupanya, beberapa dialog pertama yang kusampaikan dianggap sebagai ad-libbing yang disengaja. Aku menggunakan dialog Katarina dari Fortune Lover dan peran sebagai penjahat tampaknya diterima dengan sangat baik. Bahkan Maria dan Mary, yang terlempar oleh ad-libbing aneh aku, ikut memuji penampilanku.
Awalnya, aku merasa senang dengan semua pujian itu. Yang kulakukan hanyalah meniru apa yang dilakukan Katarina di Fortune Lover… Itu benar-benar bukan sesuatu yang istimewa. Tapi… sekarang semua orang memberi selamat padaku, aku perlahan merasa diriku berada di atas gelombang pujian itu. Aku terlalu terbawa suasana… dan kepala aku sudah berada di awan.
Aku harus menjadi aktris nantinya! Bukan Cuma pegawai di Kementerian Sihir. Sesudah kembali ke ruang tunggu, aku mulai berpose di depan cermin – pose yang dilakukan oleh tokoh saudara tiri di atas panggung.
Masih gembira dengan prestasi akting aku, aku melakukan pose yang sangat mengesankan di depan cermin, sebelum memenuhi wajahku dengan camilan yang diberikan saudara-saudara Geordo kepada kami.
Saat itulah salah satu asisten murid di belakang panggung memanggilku. “Nona Katarina, kau harus segera pergi ke pesta dansa. Anggota OSIS lainnya memanggilmu,”katanya.
Aku hanya bermaksud untuk melakukan serangkaian pose dan makan beberapa makanan ringan, tetapi akhirnya aku memakan waktu lebih lama dari yang kuduga. Beberapa waktu sudah berlalu. Pesta dansa itu adalah acara terakhir Festival Sekolah – Geordo akan menemaniku, dan aku berjanji kepada adikku dan teman-temanku kalau aku akan berdansa dengan mereka juga. Mereka tidak akan senang kalau aku terlambat.
Akademi agak gelap saat ini. Tapi, asisten murid di belakang panggung yang dengan baik hati memberi tahuku tentang waktu, menawarkan untuk mengantarku. “Aku akan memandu Anda ke tempat acara, Nona Katarina,” katanya, memegang lentera dan menuntunku. Biasanya, aku akan kembali ke kamar di jam begini, jadi aku tidak terbiasa melihat akademi dalam kegelapan.
Pesta dansa sangat cocok untuk mengakhiri festival sekolah di akademi yang diisi dengan bangsawan. Aku kira padanan di kehidupanku sebelumnya adalah api unggun sekolah dan folkdance. Ahh … akhirnya, aku tidak bisa makan yakisoba atau okonomiyaki favoritku. Sebagai gantinya, aku bisa makan semua jenis makanan lezat, tapi sekarang setelah mengerti, aku tidak boleh menyerah sekarang. Aku harus meminta koki untuk memasakkannya untukku kalau aku pulang.
Saat aku terus melamun tentang makanan enak apa yang bisa aku makan, murid yang membawaku ke pesta dansa tiba-tiba berhenti. Eh? Apakah disini tempat pesta dansanya? Tidak ada lampu di mana pun… setelah kulihat lebih teliti, kami sekarang berada di tempat yang agak jauh dari akademi. Tidak peduli bagaimana aku melihatnya, ini tidak mungkin tempat pesta dansa… Apakah dia tersesat karena terlalu gelap?
“Em … permisi …” aku memanggil murid yang mengatarku. Lalu tiba-tiba, seseorang yang tidak terlihat mencengkeram lenganku, dan meletakkan sesuatu yang tampak seperti kain di wajahku. Entah kenapa, kain itu berbau … manis. Tidak lama setelah menghirup roma manis yang aneh ini, seluruh tubuhku terasa berat, dan segera saja kesadaranku memudar.
Sebelum aku pingsan sepenuhnya, aku merasa mendengar suara Keith yang bergema di benakku dengan lembut. “Aku selalu bilang untuk berhati-hati, Kak…”