Kisah Kultivasi Seorang Regresor - Chapter 410
Chapter 410 – Regressor (回歸者)
Flutterflutterflutterflutter—
Kertas Kuno Hitam berkibar tertiup angin di depan mataku.
Aku menatap kosong pada kontrak yang tertulis di Kertas Kuno Hitam.
Heavenly Venerable of Time akan memutar balik waktuku ke masa sebelum rekan-rekanku dibantai, dan sebagai balasannya, aku akan mengungkapkan takdirku pada Heavenly Venerable of Time saat aku menyadarinya.
Aku bisa kembali.
Ke waktu itu!
Ke saat aku belum kehilangan koneksiku.
Aku gemetar di dunia yang pucat.
Gagasan untuk kembali tidak membangkitkan emosi apa pun dalam diriku.
Tapi kekuatan Heavenly Venerable of Time berarti titik Regresiku sendiri akan diperbaiki!
Ini akan memperbaiki waktu regresi kematian yang tidak terkendali!
Dug Dug—
Aku memegang erat hatiku yang gemetar.
“Ah…”
Aku mengerti.
“Ah…”
Aku…
Tidak akan pernah bisa menolak tawaran ini.
“Ahhh…!”
Pandanganku kabur.
Aku seseorang yang telah hidup selama 190.000 tahun.
Akulah seseorang yang mengira aku mampu mengendalikan diriku dalam kesakitan dan kehampaan.
Sekarang tahap Star Shattering sudah di depan mata, Aku adalah seseorang yang Kupikir telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Tapi sekarang, akhirnya Aku mengerti.
“Aaaaah! Aaaaaaah, aaaaaah…!”
Dari ujung jari hingga ke dasar dada, aku gemetar. Dan dari getaran itu, dan air mata yang mengalir karenanya, aku mengerti.
Manusia, tidak peduli seberapa kuat atau lemahnya,
Saat dihadapkan pada harapan, mereka adalah makhluk yang menjadi sangat rapuh.
Baik kata-kataku maupun kata-kata Yeon Wei salah.
Dunia ini tidak hanya dipenuhi harapan, juga tidak hanya keputusasaan.
Harapan itu sendiri adalah keputusasaan yang paling manis.
Berapa kali Aku mengharapkan hal ini?
Berkali-kali, dari waktu ke waktu, aku membayangkan diriku kembali ke sisi kawan-kawanku.
“B-Bisakah aku benar-benar kembali…?”
Aku bersujud.
Aku tunduk.
Tidak, jika dia manusia, Aku akan rela menjilati kakinya.
Sekalipun dia bukan manusia melainkan binatang, itu tidak masalah.
“Bisakah aku!? Bisakah aku benar-benar kembali ke masa itu!?”
Dengan mata merah, aku bertanya dengan putus asa yang tidak akan pernah bisa diulang.
Dan jawaban pun datang.
[Memang.]
Deeeeng—
Dari suatu tempat, ia berdering.
Suara lonceng brahma raksasa bergema di seluruh Heavenly Domain.
Puhak!
Pada saat yang sama, ada sesuatu yang muncul dari bawah kakiku, dan sesuatu yang turun dari atas.
Dalam sekejap, seolah-olah Langit dan Bumi terbelah menjadi dua.
Kuung!
Itu kompas raksasa.
Tidak, itu juga menyerupai jam matahari.
Pada saat yang sama, itu tampak seperti semacam perangkat yang menandai benda-benda langit di alam semesta.
Ia adalah kompas yang menghitung arah dan koordinat alam semesta, jam yang mengukur waktu melalui cahaya, dan Esensi (精華) dari Metode Kalender (曆法) yang menentukan kalender Langit, Bumi, dan semua fenomena.
Seolah-olah semua benda di alam semesta dan cahaya bintang di kosmos berkumpul di pusat struktur aneh namun sakral ini.
Sebelum berbincang dengan Heavenly Venerable of Time, Aku teringat sejenak Tahta Galaksi yang ku lihat.
Kugugugugung!
Kalau dipikir-pikir lagi, itu bukan Tahta.
Itu hanyalah salah satu dari sumbu bola langit yang tak terhitung jumlahnya yang dibentuk oleh sungai bintang.
Puhak!
Mataku pecah dan darah mengalir deras.
Jiiing—
Kepalaku berdenging.
Atas keterkejutan yang terasa seakan-akan otakku akan berhenti berfungsi, aku gemetar tak terkendali dengan mulut terkatup rapat.
Pasasasa—
Di hadapanku, abu yang terbentuk dari bunga persik musim semi yang kini telah lapuk menggumpal menjadi satu, dan Heavenly Venerable of Time kembali ke wujud manusianya.
Sosok manusia itu menatapku sebentar, lalu menundukkan kepala ke arah [suatu tempat].
‘Ah… aghh…’
Sekarang, akhirnya Aku mengerti.
Paaaat!
Wujud manusia dari Heavenly Venerable of Time.
Dalam sekejap, ia berubah menjadi South Polar Compass dan kemudian diserap ke dalam struktur raksasa di hadapanku.
Makhluk yang telah ku ajak bicara sampai sekarang bukanlah Heavenly Venerable of Time.
Bukankah ini tidak masuk akal sejak awal?
Jika dia adalah Heavenly Venerable of Time, Apa masuk akal bahwa tubuh utama Heavenly Venerable of Time telah menggendongku di punggungnya ke seluruh penjuru alam semesta selama 190.000 tahun untuk membuka Mata Star Veinku?
Cahaya bintang mulai memenuhi struktur itu secara bertahap.
Kepalaku meledak dan isi otakku berhamburan keluar.
Namun, meski begitu, aku tidak bisa mati.
Waktuku di sini sudah ditentukan, seakan-akan aku tidak akan pernah bisa melampaui kematian, bahkan jika Domainku, jiwaku, dan kesadaranku hancur berkeping-keping.
Pada saat yang sama, Aku bisa mengerti.
Tentang [makhluk yang selama ini ku ajak bicara].
Tentang [makhluk yang memperkenalkan dirinya padaku sebagai Heavenly Venerable of Time dan mengujiku].
Itu bukan Heavenly Venerable of Time.
Aku teringat kata-kata Jin Ma-yeol.
Bahwa [Pengrajin Surgawi] menciptakan harta abadi bagi [Dewa Kalender] untuk menampung kekuatan makhluk tersebut.
Memang.
Makhluk yang selama ini berbicara denganku adalah Harta Karun Abadi (仙寶) milik Heavenly Venerable of Time.
Wakil dari Dewa.
Tidak, lebih tepatnya, itu hanya perwujudan dari proksi.
Aku belum pernah sekalipun berbicara langsung dengan Heavenly Venerable of Time.
Aku hanya membahas kontrak dengan penjelmaan kuasanya.
Ketika aku akhirnya berpegang teguh padanya, wakil dari Heavenly Venerable—
Harta Karun Abadi milik Dewa memperlihatkan wujud aslinya.
Jiiing—
Kepalaku sakit.
Tang Tang Tang…
Saat aku menatap [bentuk] aslinya, aku kembali dikejutkan oleh dampak yang terasa seolah-olah Domainku runtuh.
[Wujud aslinya] adalah bola langit yang ditempa dari sungai bintang, sebuah wadah yang mampu menampung seluruh Heavenly Domain.
Pengetahuan, bersama dengan [Sebuah Nama], mengalir ke dalam pikiranku.
Harta Karun Abadi (仙寶) milik Dewa Waktu.
Southern Polar Ritual Treasure (南極寶儀), Yeong Seung (令升).
Tak mampu mati, dengan tubuh bagian atasku hancur total dan hanya jiwaku yang tersisa, aku berlutut dan berteriak putus asa di hadapan keagungan [Yeong Seung (令升)].
Kiiiiing—
Menatap [Itu], kemungkinan waktu yang tak terhitung mengalir ke dalam pikiranku.
Jiiiiing—
Gagal mengikuti Kim Young-hoon, kemungkinan menghabiskan seribu tahun meneliti sabun dan mencapai puncak sabun.
Menyerah pada Yuan Li dan menjadi muridnya, kemungkinan naik ke Alam Blood Yin lalu menyerang Alam Bright Cold, merobek dan memakan hati Kang Min-hee untuk maju ke tahap Star Shattering.
Atau setelah meyakini bahwa Harta Karun Abadi milik Dewa Waktu sebenarnya adalah Heavenly Venerable of Time hingga akhir, kemungkinan untuk diejek hingga akhir dan dipaksa menandatangani kontrak di bawah ancaman Harta Karun Abadi, yang menyebabkan Regresiku yang kedua puluh.
Kemungkinan yang tak terhitung jumlahnya mengalir di hadapanku.
Namun bukan itu yang penting.
Yang menakutkan adalah [simbol] yang terukir di jalan Yeong Seung!
[Ular Hitam Menggigit Ekornya]
[Gunung (山) yang memancarkan kegelapan]
[Taiji Berbentuk Janin]
[Matahari Hitam]
[Burung Terjebak Dalam Sangkar]
[Sepasang Mata Matahari Dan Bulan]
[Tombak Petir]
[Roda Putih]
[Enam Bintang yang Saling Terhubung]
[Benih Transparan]
[Three Great Ultimate yang Menghitam]
Total ada sebelas simbol yang diukir dalam skala besar.
Beberapa dari mereka bersinar terang, namun [Ular Hitam] dan [Mata Matahari dan Bulan] tidak memancarkan cahaya apa pun, dan meskipun [Tombak Petir] dan [Janin] bersinar, cahayanya sangat redup.
Pasasasasa—
Dunia tampaknya menjadi putih.
Melalui [simbol] itu, makhluk [di luar] itu sedang mengawasiku!
[Pemilik Gunung Agung] sedang mengamatiku melalui tanda Gunung (山).
: : Apa Kau di sana? : :
Dengan ‘kehendak’ itu, pandangan yang tertuju padaku lenyap.
Tapi aku bisa mengetahuinya.
Seluruh tubuhku menggigil!
Mereka datang.
Deeeeng—
Sekali lagi, suara lonceng brahma bergema di seluruh alam semesta.
Itu suara yang berasal dari pusat bangunan di hadapanku, tempat cahaya bintang berkumpul.
Tttttt—
Sosok tua itu muncul di hadapanku sekali lagi.
Tapi ini bukan lelaki tua yang sama yang muncul sebelumnya.
Dengan cahaya dan bayangan yang berputar di sekujur tubuhnya, ia mencoba meniru manusia dengan canggung.
Tubuh [sesuatu yang menyerupai manusia] berputar.
Tampaknya ada suatu eksistensi di luar kematian yang dengan canggung menyesuaikan wujudnya untuk berkomunikasi dengan manusia biasa sepertiku.
Inkarnasi dari Harta Karun Abadi yang telah berbicara denganku beberapa saat yang lalu, South Polar Compass.
Aku menyadari bahwa Ia sekarang berhenti menampakkan diri sebagai inkarnasi, dan malah bersiap untuk berbicara denganku sebagai tubuh utama dari Harta Abadi Yeong Seung.
: : Atas nama Dewa, aku akan bertanya padamu. : :
Ia bertanya.
: : Apa kau akan membuat kontrak dengan Dewa? : :
Paaaatt!
Tubuhku berbalik sekali lagi.
Tubuhku dan Domainku, yang memandangi pecahan-pecahan kehidupan yang jauh, mulai pulih, seolah-olah waktu berputar kembali.
Aku ingin menjadi gila.
Tidak, aku ingin kehilangan akal, meneteskan air liur, dan menangis tersedu-sedu.
Tapi aku tidak bisa.
Makhluk di hadapanku melarang hal itu dan memaksaku untuk menjawab.
“…Aku… Aku…”
Dengan seluruh tubuhku gemetar, aku menangis.
Aku harus menjawab.
Aku harus menjawab.
Bukankah makhluk agung di hadapanku sedang menunggu jawaban?
Dan kemudian, itu terjadi.
Jiiiiing—
Sekali lagi, ada sesuatu yang beresonansi.
Dan Aku mengerti.
Ini bukan sakit kepala yang terngiang dalam kepalaku.
Melainkan, itu adalah sesuatu yang bergema jauh di dalam dadaku.
Benar sekali, ini…
‘Ah…’
Itulah Colorless Glass Sword yang telah selaras denganku selama 190.000 tahun.
Gelombang yang datang dari [suatu tempat] terhubung ke Colorless Glass Sword itu!
Gelombang itu membangunkan pikiranku.
Saat gelombang mencapai puncaknya, Aku dapat melihat suatu penglihatan sesaat.
Itu adalah seorang wanita berpakaian putih yang sedang membelai rusa berwarna giok.
Tidak, Aku keliru.
Yang dibelainya adalah norigae berwarna giok.
Dia menatapku dan mengatakan sesuatu.
—Apa yang baru saja kuberikan padamu juga kutukan?
Kenangan saat itu membasahi dadaku.
Dengan itu, aku tersadar.
Entah kenapa, kehadiran Yeong Seung yang luar biasa, yang membuatku takut, sepertinya tak lagi berarti.
“… Wahai Yang Maha Agung”
: : Bicara. : :
“Yang Maha Agung berkata jika aku membuat kontrak, Kau akan memutar balik waktu, benar kan?”
: : Itu benar. : :
“Satu hal, bolehkah orang rendahan ini bertanya?”
Aku menundukkan dan bersujud di hadapan-Nya.
“Jika waktu dapat kembali, dan aku bertemu dengan kawan-kawan di masa itu, akankah mereka menjadi orang-orang yang ku rindukan?”
: :…: :
“Tolong berikan aku jawaban.”
Itu tidak merespon.
Dari kesunyiannya, aku bisa yakin.
Aku sudah tahu.
Itu adalah sesuatu yang sudah ku ketahui sejak lama.
Itu fakta yang ku pelajari setelah berulang kali kembali ke masa lalu.
Tidak peduli berapa kali pun waktu berputar, aku tidak akan pernah bisa kembali ke masa yang ku inginkan.
Suatu paradoks yang ironis.
Ada orang yang kehilangan orang yang dicintainya.
Mereka mengalami Regresi dan tiba pada titik tepat sebelum kehilangan orang yang mereka cintai.
Tapi Apa ‘orang yang hilang’ dan ‘orang yang mereka cintai’ benar-benar makhluk yang sama?
Sama sekali tidak.
Orang yang kembali bersama dengan ‘orang yang hilang’ hingga kematiannya, Tapi ‘orang yang mereka cintai’ setelah kembali adalah seseorang yang belum mengalami kematiannya sendiri.
Dengan kata lain, kecuali ‘dia yang hilang’ juga mengalami Regresi bersama dengan dia yang kembali, tidak peduli berapa kali Orang itu kembali, mereka tidak akan pernah bisa bertemu dengan dia yang mereka cari.
Sekalipun hanya perbedaan beberapa detik saja antara mereka dibantai atau tidak, seperti usulan dari Harta Abadi di hadapanku, hasilnya sama saja.
Aku memikirkan Kim Young-hoon, yang bertahan sampai akhir.
Aku memikirkan Buk Hyang-hwa, yang mencari Kim Yeon dan juga meminta bantuanku.
Aku teringat Oh Hyun-seok, yang meninggal tanpa sempat mengumpat.
Aku teringat Seo Ran yang dilahap dengan cara yang tidak masuk akal dan tidak ada gunanya.
Dan aku teringat pada familiarku, yang berjanji akan menjagaku sepanjang aku mengingatnya.
Jika aku kembali ke masa lalu, aku akan kembali ke masa sebelum mereka menemui ajal mereka.
Kalau begitu, bagaimana aku bisa mengingat saat-saat terakhir mereka?
Apa itu berarti mereka tidak bisa bersamaku di saat-saat terakhir mereka?
Memang.
Ini hanya masalah beberapa detik saja.
Tidak, perbedaan satu detik pun adalah sama.
Menjadi satu detik kemudian pasti berbeda dengan menjadi satu detik lebih awal.
Karena Aku sangat menyadari hal ini lebih dari orang lain, Aku harus melepaskannya.
Karena aku sangat menyadari hal ini lebih dari siapa pun, aku tidak tega meminta orang yang sangat kucintai untuk ikut denganku, dan hanya bisa meninggalkannya dengan norigae.
“Jika… kau benar-benar ingin mengirimku kembali, maka kirimlah juga semua rekanku. Jika tidak, aku tidak akan membuat kontrak apa pun denganmu!”
Baru sekarang Aku mengerti.
Berkat getaran Colorless Glass Sword, tidak.
Terima kasih padanya, yang telah bertukar hati denganku—tidak.
Berkat semua koneksi yang telah berakar dalam diriku, aku mampu mewujudkan hal ini.
Termasuk kata-kata Yang Su-jin, semua koneksi yang telah ku kumpulkan sampai sekarang memberi tahuku.
Waktu yang telah berlalu tidak akan pernah bisa kembali.
Dan kata-kata yang terucap tidak dapat ditarik kembali.
Dalam hal itu, takdir yang telah diucapkan tidak dapat diubah lagi.
Takdirku adalah takdirku, dan koneksiku adalah koneksiku.
Dan waktuku adalah waktuku.
Apa yang telah berlalu memiliki makna tersendiri.
Betapapun menyakitkannya, aku akan menerimanya!
Aku tidak akan memperdagangkan waktu Aku yang telah berlalu sebagai objek transaksi!
“Aku tidak akan kembali ke masa itu.”
: :…: :
Setelah jeda sejenak, South Polar Compass yang menatapku, Yeong Seung, berbicara padaku.
: : Itu tidak diperbolehkan. : :
Tepat saat Aku hendak mengatakan sesuatu.
Daeeng—
Aku mendengar bunyi lonceng brahma yang ketiga.
Kuung!
Tubuh utama Yeong Seung mulai bergerak.
Lintasan dan simbol yang tak terhitung jumlahnya di Bola Langit mengalami banyak sekali transformasi seiring perubahan orbitnya.
Aku dapat merasakannya.
Setiap kali tubuh utama Yeong Seng bergerak, Star Vein Heavenly Domain berubah secara nyata!
Pada saat yang sama, Yeong Seung, yang telah dengan penuh perhatian menyesuaikan level [nya] di hadapanku, sekali lagi mengungkapkan kekuatan penuhnya.
Sekali lagi aku menjadi gila dan meratap.
Namun, aku tidak serta-merta kehilangan akal.
Jiiiiing—
Sambil memegang Colorless Glass Sword dan dengan tekad yang kuat, aku berhasil mencegah diriku sendiri untuk mencap kontrak di hadapanku.
Aku akan mati sekarang.
Itu sudah pasti.
Itu wajar saja, karena Aku memprovokasi makhluk transenden.
Aku tidak mengesampingkan kemungkinan disiksa selama ratusan juta tahun sebelum mati.
Tapi meski begitu!
Satu hal ini, Aku yakin.
“Aku!”
Bahkan di tengah benturan yang terasa seakan seluruh tubuhku hancur, aku tetap berteriak.
“Aku tidak salah!”
Waduduk!
Aku merasa lenganku dicabut.
Kemudian, suatu kehendak raksasa dengan paksa mengambil tanganku dan menempelkannya pada kertas hitam itu.
Kontrak pada kertas hitam telah berubah di beberapa titik.
—Atas wewenang Pelayan Waktu, Ender akan mengalami Regresi sebesar 1 gak (15 menit).
Saat Aku melihat kata-kata itu, Aku kehilangan kesadaran karena rasa sakit yang membakar yang membuat pikiranku kosong.
* * *
Dunia yang diselimuti awan debu pucat.
Di sana, seorang lelaki tua berjubah putih sedang meratap.
Di depan matanya, selembar kertas hitam berkibar.
Orang tua itu melolong di dalam dunia awan debu, dan bergerak seolah-olah mematuhi makna suara yang bergema di seluruh dunia.
Tapi pada suatu saat, lelaki tua itu berhenti melolong.
Dan dengan mata jernih, dia berbicara.
“Aku tidak akan kembali!”
Di dalam awan debu.
Pemilik suara yang berbicara pada lelaki tua itu terdiam sesaat sebelum membuatnya gila.
Dalam keadaan gila itu, orang tua itu dituntun untuk membubuhkan stempel pada kontrak.
Namun pada akhirnya, dia tidak membubuhkan cap itu.
Akhirnya, pemilik suara itu, yang telah mengambil bentuk seperti seorang pria tua,
Harta Karun Abadi Dewa Waktu,
Yeong Seung dari South Polar Compass, memotong tangan lelaki tua itu dan memaksakan segelnya pada kontrak.
Isi kontrak telah diubah pada titik tertentu.
—Atas wewenang Pelayan Waktu, Ender akan mengalami Regresi sebesar 1 gak.
Orang tua itu meninggal.
Dan mata Yeong Seung bersinar.
Daeeng—
Dengan suara lonceng brahma yang berdentang, mulai dari pusat tubuh utama Yeong Seung, suara perubahan Star Vein alam semesta bergema.
Di antara orbit dan jarum yang tak terhitung jumlahnya yang melekat pada tubuh Yeong Seung, jarum yang berlabel ‘Reforming Calendar’ tampak bersinar merah.
: : Merah (赤) pada dasarnya adalah sebuah siklus (循環). : :
Saat Star Vein yang tak terhitung jumlahnya itu tampak berputar, waktu dalam ruang yang ditempatinya pun berbalik dalam sekejap.
Dan, lelaki tua yang baru saja meninggal itu hidup kembali dan meratap.
Kali ini, Yeong Seung mencoba cara lain untuk membujuk lelaki tua itu.
Namun pada akhirnya, mata lelaki tua itu kembali jernih, dan dia menolak tawaran Yeon Seung.
Waktu berputar lagi dan siklusnya berulang.
Di tengah semua itu, Yeong Seung bergumam dengan tatapan serius.
: : Tetap menolak. : :
Dong—
Lonceng brahma berdentang dan waktu dalam Domain Heavenly Venerable of Time pun berbalik.
: : Ini adalah Domain Dewa. Di tempat ini, kita dapat mengulanginya sebanyak yang diperlukan. : :
Kegilaan tertentu tampaknya berkelebat di mata Yeong Seung.
: : Demi kepulangan Tuanku dengan selamat, aku akan melakukan apa saja. : :
Dong—
Sekali lagi, dari pusat cahaya bintang di dalam tubuh Yeong Seung, suara lonceng brahma bergema.
Waktu berputar sekali lagi, dan kali ini, upaya persuasi lainnya dilakukan.
Tapi hasilnya sama saja.
Awalnya, Seo Eun-hyun tampak menangis dan berpegangan pada Yeong Seung, Tapi segera dia sadar kembali dan menolak tawarannya.
Tidak peduli berapa kali diulang, hasilnya tetap sama.
Akhirnya, ketika jumlah regresi skala kecil dalam domain waktu mencapai seratus,
Baru saat itulah Yeong Seung menyadari ada sesuatu yang salah.
Ia mengambil bentuk manusia biasa dan melotot ke arah Seo Eun-hyun di hadapannya.
[…Apa-apaan kau?]
“Maaf…?”
Ia mengirimkan inkarnasi berupa South Polar Compass dan mengamati Seo Eun-hyun di sisinya selama 190.000 tahun, mempercayai Ia telah memahami segalanya tentang dirinya.
Baginya, kawan adalah segalanya dalam hidup.
Di mata Harta Karun Abadi Heavenly Venerable, Yeong Seung, yang telah mencapai puncak dunia,
Orang yang sama sekali tidak akan pernah bisa mencapai tahap Star Shattering adalah orang bernama Seo Eun-hyun.
Tidak mau meninggalkan apa pun, dia adalah inti dari orang yang tamak.
Tapi ada sesuatu yang aneh.
Orang serakah yang diamatinya selama 190.000 tahun, pada saat yang genting, selalu bertindak dalam cara yang menyimpang dari prediksinya.
“…Aku… tidak akan kembali!”
Seratus kali.
“Waktu yang telah berlalu tidak dapat kembali.”
Seratus lima puluh kali.
“Bahkan jika Kau adalah Dewa Waktu.”
Tiga ratus kali.
“Kehidupan yang telah berlalu, dengan sendirinya…”
Lima ratus kali.
“Dengan sendirinya, sudah ada di dalam diriku.”
Seribu kali.
“Jadi, Aku tidak akan pernah kembali.”
Berulang-ulang, bunyinya, seperti suara burung beo, atau seperti artefak ajaib pemutar rekaman, terus berulang.
Dan sekitar saat itulah Yeong Seung mengerti sesuatu.
[Aku mengerti… Kau menerima bantuan dari luar.]
Seo Eun-hyun tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri.
Beraninya seorang manusia biasa berharap untuk tetap waras di hadapan pangkat Yeong Seung, yang meminjam kekuatan Dewa Waktu!?
[Seseorang], di setiap momen krusial, membantu Seo Eun-hyun.
[Siapa?]
Yeong Seung melotot ke arah Seo Eun-hyun.
Tidak ada yang luar biasa.
Baik Domainnya, maupun harta dharma yang dikenal sebagai Colorless Glass Sword, maupun kemampuan Suku Hatinya.
Tidak ada yang tampak aneh.
Tidak ada yang dapat dirasakan.
Secara harfiah, semua hal tentang Seo Eun-hyun tidak berwarna sebagaimana yang tersirat dari sifatnya.
Namun ia dapat mengetahuinya.
Terus-menerus mencoba berbagai cara untuk membujuk Seo Eun-hyun, hanya untuk selalu ditolak, Ia mengerti.
Dia pasti tidak bertahan hanya dengan kekuatannya sendiri!
Yeong Seung menyiksa Seo Eun-hyun.
Kadang-kadang Ia memberi kesenangan, kadang-kadang harapan, dan di lain waktu, Ia memberikan tawaran yang mustahil ditolak.
Namun tiap kali, itu terblokir.
Dan setiap kali, dia mengulang kata-kata yang sama.
“Aku tidak akan pernah kembali ke masa itu!”
[…Kau.]
Ketika kelima ribu percobaannya gagal.
Yeong Seung akhirnya berhasil mendapatkan petunjuk.
Colorless Glass Sword yang diabaikannya.
Pedang yang tampaknya tidak penting, Tapi terasa seperti terbuat dari pasir.
Lukisan hubungan semua fenomena (萬象因緣圖) yang terkandung dalam pedang itu.
Dari dalamnya, gelombang yang terhubung ke [suatu tempat] mengalir.
[Siapa kau?]
Yeong Seung mendekati Seo Eun-hyun, yang telah menjadi tak lebih dari sekadar daging cincang, dan menyambar Colorless Glass Sword.
[Aku tahu ada banyak entitas yang bergantung pada yang satu ini, Tapi ini adalah Domain Heavenly Venerable. Hentikan pengamatanmu dan pergilah sekarang juga!]
Dong—
Suara lonceng brahma bergema, dan waktu mulai berputar balik.
Klinkklinkklinkklinkklinkklinkklinkklinkklinkklink—
Tubuh utama Yeon Seung berputar, menenun Star Vein, dan menggunakan kekuatan itu untuk membalikkan waktu di dalam domain, Ia bermaksud untuk mengusir entitas yang terhubung dengan Colorless Glass—
Crack-
[….]
Yeong Seung tiba-tiba menyadari bahwa semua fenomena dalam domain waktu telah terhenti sejenak.
Kulitnya langsung pucat dalam sekejap.
Domain waktu telah berhenti secara paksa, dengan kekuatan yang seolah-olah seseorang mencengkeramnya dengan kuat.
Orbit dan jarum yang hendak membalikkan waktu terhenti secara paksa.
Ia mengalihkan pandangannya ke ujung terjauh dari domain waktu.
[…Cahaya seharusnya mengawasi, jadi bagaimana…? Tidak.]
Setelah ragu sejenak, Ia dengan cepat mengirimkan inkarnasinya, South Polar Compass, ke tepi domain waktu.
Batas Heavenly Domain.
Swoosh!
Tiba di tepi waktu melalui South Polar Compass, Ia menatap entitas yang telah menghentikan jalannya dari luar domain waktu.
Gunung Agung (太山) yang sangat besar dan dahsyat, begitu luas hingga tampaknya menghancurkan Langit dan Bumi dan seluruh alam semesta, muncul di depan mata Yeong Seung.
Yeong Seung mengubah inkarnasinya ke bentuk manusia dan menundukkan kepalanya sehormat-hormatnya.
“Wahai Pemilik Gunung Agung, aku mengerti apa yang mungkin telah membuatmu marah. Namun, ini adalah wilayah…”
: : Diam : :
Suara yang bergema di Langit dan Bumi menyebar ke seluruh alam semesta.
: : Splitting Emperor: :
Saat berikutnya, bahkan di area tempat tubuh utama Yeong Seung berada, domain waktu terkoyak dan semua hal di Surga dan Bumi musnah.
Klinkklinkklinkklinkklink—
Lintasan dan orbit yang tak terhitung jumlahnya, jarum dan simbol yang mengelilingi tubuh utama Yeong Seung, Southern Polar Ritual Treasure, bergerak.
Tanda-tanda kalender yang tak terhitung jumlahnya melayang di sekitar Yeng Seung, dan Star Vein beresonansi dengan seluruh alam semesta—
Flash!
Dengan satu gerakan dari makhluk di puncak Gunung Agung, separuh tubuh Yeong Seung terkoyak.
: : Saat Tuanku kembali, kau tidak akan diampuni. : :
Meski separuh tubuhnya terkoyak, Yeong Seung berbicara tanpa emosi pada Gunung Agung yang tampaknya menghancurkan alam semesta.
Dan jawaban bergema dari arah Gunung Agung.
Ahahahahahaha—
Kekekekeke—
Hahahahaha!
Itu bukan suara Dewa Gunung.
Itu adalah tawa mengejek yang berasal dari mayat dan tengkorak yang tak terhitung jumlahnya, wajah-wajah orang mati, yang tersebar di seluruh Gunung Agung.
Tengkorak, mayat, dan orang mati yang tak terhitung jumlahnya itu berbicara serempak, menyampaikan maksud Dewa Gunung dengan ejekan.
[Jika kau tidak ingin terjebak seperti Harta Karun Abadi Hukuman Surgawi dan membusuk di sana selama-lamanya, Dia bilang kau harus diam!]
[Dia bilang diam saja!]
[Dia bilang diam saja!]
Hahahahahahahaha—
Kekekekeke—
Kuhahahahaha!
Ahahahaha!
Jauh melebihi perbandingan dengan ratapan dari kedalaman Neraka yang terdalam, keributan yang menusuk tulang belakang dari orang mati.
Yeong Seung memperhatikan makhluk itu saat Ia diam-diam mengendalikan orbit yang mengelilingi tubuhnya.
: : Apa Kau benar-benar berniat berperang melawan waktu untuk selama-lamanya? : :
Pada saat berikutnya, separuh tubuh Yeong Seung yang tersisa terkoyak lagi.
Seolah berkata Dia tidak berniat bertukar kata-kata dengan makhluk yang derajatnya lebih rendah.
Seolah berkata, diam saja dan enyah.
Dewa Iblis yang kejam itu dengan arogan menatap Yeong Seung.
Yeong Seung, dalam inkarnasinya, sekilas menatap ke arah Dewa Iblis.
Di samping Dewa Iblis itu, sebuah Gunung Garam kecil memancarkan cahaya redup.
: : Hanya dengan itu, Apa kau benar-benar percaya kau dapat menghindari Cahaya… Wahai Dewa yang Sombong… kau akan menghadapi penyesalan. : :
Dan dengan kata-kata Yeong Seung, seluruh Gunung Agung mulai meluap dengan lava merah.
Bukan, itu bukan lava.
Itu darah merah, panasnya seperti lava.
Dong—
Lonceng brahma berdentang sekali lagi.
Dan Domain waktu bergetar hebat.
Seluruh Alam gemetar karena bentrokan mereka.
* * *
Dong—
Aku tidak tahu sudah berapa kali.
Di dalam lubang debu abu di tempat tak dikenal, aku merenungkan bahwa suara lonceng brahma yang berdering di telingaku adalah sesuatu yang sudah sering kudengar sebelumnya.
‘Apa itu?’
Suatu perasaan aneh yang tidak wajar meliputi sekujur tubuhku.
Rasanya seolah-olah sesuatu telah ‘diulang’ beberapa kali.
Mungkin, Yeon Wei merasakan hal ini saat melihatku.
Apa banyak di antara mereka yang terkejut saat melihatku merasakan hal yang sama?
Yang pasti…
‘Sesuatu sedang terjadi.’
Entah mengapa, suara Heavenly Venerable of Time, yang baru saja berbicara padaku, tidak terdengar lagi.
Aku menggenggam erat Colorless Glass Sword dan memejamkan mataku.
‘Bisakah Aku benar-benar… kembali?’
Pasti bisa.
Itu Dewa Waktu!
Sang Penguasa Tahun dan Dewa Kalender juga.
Jika memang makhluk seperti itu, tentu Dia bisa mengirimku kembali.
Tapi aku merasakan… ada kekosongan di sebagian dadaku.
“Wahai Sang Pemilik Waktu, mohon berikanlah aku jawaban. Dapatkah Engkau benar-benar mengembalikanku ke masa itu?”
Tanyaku, merasakan emosi lain mendidih di dalam diriku untuk menutupi kekosongan itu.
Dan,
Tidak ada respon.
“…?”
Beberapa saat yang lalu, Heavenly Venerable of Time, yang hancur menjadi abu dan berbicara seolah-olah Dia dapat memutar balik waktuku kapan saja, tiba-tiba terdiam.
Aku menyentuh dadaku dengan lembut.
Kontrak untuk mengungkap Takdirku terlalu mencurigakan.
Yang Su-jin berkata, aku tidak boleh mengungkapkan sedikit pun jejak Takdirku.
Dan jika mengingat perkataan Yang Su-jin, yang mengatakan hanya ada satu makhluk di antara Governing Immortals yang bisa dipercaya, usulan Heavenly Venerable of Time itu menakutkan.
Tapi…
‘Aku… tidak bisa menolak tawaran ini…’
Itu adalah manusia bernama Seo Eun-hyun.
Bahkan jika suatu hari aku menyadari takdirku dan mengungkapkannya pada Heavenly Venerable of Time, yang mengakibatkan kematian menyedihkan seperti Yang Su-jin.
Kalau saja hari ini aku bisa bertemu dengan kawan-kawanku dari masa itu, aku tidak akan ragu untuk mengungkapkan Takdirku.
‘Aku ingin… bertemu mereka.’
Hong Fan, Buk Hyang-hwa, Kim Yeon, Kim Young-hoon, Oh Hyun-seok, Seo Ran, Jeon Myeong-hoon, dan lainnya…
Aku memikirkan teman-temanku satu per satu saat mereka muncul dalam pikiranku.
Selama 190.000 tahun, Aku berlarian hanya untuk mengingatnya, jadi bagaimana mungkin Aku tidak ingin melihatnya lagi?
Jika saja aku dapat melihat mereka sekali lagi…
Aku mengepalkan dadaku ketika memikirkan mereka.
“Wahai Pemilik Waktu… tolong jawab!”
Jika memang benar-benar yakin aku bisa kembali, tak perlu ragu!
Itulah yang ku yakini.
Namun tetap saja, tak ada jawaban dari langit yang tertutup debu.
“…”
Aku menunggu sebentar.
Aku menunggu dua jam.
Aku menunggu sehari.
Tiba-tiba, seolah-olah Heavenly Venerable of Time meninggalkan tempat duduknya, tidak ada jawaban sama sekali.
Aku mengamati tubuhku.
‘Umur tubuh ini telah berakhir.’
Hanya otoritas Heavenly Venerable of Time yang dapat menyatukannya.
‘Berapa lama dia berniat melakukan ini?’
Katanya dia ingin membuat kontrak denganku, tapi kenapa dia tidak mengatakan apa pun?
Aku menunggu untuk waktu yang lama.
Dan ketika Heavenly Venerable of Time masih tidak memberi respons, aku mengambil Colorless Glass Sword.
Jika Heavenly Venerable of Time hendak meninggalkanku, kupikir sebaiknya aku memurnikan Colorless Glass Sword pada saat itu.
Juuung—
Saat Colorless Glass Sword disempurnakan dalam Dan Fire milikku, retakan yang membelahnya mulai pulih.
Paaaatt!
Saat kondisi Colorless Glass Sword pulih, ia kembali lagi ke tubuhku, di dalam dunia kecil.
Dalam keadaan itu, Aku mulai memurnikan Colorless Glass Sword sekali lagi.
‘Mulai sekarang, aku tidak akan kehilangannya lagi.’
Harta dharma tahap Integrasi berasimilasi sepenuhnya dengan pusat domain.
Wo-woong!
Saat Colorless Glass Sword dimurnikan dalam Dan Fire, ia mengalir menuju pusat bintang.
Akhirnya, ketika mencapai pusat bintang, Aku merasakan Qi Colorless Glass Sword dan jiwaku menjadi satu melalui energi bintang.
Harta dharma yang berasimilasi dengan pusat suatu domain pada tahap Integrasi disebut Refining Void Dharma Treasures (煉虛法寶).
Mengapa disebut harta dharma yang memurnikan kekosongan (虛)?
Seperti ungkapan ‘sepuluh ribu aliran kembali ke asal,’ saat seseorang melewati tahap-tahap kultivasi, batasan antara berbagai jalan secara bertahap mulai kabur.
Sejak saat harta dharma berasimilasi dengan pusat suatu Domain, ia menjadi saluran yang terhubung ke Esensi dari Kultivator Agung tahap Integrasi.
Dari tahap Integrasi dan seterusnya, bahkan kekuatan Suku Hati dapat ditiru, meski samar-samar.
Memurnikan kekosongan (虛) dari hati yang kosong (心空) disebut Pemurnian Kekosongan (煉虛).
Menggabungkan Langit dan Bumi disebut Dao Terpadu (合道)
Karena Surga, Bumi, dan Hati menyatu maka disebut dengan Refining Void Integrated Dao (煉虛合道).
Itulah sumber kekuatan yang dimiliki oleh para kultivator tahap Integrasi.
Tentu saja, secara umum, Refining Void Dharma Treasures sangat sulit untuk dimurnikan.
Bahkan para Kultivator Agung tingkat Integrasi rata-rata harus mengabdikan sedikitnya sepuluh ribu tahun fokus pada satu pikiran hanya untuk mengasimilasi harta dharma dengan jiwa dan roh mereka untuk memperoleh Refining Void Dharma Treasures.
Akan tetapi, dalam kasusku, jalan menuju Esensi Hatiku sudah terbuka, dan aku hanya menambahkan Colorless Glass Sword ke jalan itu secara alami, jadi tidak perlu membuang banyak waktu.
Saat aku menghubungkan Esensi Hatiku dengan Colorless Glass Sword, maka secara alamiah ia menjadi Refining Void Dharma Treasures.
‘Dengan ini…’
Colorless Glass Sword, Canvas of Myriad Forms and Connections, tak akan lagi terpisahkan dariku.
Aku membuka setengah mataku dan membuka Canvas of Myriad Forms and Connections melalui Colorless Glass Sword, yang kini berasimilasi dengan domain esensi hatiku.
Jika Heavenly Venerable of Time tidak menemuiku, paling tidak aku akan menghabiskan waktu ini untuk mengenang kawan-kawanku.
Ya, tentu saja itu harus terjadi.
Dong—
Entah mengapa, suara serupa terdengar dari dalam Canvas of Myriad Forms and Connections.
‘Apa ini?’
Aku melangkah maju dari titik awal Canvas of Myriad Forms and Connections.
Seperti biasa, titik awalnya adalah ilusi orang tuaku.
Dan saat aku melewati mereka, ilusi hidupku perlahan mulai terungkap.
Ilusiku mengalir terus-menerus di belakangku, menciptakan gambaran Regresiku.
Siklus pertama, siklus kedua, siklus ketiga…
Siklus ketujuh belas, kedelapan belas, kesembilan belas…
Siklus waktu yang tak terhitung jumlahnya berlalu di belakangku.
Dan kemudian, kawan-kawan di siklus saat ini.
Ilusi berlalu begitu saja dari diriku.
Sambil memandanginya, aku berdiri di sana sejenak, hanyut dalam kenangan.
Saat itu,
Toong—
Terdengar suara tetesan air yang jatuh.
Saat aku menyadari sesuatu dalam Canvas of Myriad Forms and Connections, mataku terbuka lebar.
Di kejauhan,
Di balik kabut tipis, seekor rusa hijau tengah berlari.
Dengan bodohnya aku mengulurkan tangan ke arah rusa itu.
Akan tetapi, semakin aku mendekat, semakin jauh pula rusa itu menjauh dariku.
‘Apa itu…?’
Awalnya Kupikir itu ilusi.
Tapi ini [kedua kalinya] Aku melihatnya.
Jika ini kedua kalinya, itu tidak mungkin ilusi.
Itu sesuatu yang nyata!
Sekalipun ia menjauh, aku tetap berlari ke arah rusa itu.
Di dalam Canvas of Myriad Forms and Connections, Aku melewati kabut tipis dan terus berlari!
Dan pada suatu titik,
Dong—
Aku membuka mataku lebar-lebar ketika mendengar suara yang familiar itu.
Sudah hilang.
Adegan waktu dan ruang, yang sepenuhnya hilang dari ingatanku, ada dalam Canvas of Myriad Forms and Connections.
Dong—
Suara lonceng brahma yang jelas namun entah mengapa terdengar menakutkan.
Dan kemudian, aku melihat versi [Aku] yang tak terhitung jumlahnya.
Aku terus menerus menolak tawaran Heavenly Venerable of Time.
Dan Heavenly Venerable of Time terus mengembalikanku ke beberapa saat yang lalu.
Waktu di seluruh alam semesta tampaknya tidak terbalik, hanya ruang di sekelilingku saja.
Namun, melihatnya tak henti-hentinya mengembalikanku ke masa lalu, dengan obsesi fanatik memutar balik waktu hingga kata-kata ‘Aku akan membuat kontrak’ keluar dari mulutku, aku berdiri di sana dengan mulut menganga.
Tapi ketika adegan berikutnya muncul, Aku terkejut sekali lagi.
Harta Karun Abadi milik Dewa Waktu.
Southern Polar Ritual Treasure!
Itulah jati diri sebenarnya dari lelaki tua yang selama ini menyebut dirinya sebagai Heavenly Venerable of Time.
“…Ha, haha, hahahaha!”
Saat itulah Aku akhirnya mengerti.
Heavenly Venerable of Time tidak datang secara pribadi untuk menemui serangga sepertiku.
Semua prestasi luar biasa sejauh ini telah dilakukan semata-mata oleh bawahan dan Harta Abadi Dewa Waktu, Southern Polar Ritual Treasure, oleh makhluk bernama Yeong Seung.
Melihat hampir lima ribu regresi berskala kecil, Aku tertawa hampa.
Dalam Regresi itu, Aku mengalami siksaan yang tak terhitung jumlahnya, merasakan harapan, dan menghadapi keputusasaan.
Kenangan saat itu mengalir dalam diriku.
Tis Tis Tis…
Aku merasakan sesuatu mengalir dari mataku.
Apa ini?
Warnanya merah.
Itu adalah air mata darah.
Berkali-kali aku ditipu oleh Yeong Seung, kesedihan dan rasa sakit dari Regresi kecil yang tak terhitung jumlahnya itu meledak sekaligus.
Aku menatap langit dan tertawa, kehabisan energi.
Lihat.
Inilah perbedaan antara seorang Governing Immortal dan aku.
Hanya dengan kekuatan harta karun abadi milik makhluk agung, aku harus menyaksikan rekan-rekanku dirobek-robek, dan harus menanggung siksaan melalui regresi skala kecil yang tak terhitung jumlahnya.
Berapa lama ini harus berlanjut?
Berapa lama!?
Berapa lama lagi!?
Aku sangat muak dan lelah dengan hal ini.
Aku berdiri.
Di depanku, aku melihat seorang wanita membelai lembut norigae berwarna giok.
Aku tersenyum padanya.
Dia membantuku.
Namun, yang pasti, bukan hanya dia saja.
Melalui dia, [seseorang] di luar sana membantuku.
Aku mengerti dengan jelas.
Terhubung dengan norigae berwarna giok, terhubung dengan Colorless Glass Sword, seseorang dari [suatu tempat] membantuku.
“Siapa kau?”
Dengan ekspresi serius, aku bertanya di balik kabut yang kabur.
Tidak ada jawaban.
Namun secara naluriah, Aku tahu.
Apa yang ku rasakan di balik itu adalah kekuatan dari suatu makhluk yang sangat mirip dengan Pemilik Gunung Agung, namun memiliki temperamen yang sangat bertolak belakang.
Entah kenapa, Aku merasa seolah-olah entitas di luar sana tengah tersenyum samar.
Momen berikutnya.
Paaaatt!
Canvas of Myriad Forms and Connections mulai menyala putih membara.
“…! K-Kenapa…?”
Aku tidak bergerak sama sekali, Tapi Canvas of Myriad Forms and Connections sedang menjalankan Phenomena Extinguishing Mantra seolah-olah hidup.
Aku panik dan mencoba menghentikannya.
Gunung Agung mungkin turun ke tempat ini!
Namun amukan Canvas of Myriad Forms and Connections tidak dapat dihentikan.
Ia berjuang mati-matian untuk melepaskan diri dari genggamanku.
Dan kemudian, Aku mengerti alasannya.
Salah satu bait terakhir dari Phenomena Extinguishing Mantra, yang belum ku ucapkan, terlalu erat kaitannya dengan Dao dari Canvas of Myriad Forms and Connectionsku.
Mungkin itulah sebabnya Canvas of Myriad Forms and Connections beraksi.
Aku menggertakkan gigiku dan berusaha mati-matian untuk mengendalikan Canvas of Myriad Forms and Connections.
Kalau begini terus, Pemilik Gunung Agung niscaya akan turun lagi.
Hanya mengingat mimpi buruk 190.000 tahun lalu itu membuatku tertekan.
Namun, saat aku berusaha keras mengendalikan Canvas of Myriad Forms and Connections, sebuah suara samar terdengar di telingaku.
—Jangan batasi koneksi mu.
“…Bagaimana mungkin aku tidak melakukannya? Jika tidak, Dewa Gunung akan turun ke sini!”
Menanggapi jawabanku yang seperti teriakan, pemilik suara itu nampak tersenyum lembut.
—Sekalipun Dia datang, Dia tidak akan bisa menghalangi kalian saat ini, bukan?
Nada yang jelas namun sulit dipahami.
Entah kenapa, kata-kata mereka membuat dadaku berdebar.
“Bagaimana?”
—Kultivasi Abadi adalah pencerahan yang penuh pertobatan…
Kata-katanya berlanjut.
—Pencerahan yang penuh pertobatan berarti mendekati hakikat lebih dekat daripada Metode Jalan (Dao) lainnya dalam semua fenomena dunia yang tak terhitung banyaknya… Jangan takut dengan tekanan eksternal yang belum datang, dan fokuslah pada dirimu saat ini.
Entah mengapa, setiap kali mendengar perkataannya, rasanya benang kusut di pikiranku terurai.
—Gunung pencerahan pertobatan hanya terbuka bagi mereka yang melihat kembali pada diri mereka sendiri.
Tapi bahkan saat benang itu terurai, Aku tampaknya tidak memperoleh apa pun yang konkret.
Apa sebenarnya maksudnya dalam situasi ini?
Namun, entah mengapa, aku secara alami menutup mataku dan mulai merenungkan diriku sendiri, mengikuti kata-kata suara absurd itu.
Aku memejamkan mataku dalam kenyataan, menutup kesadaranku dalam Domainku, menutup persepsiku dalam Esensi Hatiku, dan menutup pengetahuanku mengenai hubungan semua fenomena itu sendiri dalam Canvas of Myriad Forms and Connections.
—Apa yang Kau rasakan?
“Aku tidak merasakan apa pun.”
Aku menjawab dengan suara penuh keputusasaan.
Namun tiba-tiba, Aku menyadari sesuatu.
Tidak ada apa-apa.
Tapi, Apa aku tidak ada?
Suaranya tidak ada lagi.
Tapi itu tidak apa.
Bahkan tanpa suara, entah mengapa, Aku merasa tahu langkah selanjutnya.
Tidak semuanya hilang.
Keberadaan yang disebut [aku] masih tetap ada.
Kalau begitu, darimana [aku] berasal?
Jawabannya jelas.
Aku membuka mataku.
Canvas of Myriad Forms and Connections tak lagi terlihat di depan mataku.
Tentu saja tidak.
Karena [aku] dibentuk oleh Canvas of Myriad Forms and Connections.
Dibentuk oleh anugerah yang tak terhitung banyaknya, satu-satunya yang berhasil sampai sejauh ini adalah aku.
Sekalipun aku tidak menyadarinya, aku sudah berada dalam kasih karunia.
Tidak, tidak perlu untuk melihatnya.
Karena itu sudah ada dalam diriku.
Oleh karena itu, tidak perlu terobsesi.
Karena itu sudah ada dalam diriku.
Aku membuka mulutku.
Dua bait terakhir dari Phenomena Extinguishing Mantra yang sebelumnya tidak dapat ku ucapkan,
Kini bergejolak liar di dalam dadaku, seakan memohon untuk segera dibebaskan…
Aku mengambil Colorless Glass Sword yang telah kumurnikan menjadi Refining Void Dharma Treasures ke tanganku.
Lalu, Aku memulai tarian pedang.
Tarian pedang ini berisi sejarahku.
Baru sekarang aku mengerti mengapa Gerakan ke-31 Severing Mountain Swordsmanship menjadi tak terkendali.
Banyak orang mengatakan hal yang sama.
Mereka mengatakan bahwa Kultivasi Abadi tidak berperasaan.
Mereka mengatakan bahwa untuk mencapai alam yang lebih tinggi, seseorang harus memutuskan koneksi.
Namun mereka salah.
Pendekatan itu sendiri cacat sejak awal.
Tidak perlu meninggalkan.
Tidak perlu diputus.
‘Severing Mountain Swordsmanship, Gerakan ke-31.’
Seperti halnya hati yang seperti surga, tidak pernah menghilang,
“Accumulating Dust Forms a Mountain (積塵成山)!”
Begitu pula hubungan-hubungan itu tetap ada dalam diriku, entah aku menyadarinya atau tidak.
Tidak perlu terobsesi.
Terobsesi adalah terhadap hal-hal yang tidak dimiliki.
Jika mereka sudah ada dalam diriku, mengapa terobsesi?
Dong—
Suara lonceng brahma berbunyi.
Di suatu tempat, aku dapat merasakan tatapan Sang Pemilik Gunung Agung.
Namun tanpa tunduk pada posisinya, aku melancarkan Gerakan pertama Severing Mountain Swordsmanship.
Bait terakhir dari Phenomena Extinguishing Mantra, yang tak mampu kuucapkan, akhirnya meledak.
“Seperti menggabungkan semua Niat (意) menjadikannya tak berwarna…”
Paaaatt!
Kabut tipis yang keluar dari Colorless Glass Sword menarik Three Great Ultimate.
Saat Three Great Ultimate bergabung, mereka menjadi cahaya putih cemerlang, berubah menjadi satu tebasan yang membelah langit!
“Rangkul semua koneksi dan jadilah ketidakkekalan (無常).”
Dong—
Suara lonceng brahma bergema.
Dan raungan amarah seseorang yang meluap memenuhi alam semesta.
Waktu mulai berputar balik, seolah mencoba membatalkan tindakan yang baru saja ku lakukan.
Namun hatiku tetap tak tergoyahkan dalam menghadapi tekanan eksternal apa pun, dan aku dengan penuh penyesalan mencerahkan diriku atas semua anugerah yang telah membentukku.
Paaaatt!
Alasan gerakan pedangku meledak sebelumnya adalah karena obsesiku menghalangi Jalan Pedang hatiku yang jernih.
Sekarang, tidak ada yang menghalangi.
Jadi satu-satunya yang tersisa adalah melepaskan pencerahan ini sepenuhnya!
Serangan tunggal Sky-Splitting memotong sebagian waktu, yang membuatku akhirnya bisa lepas dari cengkeraman Yeong Seung dari dalam ruang awan debu.
Akhirnya, Aku sadar.
Semua orang sudah ada di dalam diriku. Karena aku dibentuk oleh mereka.
Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Apa yang harus ku lakukan sekarang bukanlah terobsesi, melainkan bertekad.
Saat Aku muncul dari langit yang dipenuhi debu, apa yang ku lihat adalah tubuh utama Yeong Seung dan proyeksi Pemilik Gunung Agung.
Melihat kemauan makhluk agung ini yang dapat menjungkirbalikkan Langit dan Bumi, aku bertekad.
Tidak, akan lebih tepat jika dikatakan bahwa Aku akhirnya menerima kebenaran yang sudah ku ketahui.
“…Aku tidak akan… bisa pulang, kan?”
Aku tahu.
Tujuanku adalah memutus Regresi.
Untuk mencapai itu, Aku berencana untuk menyelidiki Ascension Gate.
Tapi sejak aku bertemu dengan sisa-sisa Yang Su-jin, secara tidak sadar aku menyadarinya.
Barangkali, meskipun aku menyelidiki Ascension Gate, kembali ke kampung halamanku akan menjadi sesuatu yang mustahil.
Bahkan Yang Su-jin, yang mencapai puncak True Immortal, gagal melakukannya—jadi bagaimana mungkin Aku bisa melakukannya?
Tapi ini adalah kenyataan yang aku takut untuk hadapi, maka aku menutup mata terhadapnya sampai sekarang.
Namun, sekarang setelah Aku tahu kebenaran juga ada di dalam diriku, dan tidak perlu takut dengan tekanan eksternal, Aku akhirnya menerimanya.
‘Aku tidak bisa pulang.’
Terima saja.
Sebaliknya, izinkan Aku mengoreksi tujuanku.
‘Jika memang begitu, biarlah Aku memperbaiki tujuan untuk pulang kampung dan memutus siklus Regresi.’
Metode untuk memutus regresi tidak pasti.
Bahkan kemungkinan untuk pulang pun kecil.
Jadi apa yang harus ku lakukan?
Sederhana saja.
Agar tidak Regresi lagi, naik ke puncak dunia ini.
Menjadi lebih kuat.
Seperti kata Mad Lord, satu-satunya hal yang dapat mengatasi daya tarik takdir adalah kekuatan.
Tumbuh semakin kuat, hingga akhirnya tak seorang pun dapat mempermainkanku.
Sampai tidak ada seorang pun yang bisa memaksaku Regresi.
Ya.
Marilah kita menjadi eksistensi Kehidupan Abadi (永生)!
Dong—
Suara lonceng brahma mencoba menahanku pada saat ini, dan penghalang Yin-Yang dan Lima Elemen mengelilingiku, Tapi aku hanya memejamkan mata dan tersenyum.
—Rangkul semua koneksi dan jadilah ketidakkekalan.
Aku telah menemukan jawaban yang ku cari.
Hakikat pencerahan pertobatan sudah ada dalam diriku.
Tak peduli betapa sakitnya tekanan dari luar, aku takkan goyah.
Sekalipun aku ditangkap dan disiksa selama sepuluh milyar tahun, keyakinan bahwa aku tidak akan goyah tumbuh dalam hatiku.
Tidak, pasti sudah ada di sana selama ini.
Tepat saat itu,
Dong—
Saat suara lonceng brahma berbunyi, waktu pun berhenti.
“…?”
Ketika aku melihat sekeliling, yang kulihat adalah langit yang kacau dan terhenti.
Esensi Yeong Seung dan esensi Gunung Agung tidak dapat dikenali. Seolah-olah di dunia yang beku ini, mereka yang berpangkat rendah tidak dapat melihat. Oleh karena itu, Aku tidak dapat melihat apa pun.
Tapi aku dapat merasakannya.
Walaupun dunia telah berhenti, aku dapat mengatakan bahwa waktuku sendiri mengalir dengan baik.
‘Ah…’
Waktu terus berlalu.
Umur tubuhku akan segera berakhir.
Akhirnya.
Setelah ratusan ribu tahun, akhirnya aku menutup mataku.
Akan tetapi, aku paksakan mataku yang tertutup untuk terbuka dan dengan hormat menundukkan kepala kepada makhluk yang telah muncul di hadapanku.
“…Aku menyapa Yang Agung.”
[Dia] menatapku sejenak.
Lalu, Dia tersenyum halus.
:: Apa Kau mewarisi jubahnya? ::
“…”
Aku tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis.
Melihat senyumku, Dia tertawa lebar.
:: Bagus sekali. Aku minta maaf atas kekasaran bawahanku. ::
Makhluk itu, mengenakan jubah naga berwibawa yang dihiasi simbol Taiji, membungkuk sopan padaku.
Lalu, saat Dia menatapku, Dia bergumam.
:: Jika itu sungguh-sungguh kehendak-Mu, maka kita pun harus mempersiapkan diri… Untuk benar-benar meraih pembebasan, aku pun harus menguatkan tekadku. ::
Sambil menggumamkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti, Dia mengulurkan tangan-Nya ke arahku.
Mungkin dipicu oleh otoritas-Nya, cahaya memancar keluar dari tubuhku, dan ribuan, jutaan partikel putih murni terpancar keluar.
Lalu, dari dalam Canvas of Myriad Forms and Connections di dalam diriku, sebuah penglihatan [seseorang] dengan senyum baik hati yang seakan-akan mengulurkan tangannya ke luar, mengelilingi tubuhku.
Makhluk yang menghentikan waktu tertawa saat melihat ini.
:: Sebagai tanda permintaan maaf, aku akan memberimu hadiah. ::
“Terima kasih, tapi aku sudah mendapatkan lebih dari cukup.”
:: Ini juga tekadku. ::
Entah mengapa ekspresinya tampak tegas.
:: Untuk benar-benar mencapai pembebasan, seseorang tidak punya pilihan selain berjudi. ::
Kugugugugu!
Simbol Taiji yang tergambar di tengah jubah-Nya mulai beriak.
Pada saat berikutnya, keberadaan itu berubah menjadi makhluk aneh namun suci, dengan lintasan cahaya bintang yang tak terhitung jumlahnya yang saling tumpang tindih dalam simbol Taiji.
Ukurannya sedemikian rupa sehingga Yeong Seung yang menyelimuti galaksi sebagai bagian dari tubuhnya, hanya seukuran telapak tangan-Nya.
Deeng—
Suara lonceng brahma berbunyi sekali lagi.
Kali ini, bukan suara lonceng tidak menyenangkan yang sebelumnya dibunyikan Yeong Seung.
Itu adalah suara yang sangat jernih dan murni, yang juga tampaknya membersihkan hati.
:: Di masa depan yang jauh, aku akan menunggu kalian semua di Domain Void ::
Bersamaan dengan pesan-Nya, aku menyadari bahwa umurku telah berakhir.
Kesadaranku memudar.
Dengan sisa tenagaku, aku membuka mulutku.
“Terima kasih… atas kebaikan hatimu yang luar biasa…”
Akan tetapi, Aku gagal mengucapkan nama agung-Nya hingga saat-saat terakhir.
Apa karena keterbatasan waktu atau memang ini sudah takdir, aku tak tahu.
Pada akhirnya, nama agung-Nya hanya tertinggal di dalam mulutku.
‘O Heavenly Venerable… of Time…’
Deeng—
Suara terakhir lonceng brahma berbunyi.
Waktu mulai mengalir lagi di dunia yang telah membeku.
Pandangan Yeong Seung yang penuh ketidakpercayaan menembus diriku, sementara pandangan lainnya, sarat dengan emosi yang tak dapat kupahami, diarahkan pada garam yang menyelimuti diriku.
Saat Aku terkubur di bawah Gunung Garam, Aku akhirnya melepaskan obsesi yang telah ku pegang selama ini.
Aku dapat merasakan akhir dari hidupku yang ke-19 yang panjang dan hampa.
Aku akan kembali sekali lagi.
Ya… Aku benci regresi.
Namun jika Regresi adalah takdir yang tidak dapat ku hindari, aku akan menerimanya.
Dan dalam siklus ini, Aku akan menemukan jawabanku sendiri.
Sama seperti hari ini, aku merangkul koneksiku dan menyingkirkan obsesiku!
Setelah mencapai Kehidupan Abadi, Aku akan menemukan jawaban yang benar-benar dapat ku terima sendiri!
Aku bukan Seo Eun-hyun, penduduk Bumi dari masyarakat beradab.
Aku Regresor (回歸者) Seo Eun-hyun.
Di penghujung kehidupan yang bagaikan neraka, melepaskan semua obsesiku, aku semakin memantapkan jati diri dan tujuanku.
Dan akhirnya, aku menutup mataku.
Itulah Regresiku yang kedua puluh.