Ikka Koukyuu Ryourichou LN - Volume 7 Chapter 0



Prolog
Sitar itu melantunkan lagunya yang tajam dan bergetar, dan gadis itu menari seolah diperintah olehnya. Musik itu mengambil semua yang ada di jiwanya dan menjadikannya nyata. Musik itu membersihkan pikirannya dari setiap pikiran yang tidak perlu dan mendorongnya ke dalam tarian ekstatis di mana hanya kegembiraan bergerak yang berkuasa.
Sejak kecil, gadis itu selalu meniru gerakan ibunya, yang dulunya seorang penari. Menari membawa pujian dan kegembiraan, jadi gadis itu semakin sering menari. Saat menari, ia bisa melupakan sekitarnya. Semua cemoohan, semua tatapan tajam, semua kata-kata menghina, baik yang dibisikkan maupun yang diteriakkan, benar-benar lenyap.
Pada usia enam tahun, ia telah menjadi seorang penari yang mampu memukau siapa pun.
Suatu hari, pamannya, Gulzari Shar, datang menghampirinya dengan wajah bingung. Ia telah melihat adiknya menari dan ingin mengajukan sebuah pertanyaan.
“Kau menari dengan sangat hebat! Mengapa kau tidak mencoba menari di jamuan makan istana? Kau akan mempesona semua orang di sana. Kaisar akan sangat bangga melihat putrinya menari di jamuan makannya.”
“Aku tidak menari untuk pamer. Aku menari untuk diriku sendiri,” kata gadis kecil itu sambil memeluk erat pamannya yang tersenyum kecut.
Pakaiannya yang ketat, dipenuhi sulaman perak yang tak berujung, terasa begitu lembut di kulitnya. Ia berbau laut. Saat itu ia baru saja kembali dari perjalanan. Ia mendekap pamannya, mengeluarkan suara gemerincing ringan dari emas dan permata rumit yang menghiasi telinga, dahi, dan lehernya. Ia berharap bisa menghirup aromanya, menggantikan aroma parfum istana yang menodai rambutnya. Itu adalah aroma kebebasan.
“Lalu mengapa kau membiarkan aku menontonmu menari?” tanyanya.
“Aku ingin menari, jadi aku menari. Aku tidak akan menari jika seseorang memintaku. Dan Paman tidak seperti orang lain,” jelasnya. “Aku berharap bisa pergi ke tempat yang jauh bersamamu. Aku ingin memandang langit terbuka dan pergi ke mana pun aku mau. Aku ingin menikmati hidup dan menari hanya ketika aku menginginkannya. Itu akan sangat indah.”
Gulzari Shar ramah, baik hati, dan sangat cantik. Mungkin karena perjalanan yang dilakukannya ke Tiga Serangkai Selatan atas perintah saudaranya, atau mungkin karena usianya yang masih muda, tetapi ia memiliki keterbukaan yang santai yang tidak dimiliki oleh bangsawan lain. Ia membawa aroma dan gaya dari negeri-negeri yang jauh dan tak dikenal.
“Aisha, kau cantik dan penari yang luar biasa. Terlebih lagi, kau adalah satu-satunya putri saudaraku. Dari semua wanita di Saisha, kau akan bersinar paling terang, baik dalam nama maupun kenyataan. Kau tidak seharusnya pergi berpetualang bodoh seperti pamanmu. Apakah kau mengerti?” tanya Shar.
“Aku tidak peduli apakah aku harus atau tidak! Aku ingin!” kata Aisha dengan nada merajuk, menaikkan suaranya dan membuat pamannya mengerutkan kening.
Dia membenci istana. Rasanya mustahil untuk bernapas terus-menerus dikelilingi oleh begitu banyak mata dan intrik yang rumit. Sejak kecil, Aisha bermimpi bisa melarikan diri dari istana dan hidup bebas, pergi ke mana pun dia mau dan menari kapan pun dia mau.
Tujuh tahun berlalu, dan dia menjadi wanita cantik yang dikenal sebagai Permata Saisha. Namun, kerinduannya akan kebebasan tidak pernah meninggalkannya.
