Hibon Heibon Shabon! LN - Volume 2 Chapter 1
Mimpi Lucia
Tubuhku terasa berat; seperti terjebak di lumpur, tak mampu menggerakkan satu jari pun. Bahkan dengan mata terbuka lebar, semuanya terasa kabur. Rasanya seperti tak ada yang berarti di sekitarku. Aku hanya di sana, seperti batu di pinggir jalan. Bahkan jika kulihat bunga bergoyang atau orang berlalu-lalang, aku tak bisa bergerak. Rasanya seperti sedang tidur, tapi juga terjaga. Ada sesuatu yang harus kulakukan, tapi aku tak bisa memikirkan apa pun.
“Teruslah berteriak, kalau kau bisa. Tapi kau tidak bisa, kan? Gadis Suci sedang tidur nyenyak di sampingmu, dan aku mencampurkan sedikit obat Lampu Mimpi itu ke dalam minuman rombongan Pangeran, jadi tidak akan ada yang datang menyelamatkanmu. Kupikir sudah waktunya aku pergi, jadi aku akan pergi dengan Gisella setelah mereka menjualnya. Jadi kau akan menjadi tamu terakhirku di sini. Maksudku, mereka mungkin akan melakukan investigasi habis-habisan setelah aku mengincar salah satu teman Gadis Suci.”
Seseorang sedang berbicara denganku di sini, tapi aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Aku membiarkan mataku menjelajah tanpa sadar, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Aku tak tahu apa, tapi aku merasa itu penting.
“Hah, kamu belum keluar? Kamu lumayan tahan. Mungkin satu teguk saja tidak cukup. Aku mau kasih dosis lagi, tapi kamu sudah menumpahkan sisanya… Itu barang yang lumayan mahal, tahu?”
Selagi orang itu terus berbicara, aku merasa seperti dibalut sesuatu yang hangat. Siapa sebenarnya pria ini? Apa yang sedang ia bicarakan? Perasaan yang mengganggu karena melupakan sesuatu kembali muncul. Melupakan… sesuatu yang penting. Melupakan… sebuah janji.
“Ugh…”
“Hm? Apa, kau membuatku merasa tidak enak. Berhenti melawan. Ayo, kita bersenang-senang.”
Baiklah… Aku berjanji.
“ Mulailah dengan apa yang bisa kamu lakukan. ”
“Jangan gunakan sihir itu di tempat yang bisa dilihat orang.”
“Saat keadaan terasa menakutkan, pegang tanganku dan tunjukkan gelembung sabun itu.”
“Tolong jangan membuat tembok pemisah di antara kita.”
Aku bisa mendengar suara seseorang. Ya, aku sudah membuat janji-janji penting dengan orang-orang. Banyak—
“Aku ingin kamu di sampingku.”
Seseorang yang penting bagi saya mengatakan itu dan tersenyum.
“Lucia!”
Rasanya seperti gelembung sabun yang meletus.