God of Cooking - Chapter 274 Bahasa Indonesia
Penerjemah: Hennay
God of Cooking: Chapter 274 < Hal-hal yang telah berubah (3)>
[Oh, Anda sedang berlibur…]
Yoo Nabum berkata dengan nada putus asa. Dia tidak ingin mengganggu seseorang yang mengatakan bahwa dirinya sedang berlibur dan ingin beristirahat. Namun, Jo Minjoon menjawab dengan nada santai.
“Saya ingin memberi tahu Anda lagi, spesialisasi saya bukan di masakan Korea, jadi tidak banyak yang bisa saya tawarkan. Saya tidak ingin terlihat sebagai orang sombong yang mempromosikan makanan Korea, padahal ada banyak senior yang lebih berpengalaman dari saya. Maafkan saya.”
[Saya paham yang Anda katakan, barangkali kapan saya bisa menghubungi Anda lagi?]
“Saya tidak akan menghentikan Anda untuk menghubungi saya. Namun, jawaban saya akan tetap sama.”
[Baiklah. Saya akan menghubungi Anda lain waktu. Mohon maaf telah mengganggu liburan Anda. Selamat berlibur.]
“Ya. Sama-sama. Semoga hari Anda baik.”
Begitu telepon ditutup, Kaya melihat Jo Min Joon dengan ekspresi penasaran.
“Siapa?”
“Bukan seseorang yang kukenal. Tetapi itu telepon dari pemerintah untuk membantu soal masakan Korea.”
“Kau setuju?”
“Tidak”
“Kenapa?”
Kaya menggelengkan kepala kecewa. Dengan menghela napas, dia menyimpan lagi ponselnya.
“Ada banyak senior yang lebih baik dari aku dalam masakan Korea. Aku tidak mau terlihat arogan di depan mereka.”
“Itu hanya alasan.”
“…Tetapi sejujurnya, aku sangat lelah. Aku tidak mau lebih lelah dari yang harus kulakukan.”
“Itu alasan yang bagus.”
Kaya mengangguk setuju. Jo Minjoon berkata dengan nada santai.
“Dia bilang dia akan menelpon kembali, tetapi kuharap tidak. Karena aku sudah menetapkan pikiranku untuk tidak akan melakukannya.”
“Entahlah. Aku sangat yakin dia orang yang gigih. Mau bertaruh?”
“Kenapa harus? Kau biasanya kalah taruhan denganku.”
“Jika kau sepercaya diri itu, ayo bertaruh. Aku bertaruh dia akan menelponmu lagi. Bagaimana menurutmu?”
Kaya mengajak Jo Minjoon bertaruh berulang kali, tetapi Jo Minjoon tetap bergeming. Sejujurnya Minjoon tidak yakin jika Yu Nabum akan menelponnya lagi.
Perasaannya tidak salah. Beberapa hari kemudian dia mendengar suara Yu Nabum lagi. Kali ini tidak melalui telepon, melainkan bertemu langsung.
“Maaf menyela.” kataYu Nabum dengan ekspresi meminta maaf. Oleh karena itu, Jo Minjoon tidak bisa mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan benar. Yu Nabum tidak memalsukan ekspresinya. Dia sungguh meminta maaf. Meskipun dia meminta maaf, Jo Minjoon tidak perlu menyambutnya dengan ramah.
“Ada apa?”
“Saya hanya ingin melihat wajah Anda dan berterima kasih. Resep yang Anda unggah serratus kali lebih efektif daripada iklan pemerintah yang menghabiskan jutaan dollar per tahun.”
Ini memang tidak melebih-lebihkan. Sampai sebelum resep Jo Minjoon diterbitkan, hidangan Korea yang dikenal dunia hanyalah kimchi dan barbekyu Korea.
Resep Jo Minjoon tidak jauh lebih baik dibandingkan dengan resep yang dibuat oleh pemerintah Korea. Namun, menurut kata-kata Hong Mangil, resep hidangannya cukup sederhana untuk diikuti,dan disesuaikan dengan penonton dunia.
Memang benar resepnya lebih efektif daripada jutaan dolar yang dihabiskan oleh pemerintah Korea.
Joe Regiano. Seorang jenius muda yang mengguncang AS dengan menciptakan suatu hidangan penutup. Juga, seorang koki yang memiliki bakat unik dan pengecapan mutlak.
Tidak hanya itu, tetapi menyebut resepnya bernilai jutaan dolar. Itu juga…
… Intuisinya luar biasa.
Bibir Yu Nabum menjadi kering. Jo Minjoon adalah pria yang sopan dan santun, tapi ini bukan pujian. Dia memiliki kecenderungan untuk menarik garis dengan jelas yang kadang-kadang bisa dianggap terlalu tidak berperasaan. Jadi Yu Nabum menanyakan pertanyaan berikutnya seolah-olah itu yang terakhir.
“Apakah Anda menikmati liburan Anda?”
Pertanyaan itu terasa tidak menyenangkan. Dan Yu Nabum menyesal telah menanyakan pertanyaan terakhirnya itu sehingga mata Jo Minjoon menjadi lebih dingin. Jo Minjoon melihat Kaya dan keluarganya lalu menjawab.
“Ya. Sebagai seorang chef, saya lebih suka jalan-jalan kuliner. Syukurlah keluarga Kaya juga suka berkuliner.”
“Apa Anda sudah punya rencana?”
“Ya. Ada beberapa tempat di kepala saya. Mereka tidak menerima reservasi jadi kami harus mengantre. Kami hendak berangkat. Anda tahu kan terlambat 5 menit bisa menyebabkan kami harus menunggu 50 menit.”
Yu Nabum paham kalau Jo Minjoon tidak ada waktu untuk dirinya dan ingin dirinya pergi. Jadi, dia berkata sambal tersenyum.
“Saya senang bahwa ternyata Anda penyuka kuliner. Boleh saya merekomendasikan suatu tempat?”
“Suatu tempat?”
“Saya tidak akan mengganggu Anda lagi karena Anda mungkin akan mengabaikan telepon saya jika saya membuat Anda jengkel. Jadi, saya ingin membuat Anda bersenang-senang dengan cara merekomendasikan suatu tempat. Apa Anda tahu Sumokjong?”
Jo Minjoon bereaksi sekilas, matanya melebar. Membuat Yu Nabum melanjutkan.
“Tidak ada masakan Korea yang lebih baik dari tempat ini.”
“… Anda mau mengantar kami ke Sumokjong?”
“Ya, itulah yang saya rencanakan.”
Jo Minjoon tidak percaya dengan apa yang Yu Nabum katakan. Sumokjong. Itu tempat yang sangat terkenal. Bahkan bagi para chef, itu adalah tempat yang legendaris.
Itu adalah restoran masakan Korea yang paling mapan di Korea. Sejujurnya, ini dulunya adalah tempat mitos, tapi sekarang menjadi restoran biasa.
Bahkan uang tidak bisa memberi Anda tiket masuk. Anda harus memiliki wajah untuk memasuki tempat itu, tetapi…
“Bukankah Sumokjong sudah tutup?”
Itulah masalahnya. Restoran itu sudah tutup lebih dari dua tahun. Yu Nabum menjawab sambil tersenyum.
“Ya. Anda benar. Restoran itu tutup.”
“Lalu bagaimana mungkin Anda mengantar kami ke tempat yang sudah tutup?”
“Sumokjong mungkin sudah tutup tetapi masternya masih di sana. Saya sedang membicarakan chefnya.”
Jo Minjoon terlihat bingung. Sumokjong. Saat dia masih kecil, dia selalu berkata bahwa dia ingin sukses sehingga dia bisa makan di tempat itu. Namun, restoran itu sudah tutup sebelum dia tahu, jadi, keinginannya itu hanya fantasi belaka.
Akan tetapi, Yu Nabum berkata bahwa dirinya akan mengantar Jo Minjoon bertemu dengan chefnya. Dia tidak bisa menolak tawaran semacam itu. Tidak peduli seberapa lelah dirinya, dia tidak bisa menganggap itu sebagai alasan untuk menolaknya.
Meskipun keputusannya sudah jelas, tetapi dia tetap mengambil waktu sejenak untuk menjawab. Pada akhirnya, dia bertanya pada Yu Nabum.
“…Berapa orang yang bisa Anda antar?”
*********
“… Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan memiliki kesempatan untuk datang ke tempat ini lagi.”
Jo Min Joon melihat sekeliling dengan kagum. Restoran ini dibangun dengan arsitektur tradisional Korea yang membuatnya terlihat seperti istana Korea dengan halaman rumput yang luas dan ubin yang indah.
“Ayah, setiap kali kau membicarakan tempat ini, aku selalu ingin datang ke sini.”
Jo Minjoon melihat sekeliling dengan penuh semangat. Itu adalah tempat yang tenang tanpa penghuni atau pelanggan, tetapi sisa-sisa keberadaan manusia dapat dilihat dan dirasakan. Kaya melihat sekeliling dengan ekspresi gugup.
“Ini adalah arsitektur asli Korea pertama yang kulihat sejak berada di sini.”
“Ini benar-benar terlihat tradisional.”
“Ya. Tidak ada kata lain untuk menggambarkannya. ”
Kaya mengangguk. Beberapa menit setelah mereka masuk, seorang lelaki tua dengan pakaian masak tradisional berwarna putih perlahan mendekati mereka. Dia melihat ke arah Jo Minjoon dan berkata dengan nada tenang.
“Ini pertama kalinya aku bertemu denganmu.”
“Senang berjumpa dengan Anda. Saya Jo Minjoon.”
“Saya Hong Mangil.”
Jo Minjoon gugup. Itu wajar karena dia bisa melihat keseluruhan level Hong Mangil.
[Hong Mangil] Memasak: 9
Memanggang: 7
Mencicipi: 9
Mendekorasi: 9
‘…ini gila.’
Dia telah melihat banyak orang dengan level memasak 9. Namun, sulit untuk melihat seseorang yang tidak memiliki kekurangan dalam aspek mana pun terkait gaya memasak spesialisasi mereka. Untuk memanggang, dapat dimengerti karena itu bukan bagian dari memasak masakan Korea .
“Anda pasti sangat menyayangi keluarga Anda. Aku mendengar dari Mr. Yu bagaimana Anda ingin membawa seluruh keluarga Anda.”
“…Maaf. Aku mungkin sedikit lancang.”
“Tidak. Saya suka segala tentang Anda. Mana ada orang yang tidak menyayangi keluarga.”
“Saya mohon pelankan suara Anda. Saya hanya seorang junior, Guru.”
“Baiklah”
Hong Mangil menjawab seolah dia sedang menunggu. Kemudian, dia berkata dengan nada hangat.
“Silakan masuk. Makanannya sudah disiapkan. Kami hanya perlu menyajikannya. Chef Jo, tolong terjemahkan itu untuk keluarga Anda.”
“Oh, Ya [Korean] Semuanya. Dia bilang silakan masuk [English]”
Jemma dan keluarganya yang tersesat menikmati pemandangan, mulai bergerak begitu Jo Minjoon berbicara kepada mereka. Seperti semua sepatu di rumah Korea, itu harus dilepas sebelum masuk. Kaya menjawab dengan nada malu.
“Seharusnya aku memakai kaus kaki.”
Siapa yang memakai kaus kaki dengan sepatu hak tinggi?
“Setidaknya aku harus memakai stocking. Aku malu.”
“Jangan khawatir. Tidak ada yang ingin melihat kakimu.”
Kaya melotot pada Jo Minjoon dan Minjoon membalas dengan bergurau.
“Kau mau pinjam kaus kakiku?”
“Ya.”
“…Apa kau serius?”
“Jangan tanya kalau kau tidak mau meminjamkannya untukku.”
Kaya memasuki ruangan sambil mengeluh. Kemudian dia duduk dengan hati-hati. Jo Minjoon bertanya.
“Susah yaa? Duduk bersila.”
“Tidak sesulit itu.”
“Kebanyakan orang Barat kesulitan untuk duduk seperti itu.”
“Well. Kami terbiasa duduk seperti ini di pasar.”
Dia benar. Tampaknya Grace, Jemma, dan Kaya sudah terbiasa duduk bersila. Namun, Bruce kesulitan untuk duduk.
“…Tampaknya duduk seperti ini mudah bagi semua orang.”
“Haha, tentu saja, kami terbiasa duduk seperti ini. Namun, jika kami duduk seperti ini dalam waktu yang lama, kaki kami kesemutan, dan punggung kami sakit.”
“Kakiku sudah kesemutan.”
Bruce mengeluh. Kemudian seorang pria dan wanita muda dengan pakaian yang serupa dengan Hong Mangil membawa sebuah meja panjang. Semua orang terkejut dan membeku melihat isi meja.
“… Apa semua ini?”
Kaya terlihat tidak percaya. Bukan hanya Kaya dan keluarganya. Keluarganya serta ayahnya yang pernah berada di sini sebelumnya terkejut karena tidak percaya.
Seolah-olah segunung makanan diciptakan hanya untuk meja ini. Acar mentimun, mie. Beragam sayur mayur, galbi rebus, bulgogi, ikan kukus, ikan bakar, dan aneka masakan Korea lainnya ada di atas meja.
Ada makanan tradisional dan juga non-tradisional. Ada bubur kecap, labu kukus isi perut babi. Ada makanan dimana-mana.
Tapi orang yang paling kaget tidak lain adalah Jo Minjoon. Alasannya bukan karena kuantitas hidangannya, melainkan kualitasnya.
“Ada 6… hidangan bernilai 10 poin.”
<Hal-hal yang telah berubah (3)> Selesai.