God of Cooking - Chapter 263 Bahasa Indonesia
Penerjemah: Hennay
Dewa Memasak: Bagian 263 <Sebuah kejutan (2)>
“…Aku tidak menyangka sebanyak ini.”
Bahkan Minjoon tampak syok oleh keramaian itu. Dia dan Kaya memiliki ratusan dan ribuan pengikut di Starbook. Bahkan mungkin ada lebih banyak orang yang tidak perlu mengikuti mereka berdua, tetapi mereka memang penggemarnya. Meski begitu, untuk memikirkan penggemarnya ada sebanyak ini di Korea Selatan… Dia memang melihat ada beberapa pesan masuk saat dia mengatakan dia akan pulang, tetapi…
‘Ini hanya…’
Ini hampir seolah dia lebih populer di Korea daripada di Jepang. Dia memang tahu dirinya populer di Korea, betul. Setidaknya di internet. Di media populer, dirinyaa baru saja disebut beberapa kali sebagai chef populer di Amerika. Orang-orang yang lebih tua akan memperhatikannya dan mengangguk dengan bangga. Sedangkan orang yang lebih muda sebaliknya… banyak video-video Minjoon yang diedit dan diunggah ke internet. Banyak resepnya yang telah menyebar luas.
Bukan itu saja. Dia baru saja lupa jika berita-berita tentangnya hanya menampilkan dirinya memosting resep baru. Namun, tidak hanya itu. Sesuatu selalu terjadi di sekitarnya. Dia bertemu dengan Kaisar Thailand pada Perjalanan Kuliner. Setelah itu, dia mulai bekerja di Rose Island, yang yang disebut-sebut sebagai restoran terbaik di dunia. Fotonya bersama orang-orang terkenal juga sering berlalu-lalang di dunia maya. Dia praktis tidak mungkin dilupakan.
Apalagi, Jo Reggiano. Hidangan penutup yang mengguncang dunia.
“…Apa yang harus kita lakukan?”
“Jemma, Grace, Bruce, kalian pergi duluan. Aku akan menyusul setelah menyapa para wartawan sebentar.”
“Aku paham. Semoga berhasil.” “Ayo, sayang. Bolehkah aku menggandengmu?”
Bruce menepuk bahu Minjoon lalu menyodorkan tangannya ke Jemma. Gadis itu melihat tangan pria itu dengan canggung. Pada akhirnya, dia meraih tangan Bruce setelah melihat senyum Bruce. Minjoon melihat mereka berdua lalu berbisik pada Kaya.
“Kurasa Bruce akan menjadi ayah yang hebat. Untuk kau dan Jemma.”
“…Aku berharap begitu.”
Biasanya, dia akan mengatakan bahwa dirinya tidak membutuhkan seorang ayah. Akan tetapi, apakah itu karena Kaya paham bahwa Bruce ada bersamanya, ataukah karena tangan Jemma yang digenggam Bruce terlihat sangat kecil bagi Kaya? Dia tidak terlalu sensitif hari ini. Justru, dia memutuskan untuk mengatakan kebenaran yang ada jauh di dalam hatinya. Minjoon menyodorkan tangannya pada Kaya.
“Kau mau bergandengan tangan saat keluar?”
Kaya menyambut tangan Minjoon dan menggenggamnya erat.
“Ayo.”
€
Waktu wawancara dengan reporter tidak ada dalam rencana awal mereka. Akhirnya Kaya dan Minjoon banyak terekspos kamera oleh reporter dan orang-orang di sana. Ini bukanlah sesuatu yang resmi, jadi, beruntunglah mereka tidak terlalu tertekan. Salah satu reporter bertanya pada Minjoon.
“Baru-baru ini ada berita yang mengatakan bahwa Anda pingsan. Apa Anda sudah sehat?”
“Saya tidak bisa mengatakan saya sangat sehat.”
“Apa Anda di Korea untuk beristirahat?”
“Sayangnya, kalian harus menanyakan itu pada Kaya, bukan saya. Bukan saya yang merencanakan ini semua.”
Reporter itu terdiam sejenak lalu menoleh melihat Kaya. Ada interpreter yang bersiaga, tetapi dia masih tampak ragu. Pada akhirnya, dia bertanya dengan bahasa Inggris yang tidak terlalu bagus.
“Mm… Ms. Kaya. Apa alasan Anda ada di Korea?”
“Ini negara asal Minjoon. Kami jarang libur, jadi saya melihat ini sebagai sebuah kesempatan. Saya juga penasaran Korea seperti apa.”
Reporter itu tidak bisa membuka mulutnya bahkan setelah Kaya selesai bicara. Kemudian, reporter yang berbeda bertanya dengan bahasa Inggris yang bagus.
“Saya Oh Kyungha dari Daily Cooking. Karena Andaberdua adalah chef, menurut saya akan lebih tepat untuk bertanya tentang makanan. Bagaimana kesan Anda berdua tentang masakan Korea?”
Minjoon segera menepuk kaki Kaya setelah mendengar pertanyaan itu. Dia harus berhati-hati di sini. Satu kritikan bisa mengacaukan kesan orang-orang padanya. Syukurlah, dia tidak segera merespon. Dia terdiam beberapa saat. Bahkan sampai reporter itu bingung. Saat dia hendak bertanya lagi pada Kaya, akhirnya Kaya berkata.
“Saya tidak bisa mengatakan kalau saya cukup tahu makanan Korea untuk memberikan komentar apa pun. Minjoon membuatkan saya beberapa hidangan sesekali, tetapi dia selalu memodifikasinya sehingga cocok dengan lidah saya. Jadi, saya sangat senang bisa mencoba yang asli di sini.”
Respons yang bagus. Kali ini, reporter itu menoleh ke Minjoon.
“Bagaimana denganmu, Mr. Minjoon?”
“Saya…..”
Minjoon ragu-ragu. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia tidak cukup tahu tentang makanan Korea, seperti jawaban Kaya. Lagipula, dia adalah orang Korea. Akan tetapi, dia juga tidak mau berbohong dengan mengatakan hal bagus. Dia tidak ingin berbohong jika menyangkut soal makanan. Lagipula, dia juga seorang chef.
“Makanan Korea seperti PR bagi saya. Lagi pula, saya telah menyantapnya sepanjang hidup saya. Selain patriotisme tentang negara ini, saya pikir jika masakan saya ingin berkembang, saya perlu belajar lebih banyak tentang makanan Korea. Oleh sebab itu, saya berencana akan berkuliner hari ini. Saya ingin banyak belajar dari chef-chef Korea yang berpengalaman”
“Apa Anda berencana bekerja di Rose Island di masa mendatang? Saya paham Anda mendapatkan banyak tawaran perekrutan dari banyak tempat.”
“Saya tidak punya tempat tujuan lain saat ini.”
“Bagaimana dengan Anda, Ms. Kaya? Kudengar Chef Rachel sedang mempertimbangkan untuk merekrut Anda”
“Hanya rumor. Kami tidak pernah membahas hal spesifik seperti itu.”
Mereka menghabiskan banyak waktu membicarakan lebih banyak rumor. Yang paling menarik dari rumor-rumor itu adalah.
“Saya paham bahwa keluarga Anda juga datang ke sini, Ms. Kaya. Dari apa yang saya dengar, kalian berencana mempertemukan keluarga untuk membahas pernikahan. Apa itu benar?”
“…Tidak. Kami mungkin bertemu, tetapi tidak untuk itu.”
Pertanyaan itu sangat mendadak sehingga Minjoon hanya duduk di sana dengan kaget sebentar. Kaya berbisik pada Minjoon dengan tatapan penasaran.
“Apa sih yang baru saja ditanyakan reporter itu? Juru bahasanya mengatakan kita akan bertemu tapi tidak?”
Tampaknya konsepnya tidak tersampaikan dengan baik. Minjoon berbisik pada Kaya.
“Kau tahulah, bertemu untuk membahas pernikahan. Reporter itu bertanya apakah kita di sini untuk itu.”
“Oh… jadi mereka penasaran soal itu,hah.”
Kaya tersenyum seperti anak iblis. Dia melihat ke seluruh reporter lalu menjawab.
“Aku akan menikahi bocah ini.”
€
“…Sudah kubilang jangan membuat kesalahan.”
Minjoon menghela napas dari dalam mobil sewaan. Kaya melihat-lihat web Korea sebelum menoleh padanya dengan cemberut.
“Aku tidak tahu apakah mereka mempublikasikan sesuatu tentang kita karena aku tidak mengerti bahasa Korea. Bisakah kau mencarikannya untukku?”
“Kalau ada bagaimana? Apa kau sungguh akan menikah denganku?”
“Kenapa, kau takut?”
Kaya menatap balik Minjoon dengan kaki tersilang. Minjoon hanya bisa menghela napas saat ini, mereka menuju apartemen yang disiapkan orang tua Minjoon di daerah Bundang. Mereka selalu mengatakan bahwa mereka akan memberikan apartemen itu pada Minjoon saat dia menikah, tetapi apakah itu penting saat ini? Lagi pula, hanya sedikit kesempatan dia akan tinggal di Korea. Sebagian besar koneksinya ada di Amerika dan di negara lain. Tidak ada alasan untuk kembali.
‘…Well, aku akan populer, setidaknya’
Well, selain itu… Ada hal yang lebih besar untuk dikhawatirkan.
‘Pernikahan’
Semua reporter punya reaksi yang berbeda-beda. Beberapa berpikir itu hanya lelucon, dan yang lain berpikir itu adalah lelucon terselubung. Penonton yang lain bereaksi sama. Menurut mereka Kaya sangat menyukai Minjoon.
“Kita tidak perlu membicarakan kehidupan pribadi kita pada reporter. Kita bukan selebritis…”
“Wow, jembatannya indah sekali…”
Kaya terpukau melihat ke luar jendela. Jembatan Incheon. Jembatan terbesar di seluruh Korea. Juga yang paling mewah. Jalan itu panjangnya hampir tak berujung, dan ada banyak sekali tali baja yang menahan jembatan. Cuaca hari ini juga cerah.
Kaya bukan satu-satunya yang terpukau. Semua orang mulai dari Bruce, Jemma, dan Grace, semuanya terkesan. Kaya bergumam dengan bodoh.
“Kupikir tempat ini sangat miskin.”
“Sudah kubilang tidak.”
“Kupikir kau hanya membela negaramu.”
“Kau akan segera melihatnya. Tidak ada tempat untuk berjalan-jalan yang lebih baik selain Korea.”
“Tapi makananya?”
“Itu…”
Minjoon tidak bisa mengatakan apa pun. Dia tidak bisa mencoba makanan yang layak ketika dia di Korea. Dan lagi, dia tidak begitu peduli. Dia tidak punya waktu. Dia tidak ingin berkeliling mencari makanan enak saat dia menjadi guru, dan sekarang dia tidak punya waktu karena menjadi chef.
Akan tetapi, tidak ada alasan sekarang. Makanan Korea seperti PR baginya. Seorang chef setidaknya harus tahu seperti apa makanan dari negara asalnya.
“Kita harus mencari tahu.” kata Minjoon
<Sebuah kejutan (2)> Selesai.