Baca Light Novel LN dan Web Novel WN,Korea,China,Jepang Terlengkap Dan TerUpdate Bahasa Indonesia
  • Daftar Novel
  • Novel China
  • Novel Jepang
  • Novel Korea
  • List Tamat
  • HTL
  • Discord
Advanced
Sign in Sign up
  • Daftar Novel
  • Novel China
  • Novel Jepang
  • Novel Korea
  • List Tamat
  • HTL
  • Discord
Sign in Sign up
Prev
Novel Info

Dungeon Defense (WN) - Chapter 452

  1. Home
  2. Dungeon Defense (WN)
  3. Chapter 452
Prev
Novel Info

Chapter 452 – DANTALIAN (5)

“Beraninya bajingan Republik itu menginterogasi kita seperti orang Barbar…!”

Luke menghambur ke lorong, amarahnya mendidih. Mereka baru saja dibebaskan dari cengkeraman badan intelijen Republik. Jelas, cobaan itu membuatnya sangat tersinggung dengan metode mereka. Aku berbicara dengan suara tenang dan mantap untuk menenangkannya.

“Setidaknya mereka tidak menggunakan kekerasan fisik. Menurut standar mereka, itu hampir seperti tindakan yang sopan.”

“Tapi mereka menggunakan sihir kebenaran dan obat-obatan! Bukan begitu cara memperlakukan pencari suaka. Mereka memperlakukan kita seperti mata-mata musuh!”

Luke menghantamkan tinjunya ke dinding dengan bunyi gedebuk yang keras. Batu-batu kokoh itu penyok akibat hantaman itu, membuat debu dan serpihan batu berhamburan ke lantai. Matanya berkilat marah.

“Baiklah, perlakukan aku sesuka mereka—tapi kau, Daisy! Kau putri tunggal Duke of Custos. Setelah Ayah Angkat diangkat menjadi Sebastokrator, kau akan menjadi pewaris takhta Kekaisaran! Setidaknya mereka bisa menunjukkan rasa hormat yang pantas, tapi mereka malah berani—!”

“Tidak apa.”

Aku bisa memahami perasaan Luke. Selama interogasi, para agen intelijen memusatkan seluruh perhatian mereka hanya padaku. Sejak tiba di sini, aku selalu memperlakukan Luke seperti pelayan biasa, dan karena itu, para agen menganggap kepentingannya jauh lebih rendah daripada kepentinganku. Penilaian itu memang adil.

Sejak kami menginjakkan kaki di München, ibu kota Republik, kami langsung dijebloskan ke dalam tahanan. Kami menjalani interogasi sepanjang malam, lalu menghabiskan setengah hari dikurung dalam sel isolasi.

Setengah hari itu, tak diragukan lagi, adalah waktu yang mereka butuhkan untuk memverifikasi kesaksianku. Fakta bahwa kami dibebaskan hanya berarti satu hal: Republik telah mengonfirmasi keberadaan jalan rahasia menuju Kastil Raja Iblis. Seperti yang diharapkan dari mereka, respons mereka cepat. Atau mungkin, dalam hal ini, pujian itu milik wanita yang mereka sebut Konsul itu….

Elizabeth von Habsburg.

Meskipun ia telah melepaskan nama belakangnya dan ingin dikenal hanya sebagai Elizabeth, perempuan yang sangat berkuasa ini telah mengusikku sejak pertemuan pertama. Ketika Luke dan Aku menangkap kapten penjaga kota dan merekayasa insiden penyanderaan kami, ia muncul di hadapan kami hanya dengan jubah yang menutupi baju tidurnya.

Ia sungguh cantik, begitu rupawannya hingga mampu membuat orang tak bisa bernapas. Rambut peraknya menjadi bukti garis keturunan kekaisaran Habsburg, dan ia tampil dengan sikap tenang yang sempurna, punggungnya tegak, dagunya terangkat. Tatapan Elizabeth bertemu dengan tatapanku, tenang dan tanpa keraguan.

‘Kau bilang kau pelayan Dantalian?’

Suaranya seperti dinginnya musim dingin. Dingin, namun sungguh memikat. Aku berencana menemuinya dengan rendah hati, untuk bersikap sopan. Namun, melihatnya langsung mengubah pikiranku. Ia hanya memanggil Ayah dengan sebutan “Dantalian”, berani menghilangkan sebutan kehormatan apa pun.

Apa dia menyiratkan bahwa ayahku selevel dengannya? Pikiran itu meninggalkan rasa getir di mulutku. Aku menjaga ekspresiku tetap netral saat menjawab.

‘Aku Daisy von Custos, putri Duke Custos yang terhormat.’

‘Custos? Jangan bilang itu sebutan Dantalian di lingkungannya sendiri?’

‘Aku tidak tahu Konsul begitu tertarik dengan urusan pribadi Duke. Aku senang, karena itu berarti Aku punya banyak cerita untuk dibagikan padamu.’

Elizabeth mendengus pelan dan mengejek.

‘Hmph. Tak masalah. Aku akan menyebutmu sesukamu, Lady Custos. Nah, katakan padaku—ada urusan apa kau menyelinap ke ibu kota Republik kami di tengah malam dan menyebabkan keributan seperti ini?’

Nada suaranya menunjukkan dengan jelas bahwa dia juga tidak menyukaiku.

Kami hanya bertukar pandang sekilas dan bertukar kata, namun, aku sudah bisa merasakan keteguhan hati yang terpendam dalam diri wanita ini.

Wanita ini tak pernah sekalipun menyebutku “putri Dantalian” atau “anak Dantalian”. Meskipun badan intelijennya telah memastikan bahwa aku adalah gambaran Daisy von Custos, ia menolak mengakui kedekatanku dengan Ayah. Entah sadar atau tidak.

Itu sudah menjadi bukti yang cukup bahwa putri yang kalah ini mempunyai perasaan padanya.

Ayah sudah terlalu terobsesi pada wanita di hadapanku ini; tak heran jika Konsul pun sama terobsesinya. Masalahnya terletak pada persepsinya. Ia seolah menganggap Ayah setara dengannya. Sebuah kesalahan penilaian yang menggelikan, dan pertanda ketidakwarasannya sendiri.

Sudah waktunya untuk menurunkan derajatnya.

Tanpa sepatah kata pun, aku melepaskan kapten penjaga kota itu. Begitu pedangku meninggalkan lehernya, ia melesat pergi, bergegas menjauh dari kami secepat yang bisa dilakukan kakinya. Elizabeth mengangkat sebelah alisnya melihat pemandangan itu.

‘Oh? Kau akan membiarkan sanderamu pergi atas kemauanmu sendiri?’

‘Dia dibawa hanya untuk menemui Yang Mulia. Tujuan utamaku sudah tercapai. Mempertahankannya lebih lama lagi tidak akan ada gunanya.’

‘Tidak ada gunanya, katamu.’

Elizabeth melipat tangannya di dada.

‘Lady Custos. Saat ini juga, tujuh Swordmaster telah mengepungmu. Sekarang sanderamu telah dibebaskan, kami tidak punya alasan untuk menahan serangan. Tidakkah kau pikir kau terlalu arogan?’

‘Bukan tujuh. Sembilan.’

‘….’

Suasana berubah tajam, ketegangan di udara berubah berbahaya.

Para prajurit yang mengawal Konsul maju setengah langkah, membentuk dinding baja di sekelilingnya. Dari tujuh Swordmaster yang sudah terlihat, dua lagi masih tersembunyi sempurna—tapi aku telah melihat menembus mereka semua. Mereka kini tahu, tanpa keraguan sedikit pun, bahwa aku setidaknya setara dengan mereka, seseorang selevel Swordmaster.

Saatnya telah tiba untuk memanfaatkan keunggulan.

Sambil memasukkan kembali pedang besarku ke sarungnya, aku berbicara dengan ketenangan yang terukur.

‘Sebagai pewaris Custos, aku telah membunuh Baal, Raja Iblis terkuat di antara semua Raja Iblis, menangkap Agares hidup-hidup, dan memberikan kematian yang terhormat dalam pertarungan satu lawan satu pada Marsekal Gaspar de Tavannes, Bupati Jenderal Kekaisaran Frank. Dan sekarang, aku meminta suaka di Republikmu.’

Dengan kata lain: perlakukan Aku sebagai pembelot politik yang layak mendapatkan rasa hormat yang semestinya.

Wajah para prajurit tampak muram dengan kegelisahan nyata. Beban pencapaian yang baru saja kubacakan terlalu berat.

Kalau dipikir-pikir lagi, perintah Ayah agar aku sendiri yang membasmi Raja Iblis sudah merupakan persiapan matang untuk masa depan. Beliau bermaksud mencalonkanku sebagai Kaisar Kekaisaran Habsburg berikutnya, tergantung situasinya.

Wajar saja, begitu putri angkat seorang Raja Iblis naik takhta, kemarahan akan meledak—bukan hanya dari bangsa-bangsa di sekitarnya, Tapi juga dari rakyatnya sendiri. Bagaimana mungkin mereka menerima putri seorang Raja Iblis sebagai Kaisar? Tidak mungkin. Sama sekali tidak.

Saat itulah prestasiku akan bersinar. Seorang manusia yang telah membunuh Baal, Raja Iblis tertinggi, dan menangkap Agares, Raja Iblis kedua. Jika kita memamerkan prestasi ini, perlawanan akan mereda. Mungkin itu bahkan akan menggambarkanku sebagai penguasa yang sama-sama ditakuti dan dihormati oleh iblis maupun manusia, seorang raja dengan keseimbangan sejati….

Ayah sering menyamakan dirinya dengan seekor laba-laba, dan sungguh, tidak ada metafora yang lebih tepat.

Dengan menjalin benang-benang tak terhitung jumlahnya ke segala arah, ia memastikan kesiapan mutlak, menyusun rencana untuk setiap masa depan yang mungkin. Apa pun arah yang diambil dunia, ia siap merespons; setiap jiwa di luar dirinya hanyalah mangsa, menggeliat tak berdaya saat mereka terjerat dan perlahan-lahan dilahap oleh jaringnya.

Kau tak terkecuali, Elizabeth von Habsburg. Tunjukkan penghormatan yang pantas diterima Ayah. Aku mengangkat dagu dan menatap langsung ke arah Konsul.

Beberapa saat kemudian, Konsul itu membuka bibirnya untuk berbicara.

‘Republik ini menyambut semua orang, apa pun asal usulnya. Jika Kau sungguh-sungguh mencari suaka, ketahuilah bahwa negara kami akan dengan senang hati menerima mu. Namun, Kuharap Kau mengerti bahwa prosedur tertentu harus dijalankan terlebih dulu.’

‘Tentu saja.’

‘Para hadirin. Kita telah dikaruniai tamu yang luar biasa. Pastikan dia diterima dengan segala kesopanan yang sepantasnya.’

Dengan perintah Elizabeth itu, cobaan pun dimulai—interogasi yang tampaknya tak berujung.

Dikelilingi agen intelijen, Aku dibombardir dengan ratusan pertanyaan. Setiap interogator adalah seorang profesional sejati, bermata tajam, dan gigih. Rumor bahwa Republik Habsburg memiliki jaringan intelijen paling tangguh di benua itu jelas bukan bualan belaka. Namun, itu wajar saja; di negara mana pun yang sepenuhnya diperintah oleh kediktatoran, lembaga-lembaga seperti ini tumbuh subur.

Mungkin tujuan mereka adalah membanjiriku dengan rentetan pertanyaan mereka, menggoyahkan ketenanganku dengan banyaknya pertanyaan mereka. Jika memang begitu, mereka pasti kecewa. Ayah pernah, dengan dalih pelatihan, menyiksaku tanpa henti selama setengah bulan tanpa ampun. Bahkan saat itu pun, Aku tetap menjaga pikiranku tetap utuh.

‘Apa kau benar-benar mengkhianati Dantalian?’

‘Untuk memperjelas, ini mengacu pada Dantalian, Raja Iblis Tingkat 71. Apa kau benar-benar berbalik melawannya?’

Mereka mencoba memojokkanku, membangun alur pemikiran mereka sendiri dengan presisi yang cermat. Namun, dibandingkan dengan “pelajaran” Ayah yang mengerikan, ini tak lebih dari sekadar permainan anak-anak.

Kebosanan langsung melanda, jadi Aku memutuskan untuk memanfaatkan pertanyaan-pertanyaan mereka yang tak ada habisnya. Pada akhirnya, Barbatos tidak lagi diawasi oleh Biro, Tapi sepenuhnya berada di bawah yurisdiksi pribadiku. Tak diragukan lagi, anjing-anjing Elizabeth sedang bersuka cita, yakin mereka telah mencapai “hasil terbaik”.

Elizabeth memang telah “menerimaku dengan sopan”, seperti yang dijanjikannya. Sebagai balasannya, Aku telah memberikan perlakuan yang pantas pada bawahannya—teliti, rinci, dan sepenuhnya sesuai keinginanku. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun.

Sekalipun Konsul terus mencurigaiku apa pun hasilnya, lulus ujian departemen intelijen mereka sudah cukup menjadi kemenangan. Tujuanku, setidaknya sebagian, telah tercapai. Tidak seperti Luke, yang tak henti-hentinya menggerutu, aku merasa tak ada alasan untuk mengeluh.

“Aku tantang mereka untuk mencoba mengurung kita di lubang kecil yang lembap setelah semua ini. Aku akan membuat kekacauan.”

Luke bergumam muram sambil melangkah ke pintu berat di ujung koridor dan mendorongnya hingga terbuka. Ruangan itu terkubur jauh di dalam sayap bawah tanah departemen intelijen, dan kami tidak boleh pergi tanpa izin tertulis.

Di dalam, ruangan itu ternyata luas sekali. Tepat di tengahnya, Barbatos tergantung, terikat dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan rantai anti-sihir, tak sadarkan diri karena dosis obat penenang yang sangat kuat. Terlepas dari pemandangan suram itu, ruangan itu terasa begitu megah—perabotan mewah, dekorasi yang mewah, semua yang mungkin diharapkan dari sebuah kamar tamu kerajaan.

“…Yah. Kurasa tidak buruk.”

Wajah Luke berubah menjadi cemberut, nadanya menunjukkan persetujuan yang enggan.

Bahkan setelah mengkhianati Ayah dan mendapati dirinya praktis dipenjara oleh badan intelijen asing, Luke tetap sama sekali tidak terganggu. Aku tidak bisa memastikan apa itu keberanian atau kecerobohan belaka. Bahkan sebagai adiknya, betapa pun baik Aku mencoba memandangnya, ia justru lebih condong ke arah yang terakhir.

Aku bergerak menuju tempat tidur. Di belakangku, suara Luke terdengar.

“Hah? Kau mau tidur?”

“Konsul mungkin akan memanggil kita lagi dalam beberapa jam. Lebih baik istirahat dulu selagi bisa.”

Aku menyelinap di balik selimut, meringkuk seperti landak. Dua hari yang kuhabiskan di bawah pengawasan ketat departemen intelijen diam-diam telah menguras habis seluruh tenagaku. Aku harus memanfaatkan setiap kesempatan untuk melepaskan rasa lelah yang melilitku.

Tidur pun datang dengan mudah. ​​Aku bisa tertidur di mana saja, kapan saja. Itu pun berkat Ayah. Pelajarannya sering kali berisi tantangan seperti “Dua minggu tanpa tidur,” atau “Tidur siang sepuluh menit saja sudah cukup,” setiap tugas dirancang untuk mendorongku melampaui batas kemampuanku dan memaksaku bertahan.

Latihan brutal itu telah membentukku menjadi orang seperti sekarang ini.

Ayah mungkin tak ada di sisiku sekarang, tapi kehadirannya terukir dalam setiap urat nadiku.

Itu saja sudah cukup.

Sebuah adegan kembali hidup dalam ingatanku. Hari ketika bibir Ayah menyentuh bibirku. Aku mengingat semuanya dengan sangat jelas: jumlah helai bulu matanya, kehangatan dan kelembutan ciumannya. Jari-jariku bergerak ke bibirku, mengusapnya dengan lembut.

“….”

Ini merepotkan.

Membayangkan ciuman Ayah saja sudah cukup untuk mengirimkan hawa panas samar ke sekujur tubuhku.

Tapi aku tak punya pilihan selain menanggungnya. Lagipula, Luke ada di sini, dan ruangan itu penuh dengan artefak memoria. Begitu aku menyerah pada godaan, setiap gerakanku akan langsung dilaporkan ke Konsul Elizabeth.

…Tidak. Mari tahan saja.

Aku memaksakan diri untuk memikirkan apa pun selain Ayah, namun kebiasaan itu sudah tertanam kuat. Selama bertahun-tahun, aku menidurkan diri dengan membayangkannya, menggunakan fantasi-fantasi itu untuk menenangkan dan menghibur diri. Kini aku harus bergulat dengan pikiranku sendiri, berjuang mati-matian agar tidak menyerah pada rutinitas itu.

Tiga jam kemudian, akhirnya aku tertidur. Saat itu, Luke sudah terlelap di tempat tidur di seberangku, mendengkur bahagia tanpa beban apa pun.

…Lain kali, Aku harus meminta kamar pribadi dari Konsul Elizabeth. Kalau memungkinkan, kamar tanpa artefak memoria.

 

Prev
Novel Info

Comments for chapter "Chapter 452"

MANGA DISCUSSION

Leave a Reply Cancel reply

You must Register or Login to post a comment.

Dukung Kami

Dukung Kami Dengan SAWER

Join Discord MEIONOVEL

YOU MAY ALSO LIKE

parryevet
Ore wa Subete wo “Parry” Suru LN
August 29, 2025
Vip
Dapatkan Vip Setelah Login
October 8, 2021
mixevbath
Isekai Konyoku Monogatari LN
December 28, 2024
image002
I’ve Been Killing Slimes for 300 Years and Maxed Out My Level, Spin off: Hira Yakunin Yatte 1500 Nen, Maou no Chikara de Daijin ni Sarechaimashita LN
March 31, 2021
  • HOME
  • Donasi
  • Panduan
  • PARTNER
  • COOKIE POLICY
  • DMCA
  • Whatsapp

© 2025 MeioNovel. All rights reserved

Sign in

Lost your password?

← Back to Baca Light Novel LN dan Web Novel WN,Korea,China,Jepang Terlengkap Dan TerUpdate Bahasa Indonesia

Sign Up

Register For This Site.

Log in | Lost your password?

← Back to Baca Light Novel LN dan Web Novel WN,Korea,China,Jepang Terlengkap Dan TerUpdate Bahasa Indonesia

Lost your password?

Please enter your username or email address. You will receive a link to create a new password via email.

← Back to Baca Light Novel LN dan Web Novel WN,Korea,China,Jepang Terlengkap Dan TerUpdate Bahasa Indonesia